Berita Jatim
Ramai Perdebatan Sistem Pemilu, Pengamat Sebut Penguatan Fungsi dan Peran Parpol Jauh Lebih Penting
Penguatan fungsi partai politik untuk meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia dinilai lebih penting sebelum memperdebatkan sistem pemilihan umum
Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Yusron Naufal Putra
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Penguatan fungsi partai politik untuk meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia dinilai lebih penting sebelum memperdebatkan sistem pemilihan umum (Pemilu).
Sebagai pilar penting dalam kehidupan demokrasi, parpol punya tanggung jawab besar untuk memastikan praktik politik berjalan sesuai ketentuan.
Pengamat politik dari Universitas Airlangga Surabaya Fahrul Muzaqqi menilai hal tersebut harus disadari bersama sebelum menentukan sistem pemilu proporsional terbuka atau proporsional tertutup.
Wacana sistem Pemilu ini dalam beberapa hari terakhir memang menjadi perbincangan di publik.
Terlebih delapan partai politik di parlemen menyatakan kompak menolak sistem proporsional tertutup yang saat ini tengah diuji di MK.
Hanya PDI Perjuangan yang menyetujui sistem proporsional tertutup untuk diterapkan pada Pemilu.
Namun, Fahrul menilai perdebatan itu belum menyentuh esensi perbaikan demokrasi secara menyeluruh.
Baca juga: Dukung Sikap Prabowo, Gerindra Jatim: Sistem Proporsional Terbuka Jamin Kesempatan Calon Pemimpin
"Melainkan, lebih pada proyeksi kepentingan partai-partai yang ada. Baik yang mendukung proporsional terbuka maupun proporsional tertutup," katanya, Selasa (10/1/2023).
Menurutnya, dari dua sistem pemilu itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kendati secara teori, sistem proporsional terbuka dinilai lebih demokratis lantaran masyarakat bisa memilih wakil secara langsung.
Selain itu, Pemilih bisa secara langsung memilih para calon wakil rakyat secara lebih transparan melihat kapasitas, track record hingga tawaran visi misi program.
Meskipun pada sistem ini, partai menjadi tidak terlalu menonjol dibanding person politik dari ukuran elektoral.
Disamping itu, juga ada pandangan sebagian kalangan bahwa sistem tersebut cenderung menyuburkan money politics dibanding proporsional tertutup.
"Tentu ini perlu diuji. Namun, dalam perdebatan yang ada sekarang saya melihat belum pada problem itu," ujarnya.
Disisi lain, dalam proporsional tertutup, parpol jadi lebih leluasa menentukan siapa saja yang duduk sebagai legislatif pasca Pileg.
Hanya saja proporsional tertutup memiliki kekurangan yakni pemilih tidak leluasa menentukan sendiri calon wakil rakyat.
"Nah, seharusnya perdebatan ini untuk penguatan kelembagaan demokrasi ke depan. Jadi, menurut saya problemnya sebisa mungkin berupaya untuk terus mengurangi praktik money politics," tukasnya
Apa Itu Pisang Cavendish? Bisa Buat Bayar PBB di Bringinan Ponorogo, Kades Barno: Tidak Hanya Nagih |
![]() |
---|
Sosok Eron Ariodito Adik Wagub Jatim Emil Dardak Merantau ke Swedia, Kerja Sebagai AI Engineer |
![]() |
---|
Sosok Kades di Jombang Diduga Lecehkan Istri Orang, Awalnya Ngaku Khilaf Kini Merasa Dirinya Korban |
![]() |
---|
Sosok Memed Thomas Alva Edhi Sound Horeg Viral, Dunia Sound System Sudah Jadi Passionnya Sejak Kecil |
![]() |
---|
Pemerintah Diminta MUI Jangan Biarkan Sound Horeg Gegara Persoalan Ekonomi, Kini Ada Fatwa Haramnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.