Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sosok Kakek Sarono, Pemecah Batu Dibayar Rp10 Ribu per-Karung yang Biayai Sekolah 45 Anak Yatim

Kisah Kakek Saryono hidupi 45 anak yatim piatu padahal cuma kerja jadi pemecah batu. Bayaran Rp10 ribu per karung.

Editor: Hefty Suud
Kolase berbuatbaik.id - TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci
Potret Kakek Sarono, pemecah batu yang mampu hidupi 45 anak asuh dari kalangan yatim piatu, viral di media sosial.  

TRIBUNJATIM.COM -  Kisah Kakek Sarono kerja jadi pemecah batu tapi mampu hidupi 45 anak asuh dari kalangan yatim piatu, viral di media sosial

Apalagi diketahui kerja jadi pemecah batu, ia hanya dibayar Rp10 ribu per karung. 

Diketahui, Kakek Sarono sudah berusia 65 tahun. 

Ia mengalami kebutaan, tapi tetap semangat bekerja demi anak-anak angkatnya.

Setiap hari Kakek Sarono berjalan dari di RT 003 RW 009 Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur menuju tempat kerjanya yang berjarak 800 meter.

Ia tak lupa membawa tongkat kayu, martil dan jerigen berisi lima liter air.

Kakek Sarono menuangkan air lalu mengayunkan martil pada batu-batu bekas bahan material, kemudian ia hancurkan hingga berubah menjadi butiran pasir yang dihimpunnya ke dalam karung.

Baca juga: Kisah Majikan Bantu ART Obati Kanker hingga Habis Rp 344 Juta, Alasan Kelam Terungkap, Dia Penting

Baca juga: Suami Masih Cinta, Dona Eks TKW Mau Bangkit dan Kembali Semangat Hidup, Berharap Keluarga Utuh Lagi

Dari pekerjaan itu, kakek Sarono hanya mendapatkan Rp 10.000 per karung.

Sebelum bekerja sebagai pemecah batu, kakek Sarono pernah membantu angkutan umum.

Namun, kondisi tersebut tak berlangsung lama, lantaran kakek Sarono mengalami kerusakan syaraf mata pada tahun 1994.

Kebutaan Kakek Sarono tidak bisa disembuhkan karena syaraf matanya yang sudah melemah.

Sejak itulah kakek Sarono beralih pekerjaan, mulai dari menjual pisang hingga telur asin keliling.

Pada akhirnya, batu-batu material lah yang menjadi sumber rezeki bagi Kakek Kakek Sarono sampai saat ini.

Kakek Sarono saat bekerja memecah batu
Kakek Sarono saat bekerja memecah batu (TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci)

"Kalau saya dulu di lapangan, dulu di kendaraanlah, angkot gitu. Setelah itu kurang melihatlah rabunlah. Terus kita jualan telur asin, keliling keliling, kurang laku juga jualan pisang keliling kurang laku juga."

"Akhirnya kita lewat depan material itu, nabrak nabrak puing itu kalau kita ketokin jadi pasir banyak yang membutuhkan, sampai sekarang ngetokin batu," tutur Kakek Sarono dikutip dari berbuatbaik.id.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved