Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Lumajang

Curhat Petani Tembakau di Lumajang Galau Ratapi Cuaca: Pasrah Gagal Panen, Harap Dapat Bantuan

Petani tembakau di Lumajang sedang dirundung kegelisahan lantaran cuaca kerap turun hujan padahal sedang musim kemarau.

Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Taufiqur Rohman
Istimewa
Hujan mengguyur lahan pertanian tembakau di Kabupaten Lumajang. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Erwin Wicaksono

TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Petani tembakau di Lumajang sedang dirundung kegelisahan lantaran cuaca kerap turun hujan padahal sedang musim kemarau.

Bahkan, hujan yang melanda Kabupaten Lumajang hingga membuat sejumlah lahan tembakau terendam banjir. Seperti halnya yang terjadi Desa Karanglo, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang,

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Lumajang, Dwi Wahyono menuturkan cuaca tak menentu kerap menjadi momok para petani terjerumus dalam gagal panen.

Pasalnya, tanaman tembakau sangat rentan terhadap debit air yang berlebih.

Alhasil, curah hujan yang tinggi dapat memperbesar resiko gagal panen.

"Cuaca tak menentu ini yang jelas berdampak pada lebih dari 30 hektar lahan tembakau."

"Beberapa diantaranya sempat terendam banjir," ungkap Dwi ketika dikonfirmasi.

Baca juga: Cuaca Jatim Senin 3 Juli 2023: Waspada Hujan Petir di Kota Malang & Lumajang, Surabaya Cerah Berawan

Petani tembakau sejatinya menantikan musim kemarau lantaran kondisi cuaca yang cerah dan minum hujan.

Menghadapi anomali cuaca yang kerap muncul pada tahun ini membuat para petani hanya bisa pasrah.

Dwi menyebut gagal panen hampir pasti menggerus harapan petani mengembalikan modal biaya tanam dan perawatan.

"Para petani hanya bisa pasrah, kami berharap ada bantuan dari pemerintah, bantuan modal,” harapnya.

Sementara itu, Rudi petani tembakau asal Desa Karanglo menuturkan jika luapan air mengenai tanaman tembakaunya yang masih berusia 2 bulan.

Padahal dirinya membayangkan akan bisa memetik hasil panen pada saat tanaman berusia 3 bulan.

Rudi menanam tembakau di lahan seluas lebih dari 3 hektar.

"Ini karena terendam banjir jadinya layu semua. Air yang terlalu banyak membuat pertumbuhan batang dan akar menjadi tidak normal lagi," bebernya.

Rudi mengaku kaget dengan anomali cuaca yang kerap terjadi.

Pasalnya, dari tahun ke tahun kedatangan musim selalu tepat, dan pada bulan Juli sepatutnya memasuki musim kemarau.

Kini ia mengaku terpaksa menunggu debit air menyusut sembari berharap musim kemarau benar-benar datang.

"Karena cuaca tidak menentu ini ya akhir-akhir ini. Makanya juga bingung. Tembakau ini tanaman yang belum tentu berhasil juga jika ditanam dengan hidroponik."

"Ya harus di lahan begitu. Jadi ya nunggu tanahnya kering," bebernya.

Terkait pengalihan menanam dengan tanaman baru, Rudi masih belum bisa memutuskan.

Melihat kontur tanah sekitar, para petani bisa saja menanam jagung dan tanaman palawija.

"Karena sudah terbiasa menanam tembakau. Kan musim tanam ini memang biasanya musim kemarau,"akunya.

Rudi mengisyaratkan jika kerugian yang dialami akibat tembakau terendam air hujan bisa sangat besar.

"Bisa puluhan juta tiap hektarnya kerugian yang dialami," tutupnya.

Ikuti berita seputar Lumajang

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved