Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Madiun

Kisah Guru asal Nganjuk Mengajar di Daerah Terpencil Madiun, Lewati Medan Sulit hingga Dorong Motor

Waka Kesiswaan Dian Widiawati (40), menjadi contoh beratnya perjuangan guru mengajar di daerah terpencil Madiun. Teptnya di SMPN Satu Atap Gemarang.

|
Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Febrianto Ramadani
Suasana Kegiatan Belajar Mengajar SMPN Satu Atap Gemarang Kelas VII Selasa (30/1/2024) 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Febrianto Ramadani

TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Waka Kesiswaan Dian Widiawati (40), menjadi contoh beratnya perjuangan guru mengajar di daerah terpencil Madiun. Tepatnya di SMPN Satu Atap Gemarang.

SMPN Satu Atap Gemarang berlokasi di Dusun Tungu, Desa Batok, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun. Sekolah ini berada di lereng Gunung Wilis.

Jika dilihat lewat aplikasi pesan digital, jarak SMPN Satu Atap Gemarang dengan Caruban, mencapai 35 menit.

Sementara jarak dari Kota Madiun, dibutuhkan waktu selama sejam dengan mengendarai sepeda motor.

Waka Kesiswaan Dian Widiawati (40), menceritakan suka dukanya selama mengajar di sekolah tersebut sejak 2011 silam.

“Awal penempatan di sini saya sempat mengeluh, tapi itu manusiawi. Namun akhirnya seiring berjalannya waktu, saya jalani semuanya,” ujar Dian, Selasa (30/1/2024).

Keluhan itu dialami lantaran Dian bukanlah warga asli Kabupaten Madiun. Ibu dua anak tersebut diketahui berasal dari Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk.

“Rumah saya Nganjuk, saya pulang pergi setiap hari, kurang lebih lama perjalanan sekitar satu jam. Karena sering lewat, saya sampai hafal jalan mana yang berlubang,” tuturnya.

Tidak mudah bagi Dian melewati akses jalan kecil di kaki pegunungan. Bahkan pernah ban sepeda motor yang ia tumpangi bocor di tengah perjalanan.

Baca juga: Kisah Guru SMA Semarang Tak Malu Jadi Badut, Dapat Puluhan Juta Per Bulan hingga Punya 15 Karyawan

Waka Kesiswaan Dian Widiawati (40), ketika mengisi kegiatan pembelajaran di Kelas VIII SMPN Satu Atap Gemarang, Selasa (30/1/2024).
Waka Kesiswaan Dian Widiawati (40), ketika mengisi kegiatan pembelajaran di Kelas VIII SMPN Satu Atap Gemarang, Selasa (30/1/2024). (tribunjatim.com/Febrianto Ramadani)

Baca juga: Cuma Lulusan D2, Guru SD Dipecat Lewat WhatsApp, Tiba-tiba Dilarang Ngajar Padahal 18 Tahun Mengabdi

“Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB. Sampai di sekolah 07.30 WIB. Pernah bocor, karena tidak ada tambal ban saya menuntun, alhamdulillah saat itu ditolong teman saya memanggil montir,” bebernya.

Dirinya mengungkapkan, pendekatan yang dilakukan selama ini antara lain memahami kultur budaya lingkungan sekitar, hingga berkenalan dengan murid maupun wali murid.

Perlahan lahan, lanjut Dian, munculah ikatan batin yang kuat. Bahkan, ibu dua anak ini juga muncul pemikiran yang berbeda.

“Jika seandainya meninggalkan sekolah ini, timbul kasihan untuk anak-anak, tentang kebutuhan pendidikan mereka nanti gimana. Karena rumah mereka jauh,” ucapnya.

Menurutnya, jumlah total murid dari kelas 7 sampai dengan 9 sebanyak 23 siswa. Sedangkan jumlah guru hanya 6 orang. Otomatis, mau tidak mau harus merangkap jabatan.

“Saya merangkap dari Waka Kurikulum, Guru IPA, sama Operator PIP. Kalau gaji jumlahnya sama, tidak ada insentif tambahan,” terangnya.

Baca juga: Kisah Guru di Blitar, Buka Sanggar Lukis Disela Mengajar, Kadang Dibayar dengan Beras hingga Telur

Baca juga: Kisah Guru Pelosok Lewati Jalan Berlumpur Demi Ngajar ke Sekolah, Ingin Pakai Sepatu Kinclong: Andai

SMPN Satu Atap Gemarang, lanjut Dian, sudah berdiri sejak tahun 2007. Jumlah peserta didik paling banyak yang dimiliki sekolah tersebut hanya sekitar 50 siswa, pada tahun ajaran 2012/2013. 

Jumlah itu pun terus menyusut dari tahun ke tahun, seiring hilang atau berkurangnya fasilitas yang ada di sekolah tersebut. 

“Saya yakin semua bapak ibu guru yang baru ditempatkan sini, pasti akan merasa keberatan. Tapi karena sudah merasakan bertahun-tahun, akhirnya ya sudah kayak menyatu dengan masyarakat sama anak-anak sini,” kata Dian.

Dian berpesan, jika naluri sebagai seorang guru sudah terketuk,  ditempatkan dimanapun akan berusaha menjalankan semuanya dengan ikhlas.

“Lambat laun pasti menemukan sesuatu hal yang tertancap di dalam benak pribadi. Lalu untuk anak anak, motivasi lebih ditingkatkan, bahwasanya manfaatkan kesempatan untuk sekolah demi memenuhi kebutuhan pendidikan demi meraih cita cita setinggi mungkin,” pungkasnya

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved