Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ahli Nutrisi Sebut Pemberian MPASI Terfortifikasi Dapat Cegah Anemia Defisiensi Besi Pada Bayi

Dokter Spesialis Anak dan Ahli Nutrisi Dr. Lanny Christine Gultom, SpA(K) mengatakan, Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu jenis anemia y

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
istimewa
Ilustrasi MPASI bayi 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA- Anemia memiliki beberapa jenis, salah satunya anemia defisiensi besi.

Dokter Spesialis Anak dan Ahli Nutrisi Dr. Lanny Christine Gultom, SpA(K) mengatakan, Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu jenis anemia yang paling umum terjadi. 

ADB adalah rendahnya kadar hemoglobin akibat kekurangan zat besi di dalam tubuh, yang juga dapat terjadi pada bayi.

Anemia defisiensi besi pada bayi, disebutnya, tidak terjadi secara tiba-tiba, namun didahului oleh dua tahapan yaitu deplesi besi (berkurangnya cadangan zat besi, namun kadar hemoglobin masih normal) dan defisiensi besi dimana kadar hemoglobin sudah menurun. 

"Bayi yang mengalami deplesi besi dan tidak ditangani dengan baik akan mengalami defisiensi besi. Jika kondisi defisiensi besi tidak juga di tangani segera, maka bayi akan mengalami ADB," ujar DR. Dr. Lanny Christine Gultom, SpA(K) – Dokter Spesialis Anak dan Ahli Nutrisi, dalam keterangan pers, Selasa (5/11/2023).

Lanny mengungkapkan, anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti suplai zat besi yang rendah. 

Baca juga: Amankah MPASI Fortifikasi untuk si Kecil? Ini Penjelasan Pakar Medis dan Teknologi Pangan

“Ini terjadi karena prematuritas, pemberian MPASI yang terlambat, diet vegetarian, hingga adanya gangguan menelan,” ungkapnya.

Hal lain, yaitu terjadinya peningkatan kebutuhan zat besi yang dipengaruhi salah satunya oleh berat badan lahir rendah. 

Adanya penurunan penyerapan zat besi di saluran cerna, dan perdarahan karena alergi susu sapi juga menjadi faktor penyebab anemia defisiensi besi.

"Penelitian Ringoringo pada bayi berusia 0 – 12 bulan di Kalimantan Selatan menemukan insidens ADB sebesar 47,4 persen. Insidens ADB pada penelitian ini cenderung lebih tinggi pada bayi yang lahir dari ibu dengan anemia dibandingkan ibu tanpa anemia," jelasnya.

Lanny menuturkan zat besi merupakan salah satu zat gizi penting untuk perkembangan janin, bayi, dan anak, terutama pada perkembangan otak. 

Adanya defisiensi zat besi bisa mengakibatkan gangguan perkembangan psikomotor dan fungsi kognitif, khususnya fokus dan daya ingat.

Pada saat di dalam kandungan, bayi mendapatkan asupan zat besi dari ibunya yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi bayi sampai empat hingga enam bulan pertama setelah kelahirannya. 

Bayi yang lahir cukup bulan dan mendapat ASI eksklusif tidak memerlukan suplementasi zat besi. 

"Ketika bayi mencapai usia empat hingga enam bulan, cadangan zat besi mulai habis sedangkan kebutuhan zat besi makin meningkat sehingga menyebabkan bayi lebih rentan untuk mengalami defisiensi besi. Kebutuhan ini harus dipenuhi dari MPASI," tandasnya. 

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved