Berita Internasional
Pekerja di Australia Bakal Dapat Hak Menolak Telepon Atasan di Luar Jam Kerja, RUU Akan Diserahkan
Australia akan mengajukan RUU untuk memberikan pekerja hak menolak telepon dan pesan yang tak masuk akal dari atasan di luar jam kerja
Partai Buruh yang berhaluan kiri merupakan partai pertama yang mendukung dan mengusulkan aturan tersebut pada 2023, dikutip dari Reuters.
Pemimpin Partai Buruh Adam Bandt mengatakan, diajukannya RUU Hubungan Industrial Australia merupakan salah satu bentuk pencapaian dari koalisi antara Partai Buruh dan partai-partai kecil dan independen lainnya untuk mendukung aturan ini.
“Warga Australia rata-rata bekerja lembur selama enam minggu tanpa dibayar setiap tahunnya,” kata Bandt dalam akun resmi X.
Lebih lanjut, Bandt mengatakan bahwa nominal tersebut sekitar lebih dari 92 miliar dollar Australia atau sekitar Rp 937,370 triliun.
“Waktu itu milikmu. Bukan bosmu,” cuitnya.
Meskipun demikian, beberapa politisi, kelompok pengusaha, dan pemimpin perusahaan mempunyai pandangan yang berseberangan dengan apa yang diinginkan Pemerintah Australia.
Mereka memperingatkan bahwa hak untuk memutuskan hubungan dengan ketentuan ini merupakan tindakan yang berlebihan.
Selain itu, mereka juga berpendapat, aturan ini akan melemahkan upaya menuju sistem kerja fleksibel dan berdampak pada daya saing Australia di kemudian hari.
Banyak pekerja lembur tidak dibayar di Australia
Selama 15 tahun terakhir, Centre for Future Work (CFW) dari Australia Institute telah menghitung jumlah uang lembur yang tidak dibayar.
Lembaga tersebut menyatakan bahwa rata-rata pekerja melakukan 5,4 jam kerja tidak berbayar setiap minggu.
Ekonom sekaligus direktur CFW Jim Stanford mengatakan, apabila dihitung, ada sekitar 100 miliar dollar Australia atau sekitar Rp 1,02 biliun gaji per tahun yang tidak dibayarkan bagi semua pekerja di Australia.
“Masalah lembur yang tidak dibayar bukanlah hal baru. Namun, fenomena ini sekarang muncul dalam bentuk yang baru. Batasan antara pekerjaan dan hidup akan semakin kabur,” kata Stanford, dilansir dari The Guardian.
Menurut dia, fenomena ini terjadi karena adanya perubahan teknologi yang berkembang akhir-akhir ini.
Akhirnya, pekerja akan semakin diminta untuk melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pekerjaan ketika tidak berada di tempat kerja, bahkan di luar jam kerja.
Berita Artis dan Berita Jatim lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com
4 Pebulutangkis Indonesia Dapat Kenaikan Ranking BWF Usai Macau Open 2025, Alwi Farhan Posisi ke-23 |
![]() |
---|
Gempa Rusia Berdampak Potensi Tsunami di 10 Daerah Ini, Kep Talaud - Gorontalo, Ketinggian 0,5 Meter |
![]() |
---|
Sosok Pangeran Al Waleed Meninggal Usai 20 Tahun Koma, Sleeping Prince Ponakan Miliarder Arab Saudi |
![]() |
---|
Siapa Paling Terdampak Jika Selat Hormuz Ditutup? Jalur Minyak Rp 9.700 T, Ini Jawaban Alternatifnya |
![]() |
---|
Ini Dampak Bagi Asia Jika Iran akan Menutup Selat Hormuz Gegara Serangan AS terhadap 3 Lokasi Nuklir |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.