Berita Surabaya
Maestro Tari Didik Nini Thowok Merayakan Imlek di Surabaya, Tampilkan Lima Elemen Dalam Tarian
Maestro Tari Didik Nini Thowok Merayakan Imlek di Surabaya, Tampilkan Lima Elemen Dalam Tarian
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Maestro tari Didik Nini Thowok tampil menghibur warga Surabaya pada malam pergantian Tahun Baru Imlek di Leedon Hotel & Suites Surabaya, Jumat malam (9/2/2024).
Seniman berdarah Tionghoa itu menampilkan tari Ponco Sari. Penampilan tarian itu berpadu dengan kostumnya yang syarat akan budaya.
Didik menjelaskan, Tari Ponco Sari memiliki lima elemen yakni budaya Tionghoa, India, budaya barat, tradisi dan komedi.
“Frame komedi selalu hadir jadi penyajiannya segar,” ungkap Didik Nini Thowok di sela gladi resik, Jumat (9/2/2024).
Sedang untuk tiga negara, ia menuturkan bahwa budaya Tionghoa, India, budaya barat itu menjadi latar historis selama ini yang kuat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia.
Baca juga: Harapan Gubernur Jatim Khofifah di Tahun Baru Imlek, Kenang Sosok Gus Dur yang Punya Peran
Didik tampil solo selama 45 menit. Ia menari dan bernyanyi sambil menyapa tamu hotel.
Seniman dengan nama asli Kwee Tjoen An ini tidak membutuhkan waktu cukup lama untuk mempersiapkan penampilannya.
Ia menyebut tidak ada ritual khusus dalam penampilan malam ini, berbeda apabila harus tampil di event tertentu dengan tarian Beskalan Putri.
“Persiapan makeupnya dua jam, konsentrasi dulu, fokus dulu 15 menit, baru tampil. Kalau untuk event tertentu misal tari Beskalan Putri, yang untuk ritual spiritual. Karena saya waktu mendapatkan ilmu Beskalan itu pakai ritual,” ungkapnya.
Pria berusia 69 tahun itu, masih aktif di panggung pentas seni tari lantaran rasa cintanya terhadap tari dan budaya Indonesia. Ia mengkaji dan mempopulerkan seni tari cross gender.
Cross gender yang dimaksud adalah seni pertunjukan yang dibawakan secara silang gender. Misalnya, penari laki-laki membawa lakon perempuan dan sebaliknya.
menyebut bahwa tarian cross gender ini sudah marak dibawakan di belahan dunia. Contohnya, pertunjukan Kabuki di Jepang yang sebagian dipertunjukan oleh laki-laki yang berdandan seperti perempuan.
“Di Solo ada Langendriyan ceritanya pasti tentang Damarwulan, semua pemainnya perempuan. Disebut kadang opera Jawa. Yang jadi Minak Jinggo ya wedhok, ini lah cross gender wong memerankan laki-laki. Kalau di Yogyakarta kebalikan pemainnya laki-laki. Di sejarahnya ada,” ungkapnya.
Namun, sayangnya, Didik mengaku masih kerap menemui pertentangan-pertentangan terhadap karya seni pertunjukan Cross Gender. Biasanya kesenian jenis ini dipertentangkan dengan agama, dalam kontroversi seputar kaitan Cross Gender terhadap LGBT.
“Karena modernisasi kadang-kadang kalau bicara Cross Gender dikaitkan LGBT. Sebelum LGBT lahir, seni cross gender di Jepang, China, Indonesia, di India sudah ada karena itu bagian budaya. Makanya kita harus cerdas, belajar dan memilah istilahnya menempatkan porsi dan tempatnya masing-masing,” ujarnya.
| 5 Tempat Wisata Hits di Surabaya Wajib Dikunjungi, Atlantis Land hingga Adventure Land Romokalisari |
|
|---|
| Sosok Suami Tumini yang 15 Tahun Tinggal Ponten Umum, Nasib Kini Harus Pindah, Bakal Dapat Bantuan |
|
|---|
| Nasib Pengantin Nyaris Gagal Nikah Gegara Ditipu WO hingga Rugi Rp 74 Juta, Sosok Pelaku Terungkap |
|
|---|
| Beda Cara Eri Cahyadi & Dedi Mulyadi Bina Anak Nakal, Jabar Ada Barak Militer, Surabaya Buka Asrama |
|
|---|
| Lokasi Jan Hwa Diana Sembunyikan 108 Ijazah Eks Karyawan Terjawab, Terancam Hukuman 4 Tahun Penjara |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.