Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Anak Pejabat & Pengusaha Ketahuan Pura-pura Miskin, Daftar Sekolah Pakai SKTM saat PPDB: Dicoret

Anak pejabat dan pengusaha ketahuan pura-pura miskin, daftar sekolah pakai SKTM buat PPDB afirmasi.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
trenggalekkab.go.id - KOMPAS.COM/RASYID RIDHO
Ilustrasi Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dipakai dua anak pejabat dan pengusaha daftar sekolah saat PPDB 

TRIBUNJATIM.COM - Ketahuan pura-pura miskin, anak pejabat dan pengusaha ternyata daftar sekolah pakai Surat Keterangan Tidak Mampu atau SKTM.

Kecurangan data tersebut diperoleh saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Afirmasi di SMAN 1 Kota Serang.

Ini terungkap setelah pihak sekolah melakukan verifikasi faktual dengan mendatangi rumah pendaftar.

Hal itu seperti diungkap oleh Penjabat Gubernur Banten, Al Muktabar.

Baca juga: PPDB Zonasi Bermasalah, Siswa Tak Lolos Dapat Bantuan Biaya Sekolah Swasta? Ini Kata Kemendikbud

Melansir Kompas.com, ia mengungkap, dua orang pendaftar merupakan anak pejabat dan pengusaha.

Mereka mendaftar sekolah dengan menyertakan SKTM yang dikeluarkan pemerintah setempat.

Mengetahui adanya manipulasi syarat pendaftaran, pihak sekolah kemudian mencoretnya.

Lantaran tidak masuk kriteria yang harus diprioritaskan di jalur PPDB afirmasi.

"Sudah dicoret, enggak bisa. Karena slotnya memang untuk afirmasi tadi kriterianya (kurang mampu)," kata Al Muktabar di SMAN 1 Kota Serang pada Rabu (12/7/2023).

Dikatakan Al Muktabar, jalur afirmasi diprioritaskan untuk masyarakat tidak mampu untuk mendapatkan kesempatan bersekolah di SMA/SMK Negeri.

Mantan Sekda Banten tersebut mengungkapkan, daya tampung PPDB pada jalur afirmasi masih belum terpenuhi.

Oleh karena itu, ia mengintruksikan kepada seluruh kepala sekolah untuk memenuhi kuota dengan mencari siswa dari kalangan tidak mampu agar beban biaya pendidikan mereka selanjutnya ditanggung pemerintah.

"Pada dasarnya, afirmasi itu untuk memberikan hak kepada saudara kita yang kurang mampu, kita akan cari."

"Yang tidak mampu silakan sampaikan, nanti kita akan datangi dan membuat berita acara," ujar Al Muktabar.

Hal senada juga diungkapkan Kepala SMAN 1 Kota Serang, M Najih.

Ia mengatakan, ditemukan ada pendaftar di jalur afirmasi dari kalangan pejabat dan pengusaha.

Dua pendaftar tersebut menggunakan SKTM asli.

Namun saat diverifikasi ke lapangan, ternyata keduanya dari kalangan keluarga mampu.

"Satu punya toko yang besar di Pasar Lama. Satu lagi anaknya calon anggota dewan (pejabat), rumahnya tingkat pula," kata Najih. 

Hasil verifikasi tersebut diputuskan kedua pendaftar ini tidak diterima atau ditolak.

Dikatakan Najih, kuota di jalur afirmasi masih ada 59 kursi yang belum terisi.

"Jalur afirmasi sejak dibuka hanya 18 orang yang mendaftar. Namun, hanya enam yang lulus verifikasi," ujar Najih.

Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar saat melakukan verifikasi faktual pendaftar PPDB jalur Zonasi di SMAN 1 Kota Serang (KOMPAS.COM/RASYID RIDHO)
Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar saat melakukan verifikasi faktual pendaftar PPDB jalur Zonasi di SMAN 1 Kota Serang (KOMPAS.COM/RASYID RIDHO)

Sementara itu orang tua di Tangerang nekat ukur jarak ke sekolah pakai meteran gara-gara PPDB zonasi anak tak diterima.

Orang tua tersebut nekat melakukan hal itu setelah anaknya tak diterima PPDB zonasi di SMAN 5 Kota Tangerang.

Ia mencoba membuktikan kebenaran siswa berjarak 59 meter hingga 100 meter dari sekolah yang diterima.

Setelah melakukan pengukuran dan pencarian, timbul kecurigaan adanya kecurangan.

Unggahan video yang memperlihatkan orang tua siswa nekat mengukur jarak ke sekolah demi memastikan zonasi, itu pun viral di media sosial (medsos).

Melansir Tribun Jabar, aksi tersebut dilakukan sang orang tua bernama Ayip Amir.

Ayip Amir melakukan aksi tersebut lantaran kecewa karena putranya tak diterima di sekolah tujuan lewat PPDB zonasi.

Diketahui putranya tersebut mendaftar ke SMAN 5 Kota Tangerang.

Ayip Amir heran karena tak menemukan siswa yang diterima dengan jarak kurang 100 meter.

Kini video orang tua siswa mengukur jarak ke sekolah tersebut viral.

Seperti salah satunya yang dibagikan oleh akun Instagram @undercover.id.

Dalam keterangan disebutkan, Ayip Amir mengukur jarak terdekat dari pemukiman warga ke SMAN 5 Kota Tangerang secara manual hanya menggunakan meteran.

Ayip Amir sendiri didampingi putranya untuk mencari peserta yang dipastikan diterima di SMAN 5 Kota Tangerang, yang hanya berjarak kurang dari 100 meter.

Namun ia heran karena tak menemukan siswa yang bermukim dekat SMAN 5 Kota Tangerang tersebut.

"Kami sengaja membawa meteran, biar puas sekalian kita cari itu nama siswa yang tertera dari 59 meter hingga 100 meter."

"Dan hasilnya nihil, tidak ada satu pun nama siswa di dekat-dekat sekolah itu," ujar Ayip Amir, dikutip Kamis (13/7/2023).

Dalam video yang beredar, Ayip Amir terlihat membawa meteran mengukur jarak dari sekolah ke salah satu rumah siswa.

Ayip Amir merasa heran karena tak ada siswa yang terdekat, tertera mendaftar ke SMAN 5 Kota Tangerang tersebut.

Ia juga mengaku telah menelusuri beberapa siswa yang diterima dengan jarak terdekat.

Namun ia tak menemukan hasil karena jaraknya yang justru lebih jauh.

"Enggak ketemu siswanya di depan tadi, enggak ada yang daftar di SMA."

"Makanya bingung ini, kacau," ujarnya.

"Posisi siswa yang didepan kita cek nama Sab*** tidak ada, adanya kata Ketua RW kemungkinan ada di belakang, tapi kan itu lebih jauh lagi jaraknya dari SMA."

"Makanya itu, posisinya SMA 5 ngukur jaraknya gimana, zonasinya?" tutur Ayip Amir heran.

Ayip Amir, orang tua siswa mengukur jarak dari rumah ke sekolah pakai meteran gegara PPDB zonasi anak tidak diterima
Ayip Amir, orang tua siswa mengukur jarak dari rumah ke sekolah pakai meteran gegara PPDB zonasi anak tidak diterima (Instagram/undercover.id)

Hingga kini video aksi orang tua siswa ukur jarak ke sekolah pakai meteran tersebut sudah menyita perhatian netizen.

Tak sedikit netizen yang memberikan komentar beragam soal PPDB jalur zonasi yang dinilai kontroversial.

Sejumlah netizen pun curiga banyaknya kecuringan dalam sistem PPDB zonasi tersebut.

Ada juga netizen yang menyarankan agar pemerintah kembali memberlakukan sistem nilai.

Berikut beragam komentar netizen:

"Masih mending lewat Nem atau nilai murni UN.. Terbukti kualitasnya di sekolah.. banyak sekolah favorit yg dari dulu terkenal ketat persaingannya, setelah adanya zonasi jadi menurun kualitas anak didiknya.. ini dirasakan semua guru.. namun apapun itu semoga ada jalan keluar yang bisa menjadi solusi saat ini.. semoga pendidikan Indonesia secepatnya menjadi lebih baik lago"

"Orangtua yg melakukan kecurangan dan sekolah ikut juga menerima kecurangan, kasian anaknya pak, dia sekolah udah gak halal, ilmunya gak berkah... Sekolah dimanapun sama bagusnya, cuma gara2 gak di sma favorit jd berlaku curang"

"Luar biasa perjuangan org tua utk menyekolahkan anaknya.. Semangat Bapak2," tulis beragam komentar netizen.

"Lah emang ga ada sosialisasi penghitungan jarak itu ditarik secara garis lurus? Gunanya google maps apa dong"

"PPDB Zonasi jadi ajang jual beli bro, banyak kasusnya di daerah gue dari tahun lalu"

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved