Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Nasib Akhir Warga Bekasi yang Jalan Rumahnya Ditutup Tembok Hotel, Lewat Got Penuh Beling, 'Nyerah'

Terungkap akhir nasib warga Bekasi yang akses rumahnya ditutup tembok hotel setinggi 15 meter lebih. Diketahui warga Bekasi yang harus melewati got.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar
Nasib Akhir Warga Bekasi yang Jalan Rumahnya Ditutup Tembok Hotel, Lewat Got Penuh Beling 

TRIBUNJATIM.COM - Terungkap akhir nasib warga Bekasi yang akses rumahnya ditutup tembok hotel setinggi 15 meter lebih.

Diketahui warga Bekasi yang harus melewati got jika ingin pulang itu di antaranya bernama Ngadenin (63).

Ngadenin mengungkap kronologi hal itu bisa terjadi.

Ia bahkan mengaku sempat diancam pihak hotel.

Pada Minggu (9/7/2023), Ngadenin memperlihatkan kondisi rumahnya yang kini tidak dihuni sejak aksesnya ditutup tiga tahun lalu.

Rumah Ngadenin terletak di Jalan Raya Jatiwaringin, RT 003 RW 004, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi.

"Waduh temboknya ini tinggi sekali, kurang lebih 15 meter," kata Ngadenin sembari menunjuk tembok menutupi rumahnya, dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com.

Di bagian depan, samping, hingga belakang rumah berdiri dinding menjulang yang merupakan bangunan hotel empat lantai.

Baca juga: Solusi Masalah Pria Ponorogo Tembok Jalan Warga, 13 KK Kini Bungkam dan Nyerah? Bupati: Titik Tengah

Satu-satunya akses jalan menuju rumah Ngadenin hanya gorong-gorong atau selokan dengan lebar dua meter.

Itupun, Ngadenin harus melewati jendela rumah tetangganya, Peni, lalu keluar pintu kemudian menuju rumahnya.

"Aksesnya sudah ditutup total, satu-satunya jalan kita melewati got dan harus melewati rumah Bu Peni," kata Ngadenin.

Untuk bisa mencapai ke rumahnya, Ngadenin harus mengenakan sepatu boots agar terhindar dari risiko kaki terluka.

Pasalnya, kondisi got dipenuhi dengan limbah. Bukan hanya limbah plastik, tetapi juga pecahan beling, paku, batu, dan kawat tajam.

Baca juga: Nasib Lebih Parah dari Warga Ponorogo, Ngadenin 3 Tahun Masuk Rumah Lewat Got, Ditutup Tembok Hotel

Ngadenin mengaku sudah tinggal di lokasi tersebut sejak 1999 atau 24 tahun lalu.

Semula, dia tinggal tepat di pinggir jalan raya.

Bagian depan dibuat untuk berdagang sate dan tongseng. Sementara itu, rumahnya berada di bagian belakang, menyatu dengan kedainya.

"Saya kan tadinya di depan pinggir jalan, saya beli saya bangun (rumah dan warung sate)," kata Ngadenin.

Namun, selang beberapa lama kemudian, tetangga Ngadenin yang berjualan ayam bakar menjual lahannya ke pengusaha hotel.

Ngadenin lalu dipaksa dengan ancaman apabila tidak menjual lahan kepada pengusaha hotel.

"Saya ditakut-takuti kalau enggak mau jual ke dia (pemilik hotel), nanti saya ditakut-takuti akan dikurung, ditutup (akses jalan) akhirnya saya nyerah," tutur Ngadenin.

Rumah Ngadenin (63) di Jalan Raya Jatiwaringin, RT 03 RW 04, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, yang akses keluar masuk rumah telah ditutup tembok hotel setinggi 15 meter. Pada Minggu (9/7/2023), Ngadenin menunjukkan tingginya tembok hotel yang menutupi depan, belakang dan samping rumahnya.
Rumah Ngadenin (63) di Jalan Raya Jatiwaringin, RT 03 RW 04, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, yang akses keluar masuk rumah telah ditutup tembok hotel setinggi 15 meter. Pada Minggu (9/7/2023), Ngadenin menunjukkan tingginya tembok hotel yang menutupi depan, belakang dan samping rumahnya. (KOMPAS.com/FIRDA JANATI)

Ayah lima anak tersebut menuturkan, harga jual yang ditawarkan pihak hotel tidak cukup untuk membeli rumah yang sama.

"Ditawar harganya sangat sangat rendah, tidak sesuai kalau buat beli rumah pengganti enggak dapet, setengah saja enggak dapat," kata dia.

Alhasil, Ngadenin terpaksa pindah dan membeli tanah dan rumah di lokasi, tidak lagi tepat di pinggir jalan.

Saat baru dibeli, kata Ngadenin, akses jalan menuju keluar masuk rumah masih tersedia.

Kemudian, para pemilik lahan di sekitar rumahnya menjual ke pihak hotel.

"Saya beli di sini awalnya ada jalan, katanya sudah diwakafkan, tapi akhirnya dijual semua ke hotel sama jalannya saya enggak tahu," ucap dia.

Baca juga: Bupati sampai Turun Tangan, Solusi Tembok Pria Ponorogo Sebenarnya Ada di 13 KK? Lurah: Ya Susah

Selain Ngadenin, terdapat dua orang tetangganya yang bernasib serupa.

Ngadenin tidak lagi menempati rumahnya lantaran kondisinya sudah tidak layak huni.

Begitu juga dengan Peni.

"Tadinya ada tiga rumah, tapi sekarang hanya sisa dua, rumah saya dan Bu Peni. Rumah Pak Marno sudah dijual," kata Ngadenin.

Baca juga: Pantas Pria Ponorogo Ngotot Tak Bongkar Tembok di Jalan? Warga Malah Jelekkan, Lurah: Semoga Sadar

Ngadenin dan Nur yang berjualan tongseng tak jauh dari rumah itu merasa lelah jika pulang ke rumah

"Sudah kelelahan kalau mau pulang. Got ini kalau menurut saya kan rawan, ada paku, dan beling, kawat nonjol begitu," ucap dia.

Pada akhirnya, Ngadenin, Nur, dan kelima anaknya tinggal warung yang berlokasi tak jauh dari rumahnya.

"Takut di got ada ular, memang saya belum temui, tapi saya sudah ngeri. Akhirnya saya memutuskan tidur (tinggal) di warung," kata dia.

"Akhirnya saya memutuskan untuk tidur (tinggal) di warung," sambung Ngadenin.

Sedihnya lagi, Ngadenin harus berpisah dengan kelima anaknya yang memilih untuk menyewa kos karena tak cukup tinggal di warung.

Melansir dari TribunJakarta, Ngadenin berharap, ada solusi yang bisa dicapai antara dia dengan pihak pemilik hotel.

Ia tak keberatan jika rumahnya dibeli asal dibayar dengan harga yang sesuai.

"Ya saya pengennya saya jual aja karena rumah saya udah rusak-rusak gini, kalau tidak mau dibeli saya pengennya dibuatkan akses jalan," terangnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved