Berita Surabaya
Cerita Pelajar SMP Peserta Termuda Lomba Menembak Piala Kapolda Cup: Hobi Main PUBG
Peter Amadues Yansim (15) menjadi peserta termuda diantara 67 orang peserta Lomba Menembak Piala Kapolda Cup dalam rangka HUT ke-77 Bhayangkara.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Taufiqur Rohman
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Peter Amadues Yansim (15) menjadi peserta termuda diantara 67 orang peserta Lomba Menembak Piala Kapolda Cup dalam rangka HUT ke-77 Bhayangkara tahun 2023, di Mapolda Jatim, Sabtu (24/6/2023).
Tingginya baru 160 cm dan berat badannya 48 kg.
Namun, remaja kelas tiga SMP ini tampak begitu cekatan mengoperasikan pistol dengan beberapa gali menggonta-ganti magazine peluru.
Langkah kakinya juga lincah berlarian kecil menyusuri bilik area lapangan tembak perlombaan 'Stage 3'. Darderdor. Pistolnya meletus tepat mengarah ke sasaran.
Tiga area bilik sasaran tembak dilibasnya dari sisi kanan ke kiri. Jam terbang latihannya terbilang lumayan.
Hal itu tampak dari kokohnya pundak mungil remaja berdomisili Rungkut, Surabaya itu, meski diguncang getaran pistol usai memuntahkan timah panas.
Olahraga menembak telah diikutinya sejak tiga tahun lalu. Saat awal Pandemi Covid-19.
Namun, ia baru memperoleh sertifikasi atlet menembak dari Perbakin Jatim, kurang lebih sekitar setahun lalu.
Peter jatuh cinta dengan olahraga beradrenalin tinggi itu, gegara hobinya bermain game online via ponsel; PUBG, bersama teman-teman sekolah, pada tahun 2020 silam.
Ia ingin menemukan asyiknya mengoperasikan senjata api secara nyata seperti dalam game online, namun tetap dengan prosedur keamanan yang terjamin.
Ternyata kegundahannya itu terjawab setelah berkenalan dengan seorang teman dari ayahandanya, Dany, yang memiliki hobi olahraga menembak.
Setelah bertanya-tanya dan sesekali mengikuti teman sang ayah berlatih. Peter akhirnya jatuh cinta dengan olahraga tersebut.
"Awalnya kami main game online sama teman teman saya, namanya PUBG. Kan populer pada waktu (pandemi) covid itu."
"Papa ada kenalan untuk diajak menembak, akhirnya diajak menembak, dan akhirnya pelan pelan ikut sertifikasi dalam official," ujarnya saat ditemui awak media, di lokasi.
Melihat antusiasme Peter menekuni olahraga tersebut. Membuat kedua orangtuanya, yakni Dany dan Lusia, ikuti bersemangat.
Orangtua Peter mendaftarkan sang anak untuk berlatih olahraga menembak ke Perbakin Jatim.
Latihannya sekali dalam sepekan, pada hari Sabtu. Namun, hari minggunya, lanjut Peter, dirinya juga ikut berlatih airsoft gun.
Setelah beberapa tahun konsisten berlatih setiap pekannya. Peter mengakui, esensi utama dari olahraga menembak ternyata bukan menembakkan peluru tepat mengenai sasaran.
Baginya itu bonus. Ternyata esensi terpenting dari olahraga tersebut adalah melatih kesabaran, pengendalian emosi dan ketenangan.
"Targetnya itu, untuk mengendalikan diri. Karena kita awal-awal menembak itu, kita grogi. Mungkin bukan grogi. Kadang kita ngebut."
"Kadang untuk cepat-cepatan mengalahkan orang lain. Tapi itu yang harus kita lawan," jelasnya.
Bagi Peter, lawan yang dihadapi oleh seorang atlet menembak saat memegang senapan atau pistol adalah dirinya sendiri.
Bukan lawan diujung area dinding tembakan. Apalagi sampai diperuntukkan menghabisi lawan dalam suasana permusuhan.
"Karena kalau melawan diri kita, biasanya hasilnya bagus. Tapi kalau kita lepasin; ya udah kita ingin mengalahkan ini orang, dan cuma itu saja targetnya, biasanya akan hancur," ungkapnya.
Kurun waktu tiga tahun menekuni olahraga tersebut. Peter telah mengikuti tiga kali pertandingan. Tahun 2022, ia mengikuti perlombaan yang diadakan di Karang Pilang, Surabaya dan Malang.
Tahun ini, ia mengikuti lomba Piala Kapolda Cup 2023 memperingati HUT ke-77 Bhayangkara. Rencananya, bulan Agustus mendatang, ia juga mengikuti lomba menembak di Pulau Bali.
Meskipun selama turut berkompetisi ia tak pernah menang.
Bagi Peter, tak masalah. Justru pengalaman merasakan atmosfer pertandingan demi pertandingan menjadi hal terpenting yang dapat diperolehnya.
"Yang penting saya ikut event lomba lomba dulu secara konsisten. Untuk menang saya juga gak berharap (lebih) karena atlet lomba ini gak ada yang semuda saya."
"Kebanyakan dewasa. Makanya yang saya kejar ya melatih kesabaran diri aja," ujarnya.
Setelah sempat menjajal Lapangan Tembak Katjoeng Permadi, Mapolda Jatim, dalam ajang perlombaan kali ini. 'Stage 3' jarak jauh, diakui Peter, sangat sulit.
Dirinya harus bergerak berlarian secepat mungkin ke area bilik untuk mempersingkat waktu. Apalagi harus setenang mungkin saat membidik sasaran jarak jauh.
"Kadang-kadang kalau latihan gampang, tapi kalau ikut lomba grogi, sulit jadinya. Kadang degdegan, demam panggung, pasti goyang semua (tubuh) itu yang bikin sulit," katanya.
Menurutnya, berapapun usianya, semua orang dapat berkesempatan mengikuti atau menjadi atlet olahraga tersebut.
Selama mampu menguasai materi keterampilan menembak yang diajarkan instruktur, dan memiliki pengendalian emosi yang stabil.
Berapapun usianya, lanjut Peter, semua orang dapat menjajal olahraga tersebut.
"Iya ikut Perbakin. Gak ada (standar minimum usia). Sepanjang menguasai materi, dan emosi. Sebenarnya semua umur boleh, sepanjang mampu menguasai keadaan dan emosi," tuturnya.
Mengenai hobinya yang terbilang mahal karena harga senapan bisa tembus ratusan juta.
Dan, ketatnya prosedur keamanan dan keterampilan yang harus diikuti sebagai peserta pemula. Peter tak menampik, beberapa teman-temannya cenderung menganggap biasa saja.
Ia tak mempermasalahkan hal tersebut, karena olahraganya itu, tak sepopuler olaraga sepak bola, bulu tangkis ataupun balapan kendaraan bermotor.
"Ada sih (respon teman soal olahraga saya) tapi ya enggak gimana-gimana. Karena enggak begitu mengerti tentang menembak, kan bukan olahraga yang jarang dikenal orang, karena gak sepopuler banget."
"Gak seperti badminton. Iya saya juga dapat dukungan dari kedua orangtua untuk tekuni olahraga ini," pungkasnya.
Sementara itu, ibunda Peter, Lusia, mengatakan, pihaknya sangat mendukung hobi dari anak semata wayangnya itu.
Bahkan, dirinya juga tak segan merogoh kocek untuk memfasilitasi pembelian pistol dan pelatihan olahraga tersebut.
Asalkan sang anak senantiasa bersemangat dan konsisten dalam menekuni olahraga positif tersebut. Lusia tetap akan mendukung sang anak berlatih hingga berprestasi nantinya.
"Jadi ini memotivasi kami yang memiliki anak yang suka olahraga seperti ini. Bahkan ini juga membuat orang tua itu ingin anaknya itu seperti Peter."
"Jadi seperti terpancing karena lihat Peter begitu rutin latihan," ujarnya saat dihubungi TribunJatim.com
Lusia menyadari betul sang anak memasuki fase remaja dengan kondisi mentalitas masa pubertas.
Emos yang tak stabil, terkadang menjadi kendala. Namun, ia beserta suami selalu memberikan pendampingan dan edukasi kepada sang anak.
Bahwa keterampilan dari olahraga tersebut, merupakan keterampilan olahraga untuk mengasah kemampuan diri agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab, sabar, dan cekatan.
"Tentu cara kami memberikan support itu bukan dengan ancaman. Kami pokoknya selalu (memberikan edukasi)."
"Tapi dia itu cara berfikirnya lumayan karena dia bisa mengolah seperti dia bisa menstabilkan emosi diri sendiri," ungkapnya.
"Jadi dia bisa memiliki keseimbangan bahwasanya ini adalah olahraga
Jadi kami yang bisa kita lakukan adalah mendukung dan mengarahkan," tambahnya.
Bahkan saat sang anak merasa terpuruk usai gagal mencapai target maksimal dalam setiap perlombaan yang diikuti.
Lusia dan suami akan memberikan pengertian bahwa tidak semua perlombaan harus dapat dimenangkan.
Ia bakal menanamkan pesan bahwa yang terpenting dalam sebagai pencapaian adalah menikmati prosesnya dengan sabar.
"Emang kadang-kadang itu rasanya ada down atau seperti apa. Namun kami akan selalu support dan kami akan bilang itu tidak masalah bahwa itu akan menjadi pengalaman saja untuk kedepannya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi sehingga itu diasah terus," jelasnya.
Dulu, Lusia dan suami membelikan sang anak tiga pistol untuk dapat digunakan dalam berlatih dengan instruktur.
Namun, satu pistol telah dijual. Dan sementara ini, sang anak memanfaatkan dua pistol yang ada.
Sesuai prosedur keamanan. Meskipun status kepemilikan pistol tersebut milik pihaknya. Namun keberadaan Pistol tersebut akan selalu dititipkan di tempat latihan sang anak Perbakin Jatim.
"Jadi papanya yang beli karena anaknya cukup berminat hingga akhirnya anaknya rajin dan telaten dan akhirnya beli punya sendiri dan kami titipkan di Perbakin dan ketika selesai pakai ya dititipkan lagi dan itu sudah sesuai prosedur," pungkasnya.
Terbaru, Peter Amadues Yansim menduduki posisi keempat dalam pertandingan menembak sesi pertama pada hari ini. Yakni dengan memperoleh poin menembak 325,2588.
Pada urutan pertama, Leo Christian Afandi dengan perolehan poin 435,0000. Kedua, Jan Leonard dengan perolehan poin 343,1908. Ketiga, Edi Sutoyo, dengan perolehan poin 329,1402.
Ikuti berita seputar Surabaya
Peter Amadues Yansim
Lomba Menembak Piala Kapolda Cup
HUT ke-77 Bhayangkara
PUBG
Surabaya
Tribun Jatim
TribunJatim.com
5 Tempat Wisata Hits di Surabaya Wajib Dikunjungi, Atlantis Land hingga Adventure Land Romokalisari |
![]() |
---|
Sosok Suami Tumini yang 15 Tahun Tinggal Ponten Umum, Nasib Kini Harus Pindah, Bakal Dapat Bantuan |
![]() |
---|
Nasib Pengantin Nyaris Gagal Nikah Gegara Ditipu WO hingga Rugi Rp 74 Juta, Sosok Pelaku Terungkap |
![]() |
---|
Beda Cara Eri Cahyadi & Dedi Mulyadi Bina Anak Nakal, Jabar Ada Barak Militer, Surabaya Buka Asrama |
![]() |
---|
Lokasi Jan Hwa Diana Sembunyikan 108 Ijazah Eks Karyawan Terjawab, Terancam Hukuman 4 Tahun Penjara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.