Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Gurih Segar Rujak Kuah Pindang Disantap Bareng Kuliner Bali di Omah Wasik Surabaya

Setiap daerah punya hidangan rujak yang khas, sebut saja rujak cingur di Surabaya dan rujak bebeg dari Bandung. 

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM/Nur Ika Anisa
Karina menyiapkan rujak kuah pindang, nasi campur Bali hingga sate bumbu plecing di Omah Wasik Surabaya 

Laporan Tribun Jatim Network, Nur Ika Anisa

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Setiap daerah punya hidangan rujak yang khas, sebut saja rujak cingur di Surabaya dan rujak bebeg dari Bandung. 

Namun, sudah coba kah rujak buah diguyur kuah pindang yang khas di Bali?

Tidak perlu jauh ke Bali, menikmati hidangan rujak kuah pindang yang segar bisa ditemukan di Surabaya. Satu di antaranya di Omah Wasik.

Pemilik Omah Wasik, Karina menceritakan, sajian rujak kuah pindah memiliki rasa yang unik dan berbeda dari olahan rujak pada umumnya. 

Seperti namanya, rujak kuah pindang, ciri khas rujak kuah pindang ada pada penambahan kuah kaldu ikan.

“Ikan segar dimasak dengan rempah yang diambil kuahnya saja,” kata Karina ditemui di Omah Wasik Jalan Dukuh Kupang Timur XVII no 22 Surabaya, Senin (27/2/2023).

Baca juga: Lewat Festival Rujak Uleg, Cak Eri Ingin Hidupkan Lagi Kya-kya Jadi Tempat Wisata Kuliner Surabaya

Ikan segar yang digunakan oleh Karina adalah ikan tuna dan ikan tongkol. 

Syarat utama adalah kondisi ikan harus segar supaya tidak merubah warna dan rasa dari kuah kaldu yang dihasilkan.

“Kalau ikannya enggak segar nanti kuahnya keruh dan bau amis,” ujar Karina.

Selanjutnya, kuah pindang dicampur dengan bumbu rujak yakni terasi, garam dan sedikit gula yang sudah dihaluskan.

Campuran kuah pindang berbumbu tersebut menghasilkan rasa gurih, asam, pedas yang unik. Tidak perlu khawatir, rasa rujak kuah pindang tidak amis, melainkan segar dengan paduan bumbu dan buah.

Baca juga: Antusias Datangi Surabaya 729 Game dan Festival Rujak Uleg, Mayoritas Warga Masih Pakai Masker

Apalagi untuk penyuka pedas, kuliner ini bisa menjadi pilihan yang segar dan menggugah selera.

Isian rujak kuah pindang cukup lengkap. Ada buah pepaya muda, timun, kedongdong, mangga, belimbing, nanas dan  bengkoang.

“Terasi yang digunakan juga beda. Terasi merah,” katanya.

Untuk memanjakan pelanggan, tempat makan Omah Wasik memberikan tiga pilihan rujak kuah pindang.

Rujak kuah pindang original, rujak kuah pindang gula merah dan rujak gula bali yang bikin ketagihan.

Karina mengatakan usaha kulinernya sudah berjalan sejak tahun 2012. Saat itu, ia memulai buka tempat makan di sebuah kontrakan daerah Pakis Tirtosari Surabaya.

Tak ada yang berubah dari cita rasa makanan yang disajikan Karina. Warung ini menjual berbagai makanan dan minuman tradisional khas Bali.

Ada nasi jinggo, nasi pedas Bali, rujak kuah pindang, sate lilit dan sate bumbu plecing dengan harga terjangkau.

“Almarhum ibu saya orang Bali. Mama jago masak dan saya ingin nerusin. Resep yang tertinggal dari mama ayam betutu, sekarang saya modivikasi lagi,” katanya.

Menyajikan makanan dari Bali dirasa Karina tidak lah mudah. 

Semula pengunjung yang datang ke warungnya merasa canggung untuk mencoba makanan yang cukup populer di Bali tersebut.

“Dari awal buka orang masih kagok, melihat nasi campur yang beda. Aku lihat orang makan enggak habis tapi sekarang sudah banyak yang ngerti,” katanya.

Seperti satu porsi nasi campur Bali, dijelaskan Karina, ada berbagai item.

Mulai dari ayam betutu, ayam sisit atau ayam suwir, sate lilit, lawar kacang panjang, kacang goreng, teri goreng, kulit ayam goreng dan dua sambal yaitu sambal matah dan sambal terasi.

Rasa bumbu yang medhok menjadi ciri khas Omah Wasik.

Harga dari makanan yang disajikan cukup beragam, mulai dari Rp 18 ribu hingga 32 ribu.

Tempat Makan Nuansa Klasik Vintage

Omah Wasik memiliki karakter yang berbeda dari tempat makan yang lainnya. Cenderung bernuansa vintage, Omah Wasik di desain nyaman dengan barang-barang klasik yang membawa pengunjung seakan di bawa ke masa tempo dulu.

Terlihat dari adanya mesin jahit, radio, televisi lama hingga poster film yang pernah berjaya pada jaman dulu.

Karina mengatakan, hal tersebut seiring dengan hobi sang suami yang mengoleksi barang-barang lama dan membuat sebuah koleksi galeri di samping tempat makan.

“Suami suka barang-barang vintage, sambil dekorasi warung barang-barang itu dipajang,” tutupnya

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved