Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pemilu 2024

Hasil Survei Indikator Politik: Ganjar Pranowo Jadi Bacapres yang Paling Banyak 'Nampang' di Baliho

Hasil survei Indikator Politik: Ganjar Pranowo di urutan pertama sebagai bacapres dengan sosialisasi tertinggi di media spanduk, baliho, atau stiker.

|
Editor: Elma Gloria Stevani
KOMPAS.com/Labib Zamani
Baliho bergambar bakal calon presiden (Bacapres) PDI-P Ganjar Pranowo bersanding dengan Presiden Jokowi terpasang di barat Tugu Makutha tepatnya Kawasan Jalan Adi Sucipto Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (21/7/2023). 

Para analis mengatakan bahwa salah satu perhitungannya adalah seberapa baik calon wakilnya diterima oleh PDIP dan juga dua partai lain yang telah menyatakan dukungan mereka terhadap pencalonan Ganjar Pranowo, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Seperti diketahui, PDIP memiliki kursi terbanyak di parlemen.

"Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah seberapa baik chemistry Ganjar Pranowo dengan calon wakilnya.

Hal ini penting karena tanpa hal tersebut, akan ada gesekan di kemudian hari jika Ganjar Pranowo memenangkan kursi kepresidenan," kata Hanan.

Ganjar Pranowo juga perlu mempertimbangkan apakah calon wakilnya dapat membantu memperluas basis pemilihnya.

Saat ini, kata Hanan, Ganjar Pranowo terlihat sangat populer di kalangan pemilih di Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun mungkin akan kesulitan untuk mendapatkan pendukung di provinsi-provinsi lain.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah apakah calon wakilnya memiliki kemampuan dan pengalaman teknokratis dan birokratis, ujar Direktur Eksekutif Lembaga Pemikir Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi.

"Namun popularitas adalah faktor yang paling penting, karena apa gunanya memiliki visi yang bagus atau kemampuan kepemimpinan yang baik jika anda kalah," kata Muhtadi.

Berikut beberapa nama yang mungkin maju sebagai cawapres Ganjar:

1. Mohammad Mahfud Mahmodin (Mahfud MD)

Mahfud, 65 tahun, adalah seorang cendekiawan Islam terkemuka yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia sebelum bergabung dengan Kabinet Presiden Joko Widodo pada 2020. Dia merupakan anggota organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), yang memiliki ribuan sekolah agama di seluruh Indonesia.

"Ganjar dianggap oleh publik sebagai seorang nasionalis karena partainya, PDIP, juga merupakan partai nasionalis. Memilih Mahfud sebagai cawapres akan memungkinkannya untuk merayu dukungan dari kalangan muslim religius, terutama [mereka yang berada di] NU," ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan.

Direktur Eksekutif Lembaga Pemikir Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menambahkan, secara historis dalam pemilihan presiden, PDIP cenderung memilih tokoh-tokoh Islam sebagai cawapres untuk menyeimbangkan citra nasionalisnya. Jokowi, yang berasal dari PDIP, memilih Jusuf Kalla, mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai pasangannya untuk masa jabatan pertamanya di 2014.

Pada 2019, dia memilih Ma'ruf Amin, mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), untuk menjadi wakil presidennya.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri juga memilih seorang cendekiawan Islam Hasyim Muzadi sebagai pasangannya ketika mencalonkan diri untuk masa jabatan keduanya pada 2004.

Megawati Sukarnoputri kalah dalam pemilu 2004 dari Susilo Bambang Yudhoyono yang kemudian menjadi presiden keenam Indonesia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved