Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pemilu 2024

Proses Kaesang Jadi Ketua Umum PSI Diragukan Pengamat, Dampak Jangka Panjang: Berbanding Terbalik

Jika citra PSI yang dibangun selama ini bisa melemah. Hal itu tak lepas dari Kaesang yang baru dua hari bergabung dengan PSI lalu jadi Ketua Umum PSI

Editor: Torik Aqua
Kolase Kompas TV
Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep - Pengamat politik nilai citra PSI bisa melemah akibat efek samping Kaesang jadi Ketua Umum PSI 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Langkah PSI menjadikan Kaesang Pangarep sebagai ketua umum diragukan oleh pengamat politik.

Ada efek samping yang bisa ditimbulkan dari langkah PSI yang dinilai tak sesuai dengan corak demokrasi.

Menurut pengamat politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi menyebutkan jika citra PSI yang dibangun selama ini bisa melemah.

Hal itu tak lepas dari Kaesang yang baru dua hari bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu.

Padahal, sebuah partai demokratik modern seyogyanya dibangun melewati proses yang tertata dalam pelembagaan politik.

"Proses penentuan pejabat partai, apalagi proses suksesi maupun pemilihan kepemimpinan, harus dilakukan melalui prosedur demokratik dengan proses penjenjangan yang tertata," ungkap Airlangga.

Baca juga: Akhirnya Kaesang Pilih Ganjar atau Prabowo di Pilpres 2024? Arah PSI kini Ditentukan Anak Jokowi

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Terpilihnya seseorang yang baru masuk menjadi bagian dari partai hanya dalam 2 hari, kata Airlangga, seolah memperlihatkan adanya problem besar dalam kelembagaan internal PSI, dan justru bertolak belakang dengan semangat pelembagaan partai yang demokratis.

Sama halnya dengan terpilihnya Kaesang yang notabene baru bergabung ke dalam PSI, masih kata Airlangga, menunjukkan PSI tidak menggunakan proses tata kelembagaan yang ajek dan reguler untuk memilih pemimpin.

“Lebih terhormat pemilihan ketua RT yang luar biasa demokratis. Ada syarat, ada mekanisme, dipilih warga, dan berlangsung sangat demokratis,” ujar doktor alumnus Murdoch University, Australia, tersebut.

Menurut Airlangga, pemiluhan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI yang berlangsung secara cepat juga menunjukkan tidak terujinya proses meritokratik maupun penggemblengan terhadap Kaesang sebagai bagian dari dialektika.

"Sebagai politisi yang berproses dalam partai politik sudah seharusnya menjadi bagian dari budaya politik, apabila PSI mengaku sebagai partai bercorak demokrasi lho ya," kata Airlangga.

Airlangga khawatir, apa yang dilakukan oleh PSI justru tidak menjadi proses yang baik, dan dalam jangka panjang justru merugikan langkah politik Kaesang dalam karir politiknya.

Karena publik menilai Kaesang lebih memilih jalan politik instan.

“Image dari publik, dengan cara instan seperti ini, justru akan berkontribusi bagi pelemahan bagi PSI maupun Kaesang itu sendiri. Publik justru akan melihat terjadinya perendahan mutu atau regresi kelembagaan internal PSI. Alih-alih penguatan reformasi kelembagaan dalam tubuh PSI, justru berbanding terbalik," kata Airlangga.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved