Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Nasib Pria Tak Sadar 77 Tahun Peluru Bersarang di Leher, di Balik Hidup Eks Tentara: Tak Ada Alasan

Inilah nasib pria berusia 80 tahun yang tak sadar peluru bersarang di lehernya, ada cerita di balik bersarangnya si peluru.

Penulis: Ignatia | Editor: Arie Noer Rachmawati
Daily Star
Viral kasus pria tua yang 77 tahun menyimpan peluru bersarang di lehernya 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang pria tak menyadari sudah 80 tahun sebuah peluru bersarang di lehernya.

Kehidupan sebagai veteran tentu membuat sosok satu ini sudah biasa dengan senjata api.

Termasuk tubuhnya yang bertahan meski telah diberondong banyak peluru.

Hidup sebagai abdi negara tentu saja tidak mudah.

Apalagi dulu masih mengalami masa peperangan demi menyelamatkan anak cucu.

Baca juga: VIRAL Pengantin Gelar Resepsi Pernikahan di Atap Rumah, Pengalaman Pertama MUA: Keterbatasan Tempat

Sebuah pengalaman dari seorang pria menjadi viral setelah dibagikan ke media sosial.

Pria yang telah berusia 98 tahun akhirnya barulah menyadari tubuhnya menyimpan peluru.

Kurang lebih 77 tahun, pria tersebut barulah tahu ada peluru di bagian lehernya.

Benda yang bisa merusak jaringan tubuh manusia itu justru tertanam di leher seorang pria selama puluhan tahun.

Kondisi ini tentu saja menjadi perbincangan.

Baca juga: Nasib Anak Soekarno yang Bikin Tentara Emosi karena Viralkan 1 Foto Terakhir Sang Ayah Jelang Wafat

Seorang veteran bernama Zhao He kini berusia 98 tahun pernah mengalami berbagai hal mengejutkan dalam hidupnya.

Melansir dari Daily Star, hasil pemindaian sinar-X pada seorang mantan tentara di Cina mengungkapkan penemuan mengejutkan berupa peluru yang tertanam di leher.

Disebutkan peluru itu sudah tertanam selama hampir 80 tahun.

Mantan tentara itu bernama Zhao He dan berumur 95 tahun, dilansir Tribun Jatim dari Kosmo via TribunStyle, (11/11/2022).

Ilustrasi veteran
Ilustrasi veteran (Gleb Garanich/Reuters)

Peluru menembus leher Zhao He selama Perang Dunia Kedua.

Dia sendiri tidak mengetahui keberadaan peluru itu karena tidak merasakan sakit.

Sampai akhirnya ditemukan oleh staf medis di sebuah rumah sakit di provinsi Shandong.

Menantu laki-laki Zhao, Wang, mengatakan bahwa ayah mertuanya tidak menyadari bahwa dia telah ditembak di leher dan beberapa tembakan lain di tubuhnya.

Sebagai informasi, bekas luka perang masih tersisa di tubuhnya.

Peluru bersarang di tubuh veteran tentara
Peluru bersarang di tubuh veteran tentara (Instagram)

"Dia (Zhao) terluka saat membawa rekannya yang terluka menyeberangi sungai di salah satu pertempuran.

Ada fragmen lain di tubuhnya juga," jelas Wang.

Seorang ahli medis menginformasikan bahwa peluru itu tidak mempengaruhi kesehatan Zhao meskipun telah tertanam selama 77 tahun.

Peluru tidak akan dikeluarkan karena usia Zhao dan operasi apa pun akan berisiko.

"Saya sehat selama ini.

Tidak ada alasan untuk mengubah keadaan sekarang," ucap Zhao.

Veteran itu bergabung dengan militer China saat remaja.

Dia bertempur dalam dua perang termasuk Perang Korea pada 1950-an dan berada di pihak Korea Utara melawan pasukan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.

Zhao kemudian pensiun dan menjadi karyawan di beberapa pabrik lokal.

Baca juga: Jarang Terekspos, Begini Nasib 8 Anak Artis Indonesia, Ada yang Jadi Atlet hingga Tentara Amerika

Mengapa Palestina Tak Punya Tentara? Cuma Pasukan Keamanan Nasional, Fakta di Baliknya Terungkap

Konflik Palestina dan Israel hingga kini masih menjadi sorotan dunia.

Tak sedikit negara mengecam aksi Israel ke Palestina.

Namun, konflik Israel dan Palestina menyisakan sebuah pertanyaan, kenapa Palestina tidak punya tentara, Angkatan Laut, atau Angkatan Udara?

Jawabannya adalah karena Palestina tidak diakui sebagai negara, tetapi mereka memiliki Pasukan Keamanan Nasional Palestina, yaitu paramiliter dari Otoritas Nasional Palestina (PNA).

Pasukan itu hampir mencakup semua bidang kecuali Paspampres, Keamanan Dalam Negeri, dan Intel.

Melansir situs Welcome to Palestine, sejak Kesepakatan Oslo 1993 berlaku pasukan ini beroperasi di wilayah yang dikendalikan PNA.

Baca juga: Marah Besar Jurnalis ke Israel, 2 Detik Kantor Lenyap Dihantam 3 Rudal, Tak Akan Diam: Tuhan itu Ada

Pada 2003 organisasi-organisasi itu lalu bergabung menjadi Badan Keamanan Palestina yang tanggung jawabnya mencakup penegakan hukum secara umum.

Perjanjian bilateral antara PNA dan Israel membatasi ukuran, persenjataan, dan struktur pasukan.

Perjanjian tersebut memberi Israel hak meninjau calon yang direkrut dan menahan persetujuan jika mereka mau.

Pada 2007 Pasukan Keamanan Nasional Palestina berjumlah sekitar 42.000 prajurit.

Hamas yang menguasai Gaza juga memiliki sayap militer bernama Brigade Izz Ad-Din Al Qassam, yang dibentuk pada awal 1990-an sebagai gerakan perlawanan bersenjata melawan pasukan pendudukan Israel.

Baca juga: Anak-anak Gaza Teriak Tank Israel Membom, Situasi Suram Bak Film Horor, Melarikan Diri ke Perbatasan

Pemimpin Hamas Ismail Haniya memberikan pidato di Gaza City, Selasa (21/8/2018).
Pemimpin Hamas Ismail Haniya memberikan pidato di Gaza City, Selasa (21/8/2018). (AFP/ANAS BABA)

Namun, Hamas terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Mesir, dan Jepang, meski Jepang secara terbuka mengakui bahwa Hamas secara demokratis memenangkan pemilu Palestina 2006.

Sementara itu Rusia, Turki, China, dan Swiss tidak memasukkan Hamas sebagai organisasi teroris.

Khusus untuk sayap militernya, Brigade Izz Ad-Din Al Al Qassam terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Izz Ad-Din Al Qassam adalah bagian integral dari Hamas dan berada di bawah ideologi mereka.

Akan tetapi brigade itu memiliki kemandirian yang cukup besar dan pemimpin sendiri.

Sayap militer itu juga menganggap diri mereka sebagai kekuatan perlawanan yang sah melawan pasukan pendudukan Israel, sehingga termasuk salah satu jawaban kenapa Palestina tidak punya tentara.

Baca juga: Cuma 1 Jam Israel Beri Waktu Jurnalis, Kantor Dibom Rata Tanah, Demi Tutupi Kebrutalan ke Muka Dunia

Kenapa Palestina tidak diakui sebagai negara?

Mengutip artikel Kompas.com pada 17 Juli 2020, tidak ada alasan valid kenapa Palestina tidak diakui sebagai negara.

Melansir History, lebih dari 135 negara anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara merdeka.

Artinya, sekitar 82 persen populasi dunia secara resmi mengakui Palestina sebagai negara, tetapi sekitar 50 negara di dunia tidak mengakuinya.

Mengutip A History of the Israeli-Palestinian Conflict (1994) karya Mark Tesser, negara-negara yang mengakui Palestina antara lain Uni Soviet, China, India, Yugoslavia, Sri Lanka, Malta, dan Zambia.

Indonesia termasuk salah satu negara yang mengakui negara Palestina.

Baca juga: Malam Mengerikan di Gaza, Hanya Punya 2 Pilihan, Bangun untuk Membalas Pesan Kamu Masih Hidup?

Massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Islam Jakarta membawa bendera Palestina saat melakukan aksi di depan Kedubes Amerika Serikat, Jakarta Pusat, Rabu (12/5/2021). Pemerintah Indonesia mengecam keputusan pengadilan Israel yang memerintahkan pengusiran paksa enam keluarga Palestina dari tempat tinggal mereka di kawasan Syekh Jarrah, Yerusalem Timur. Serta mengecam kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Israel terhadap warga sipil Palestina yang terjadi dalam sejumlah bentrokan di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Islam Jakarta membawa bendera Palestina saat melakukan aksi di depan Kedubes Amerika Serikat, Jakarta Pusat, Rabu (12/5/2021). Pemerintah Indonesia mengecam keputusan pengadilan Israel yang memerintahkan pengusiran paksa enam keluarga Palestina dari tempat tinggal mereka di kawasan Syekh Jarrah, Yerusalem Timur. Serta mengecam kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Israel terhadap warga sipil Palestina yang terjadi dalam sejumlah bentrokan di kompleks Masjid Al-Aqsa. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Lalu negara-negara yang tidak mengakui Palestina antara lain Israel, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Perancis, Spanyol, Kanada, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru dan lain-lain.

Negara yang paling tidak mau mengakui Palestina sebagai negara adalah Israel.

Melansir Vox, konflik Israel-Palestina bermula dari bangsa Yahudi yang ingin mendirikan negara Israel dan bangsa Palestina yang ingin mendirikan negara Palestina.

Keduanya ingin mendirikan negara di wilayah yang sama sehingga muncul konflik.

Amerika Serikat dan kebanyakan negara-negara Barat tidak mengakui Palestina sebagai negara karena lebih mendukung Israel.

Melansir Institute for Policy Studies, ada hubungan erat antara Amerika Serikat dan Israel.

Hampir semua negara Barat bersama Amerika Serikat mendukung Israel untuk mendirikan negara.

Berita seputar berita viral lainnya

Sumber: TribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved