Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Dua Balita Tenggelam di Sungai Surabaya

Pilu Ibu di Surabaya, Pagi Anak Kedua Wisuda, Sore 2 Balitanya Tenggelam, Terus Mengigau Buaya Putih

Pilu ibu di Surabaya, pagi hari hadiri wisuda anak kedua, sore hari dua balitanya tenggelam di Sungai Brantas, mengigau soal buaya putih.

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Tony Hermawan
Sumiarti, ibu dua balita yang tenggelam di Sungai Brantas wilayah Kedurus, Surabaya, pingsan berkali-kali, Minggu (25/6/2023). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Nasib pilu dialami Sumiarti (sebelumnya Sumiati), wanita 40 tahun di Surabaya, Minggu (25/6/2023).

Pada pagi hari, ia dan keluarganya berbahagia karena anak keduanya lulus SMA.

Ia juga sempat menghadiri acara wisuda anaknya tersebut.

Akan tetapi, menjelang sore hari, Sumiarti harus menerima kenyataan, dua balitanya, LF (2) dan SN (3) tenggelam di Sungai Brantas wilayah Kedurus, Surabaya.

LF, telah ditemukan tewas mengapung di dekat pintu air sungai di Gunungsari, sekitar pukul 16.20 WIB.

Jasad korban sekarang berada di RSUD dr Soetomo Surabaya.

Korban rencananya akan dimakamkan pada Senin (26/6/2023).

Ibu asal Kedurus Pasar Lama ini ketika ditemui di rumahnya terlihat pingsan berkali-kali.

Ketika sadar, ibu berusia 40 tahun ini mengingau.

Baca juga: SAR Gabungan Lanjutkan Pencarian Satu Balita Hanyut di Sungai Brantas Surabaya, 3 Skenario Dilakukan

"Pak, tolong anak kita dibawa buaya putih," ucap Sumiarti dengan suara merintih.

Kondisi suami Sumiarti, Sutrisno, terlihat tidak jauh berbeda.

Kekalutan hatinya terlihat dari matanya yang merah.

Sesekali Sutrisno terlihat sibuk menelepon keluarganya di kampung memberi tahu soal kabar duka itu.

Pasangan suami istri ini masih enggan bercerita.

Informasi dari sejumlah tetangga, tragedi ini terjadi sekitar pukul 13.00 WIB.

Siang itu, dua korban bermain di pinggir sungai bersama NS, sang kakak.

Baca juga: Geger Warga di Malang Temukan Pria Tewas Terapung di Sungai, Motor Jadi Saksi Bisu Sebab Kematian

Sang kakak lalu meninggalkan adik-adiknya di lokasi untuk beli bakso di ujung gang.

Namun ketika kembali, dia tidak melihat adik-adiknya ada di lokasi sebelumnya.

Ia semula mengira adiknya sudah pulang ke rumah.

NS saat itu lantas pulang.

Namun, ternyata dugaannya salah.

NS dan Sumiarti, sang ibu lantas keliling kampung sembari memanggil nama kedua  korban.

Ternyata tidak ada satupun tetangga yang mengetahui keberadaan dua korban itu.

Baca juga: Dikira Bantal, Warga di Banyuwangi Kaget Temukan Kakek Tewas Tenggelam di Sungai, Lihat Kondisinya

Akhirnya, Sumiarti mendatangi rumah Nyoman, Ketua RT setempat untuk memeriksa CCTV.

"Di CCTV itu kelihatan jam 13.00 WIB lewat lapangan dekat sungai. Terus sekitar setengah jam kemudian kakaknya lewat sendirian arah balik ke rumah," kata Ridho, warga sekitar.

Kejadian ini kemudian dilaporkan ke polisi dan tim SAR Surabaya.

Sekitar pukul 16.20 WIB, LF ditemukan tewas mengambang di jarak 100 meter dari lokasi dua korban bermain.

Lokasi penemuannya mendekati pintu air sungai di Gunungsari.

Sementara itu, pencarian SN, balita yang tenggelam di Sungai Brantas wilayah Kedurus, Surabaya, dilanjutkan pada Senin (26/6/2023) pagi.

Sehari sebelumnya, Tim Search and Rescue (SAR) Gabungan melakukan pencarian selama delapan jam.

Baca juga: Tiga Bocah di Trenggalek Tewas Tenggelam di Kolam Renang, Ada yang Sempat Dapat Pertolongan 

Penyisiran saat itu berhenti karena hari sudah terlalu gelap.

Pada pencarian yang dilakukan pada pukul 07.00 WIB, terlihat ada penambahan jumlah perahu karet.

Jika satu hari sebelumnya 5 unit, sekarang menjadi 7 unit.

Komandan Tim Basarnas Surabaya, Oktavino mengatakan, tim memperbanyak perahu karet karena radius pencarian korban diperluas. Jika kemarin, fokus mencari korban di jarak 100 meter dari dugaan awal kecelakaan terjadi, kini bertambah menjadi 800 meter.

"Prediksi kami tubuh korban tersangkut di eceng gondok dekat pintu air Gunungsari," kata Oktavino.

Skenario pencarian dilakukan dengan tiga cara.

Regu satu bertugas menyibak eceng gondok dari atas perahu. Regu kedua berenang di air terbuka. Sedangkan, regu ketiga menyelam di dasar sungai.

"Kendala kami jarak pandang di dalam sungai sangat gelap. Makannya, untuk pencarian di dasar sungai, penyelam kami harus melakukan teknik meraba," ungkap Oktaviano.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved