Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Trenggalek

Pemkab Trenggalek Gandeng UNICEF Gelar Musrena Keren, Minimalisasi Angka Anak Tidak Sekolah

Pemkab Trenggalek menggandeng UNICEF menggelar Musrena Keren untuk minimalisasi angka anak tidak sekolah.

TribunJatim.com/Sofyan Arif
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin memimpin Musrena Keren di Desa Widoro, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, Selasa (7/3/2023). 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra

TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin berkomitmen mewujudkan pembangunan yang inklusif dan responsif gender di Bumi Menak Sopal.

Hal tersebut ditunjukkan dengan digelarnya Musrena Keren (Musyawarah Perempuan, Anak, Disabilitas, dan Kelompok Rentan) tahun 2023, Selasa (7/3/2023).

Mas Ipin, sapaan akrab Mochamad Nur Arifin menjelaskan, Musrena Keren digelar di setiap kecamatan dengan harapan bisa menghimpun pemikiran dari perempuan, anak-anak, disabilitas, dan kelompok rentan.

"Ada beberapa masukan yang nantinya kita akumulasi dengan hasil Musrena dari kecamatan lain sebelum kita kumpulkan dan kita bawa ke Musrenbang untuk APBD 2024," kata Mas Ipin, saat ditemui usai Musrena Keren di Widoro Fish Garden, di Kecamatan Gandusari, Trenggalek, Selasa (7/3/2023).

Dari forum tersebut, banyak pemikiran yang disampaikan oleh perempuan, anak, disabilitas, dan kelompok rentan langsung kepada Mas Ipin.

Mulai dari permintaan pelatihan IT dari perempuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga hingga perbaikan layanan untuk disabilitas kelompok rentan, khususnya angkutan pelajar.

"Kita juga kerja sama dengan UNICEF terutama untuk (mengatasi) anak yang tidak sekolah (ATS) sama sekali. Bagaimana kita punya gerakan kembali belajar, dengan harapan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) kita menjadi lebih baik," lanjutnya.

Mas Ipin juga akan membentuk kelompok kerja (Pokja) khususnya dengan mengoptimalkan kader desa ramah perempuan dan anak untuk melakukan pendataan dengan cepat jika ada anak tidak sekolah.

Ia menilai hal tersebut penting karena 9 ribu anak di Trenggalek berpotensi putus sekolah.

"Nanti ada grup WA (WhatsApp) yang menginformasikan kalau ada anak belum pernah sekolah. Jadi yang paling penting adalah ditemukan dulu anaknya, diidentifikasi dan ditemukan masalahnya lalu apa solusinya," terang Mas Ipin.

Sementara itu, Perwakilan UNICEF Program Pendidikan Jatim dan Jateng, Yuanita Nagel yang tergabung melalui daring (dalam jaringan) mengatakan, pembentukan tim penanganan ATS (anak tidak sekolah) sangat dibutuhkan.

Hal ini melihat data pada tahun 2020 proporsi ATS di Indonesia sedikitnya 7,4 persen atau lebih dari 4.1 juta anak. 

Baca juga: Fasilitasi Anak Putus Sekolah, Rumah Pintar di Jember Gelar Kejar Paket, Didominasi Usia Dewasa

Dengan estimasi 179 ribu anak pada rentang umur 7-12 tahun, 987 ribu anak dengan rentang umur 13-15 tahun, dan 2,9 juta anak dengan rentang umur 16-18 tahun.

"Untuk itulah tim penanganan ATS harus dibentuk juga di Trenggalek, mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa," ucap Yuanita.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved