Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Trenggalek

Workshop Batik Tulis Tertua di Trenggalek Padukan Motif Tradisional dengan Selera Generasi Muda

Di tengah modernisasi gaya berpakaian yang semakin modern, kain batik khas Trenggalek punya tempat tersendiri di hati masyarakat.

tribunjatim.com/Sofyan Arif Candra
Ilma Abidina Cahya Mencanting Batik di Workshop Griya Batik Tulis Rahayu, Jalan KH Ahmad Dahlan, Kelurahan Sumbergedong, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sofyan Arif Candra

TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Di tengah modernisasi gaya berpakaian yang semakin modern, kain batik khas Trenggalek punya tempat tersendiri di hati masyarakat.

Salah satu workshop batik tertua di Bumi Menak Sopal, yaitu Griya Batik Tulis Rahayu yang berlokasi di Jalan KH Ahmad Dahlan, Kelurahan Sumbergedong hingga saat ini terus berproduksi.

Bahkan dengan mempertahankan motif batik khas Trenggalek, banyak penggemar Batik Tulis Rahayu yang datang dari kota besar, mulai dari Surabaya, Solo, hingga Jakarta.

Pengelola Griya Batik Tulis Rahayu, Ilma Abidina Cahya, mengatakan setiap daerah memiliki ciri khas sendiri sedangkan batik Trenggalek punya ciri khas bunga cengkih dan Tari Turonggo Yakso.

"Di setiap ornamen batik tradisional klasik pasti dikasih kombinasi bunga cengkih, selain itu ada ornamen Batik Turonggo Yakso yang merupakan tari tradisional Trenggalek," ucapnya, Senin (2/10/2023).

Baca juga: Kisah Perajin Batik Tutur Khas Blitar, Berawal dari Kegiatan PKK, Kini Jadi Sumber Penghasilan

Griya Batik Tulis Rahayu sendiri konsisten menambahkan ornamen tersebut pada mayoritas motif batik yang diproduksi.

Dina, sapaan akrab Ilma Abidina Cahya, juga tidak banyak membuat perubahan motif karena salah satu ciri khas keotentikan batik tulis adalah menjaga motif yang sudah turun temurun digunakan.

Saat ini lebih kurang ada 50 motif tradisional yang tetap ia lestarikan mengikuti langkah kakeknya, Soekono, yang merintis usaha Batik Tulis Rahayu sejak tahun 1972.

"Alhamdulillah peminat selalu ada, setiap bulan minimal 100 pcs terjual. Galeri kita cuma di Trenggalek, tapi kita juga titipkan barang di beberapa kota, ada Tulungagung, Ponorogo, Surabaya, dan Jakarta," ucap lulusan Universitas Airlangga tahun 2018 tersebut.

Selain itu, ia juga menggenjot penjualan secara daring melalui loka pasar mulai dari Shoppee, Tiktok, hingga Tokopedia.

Baca juga: Intip Penampilan Artis Pakai Batik, Titi Kamal hingga Aurel Atta Ameena di Panggung Istana Berbatik

Walaupun penjualan melalui loka pasar ini belum sebesar penjualan konvensional, menurutnya penjualan melalui daring lebih menguntungkan.

"Salah satunya karena uang yang bisa dicairkan saat itu juga jadi cahsflownya lebih lancar. Kalau titip di toko orang, kita baru bisa ambil uangnya secara berkala, sedangkan setiap hari kita berproduksi," tambahnya.

Harga batik di Griya Batik Tulis Rahayu sendiri bervariasi mulai dari Rp 200 ribu, Rp 255 ribu, sampai Rp 750 ribu bahkan Rp 1 juta. Motif dan proses pembuatan sangat mempengaruhi harga batik tersebut.

"Saat ini kita punya 15 perajin, setiap satu perajin paling banyak bisa memproduksi 3 lembar kain batik dalam waktu satu pekan, tergantung motif dan perpaduan warnanya, ada juga yang satu lembar butuh satu bulan" ucap Dina.

Sementara itu, Soekono bersyukur hingga saat ini usaha batiknya masih bisa berjalan. Ia teringat satu-satunya semangat ia dalam menjalani usaha tersebut adalah tidak ingin batik Trenggalek mati.

Baca juga: Peragaan Batik Merah Putih, Cara Kreatif Remaja Kediri Tumbuhkan Semangat Nasionalisme

"Awal dulu tahun 1960 an saya juga belajar membatik sedikit demi sedikit. Setelah bisa saya jualan di Pasar Pon, awal dulu merintis juga sulit, tersendat-sendat tapi berkat kegigihan kami Alhamdulillah berjalan dan berkembang sampai sekarang," terangnya.

Ia juga teringat pada medio tahun 1980 an, antusias masyarakat untuk mengenakan batik sempat turun drastis, terutama di kalangan anak-anak muda.

Saat itu, ia dan perajin batik lainnya berlomba untuk membuat motif yang dirasa bisa menarik kembali minat anak muda.

"Makanya sampai sekarang untuk generasi muda ada motif sendiri, tapi tetap kita sertakan motif tradisionalnya agar terjaga," jelas Soekono.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved