Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pemilu 2024

Bukan Caleg Gagal, Timses dan KPPS di Ponorogo Konsultasi ke Dokter Jiwa usai Pemilu 2024

Pasca pesta demokrasi Pemilu 2024, beberapa orang telah melakukan konsultasi ke dokter jiwa. Baik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Harjono Ponorog

tribunjatim.com/Pramita Kusumaningrum
Pasca Pemilu 2024, beberapa orang telah melakukan konsultasi ke dokter jiwa. Baik di RSUD dr Harjono Ponorogo maupun praktik mandiri. Bukan calon legislatif (caleg) yang gagal. Namun tim sukses (timses) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). 

Laporan Wartawan Tribunjatim.com, Pramita Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Pasca pesta demokrasi Pemilu 2024, beberapa orang telah melakukan konsultasi ke dokter jiwa. Baik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Harjono Ponorogo maupun praktik mandiri.

Bukan calon legislatif (caleg) yang gagal. Namun tim sukses (timses) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

“Yang datang ke RSUD dr Harjono maupun ke praktik mandiri saya ada beberapa orang. Kurang dari 10 orang,” ungkap dokter spesialis jiwa, dr Andri Nurdiyana Sari, Sp.Kj.

Di menjelaskan bahwa beberapa  yang sudah konsultasi, dengan berbagai keluhan. “Ada timses maupun KPPS,” kata dr Andri, Kamis (22/2/2024).

Gejala yang dialami mereka beranekaragam. Untuk timses itu mulai mual, pusing kecemasan berlebihan, insomnia. 

“Juga deg degan dan cemas berlebihan. Mungkin karena sudah mencari tapi dapetnya segini kan gitu kalo timses,” terangnya.

Lain dengan KPPS yang datang berkonsultasi. Menurutnya KPPS karena kelelahan. Selain menyiapkan saat pencoblosan juga ditambah beban kerja.

Baca juga: Tangani Caleg Gagal, RSUD dr Harjono Ponorogo Sediakan Rawat Inap dan Konsultasi Kejiwaan

Baca juga: Bakal Cair 10 Hari Sebelum Lebaran, Apakah Gaji ke-13 PNS 2024 Ada Kenaikan? ini Penjelasan BKN

“Ada salah satu kasus itu selisih angka jadi merasa ketakutan, takut kalau tidak bertanggung jawab takut disalahgunakan,” bebernya.

Pun ada yang datang karena paranoid. Dimana orang disekitar menunjuk bahwa pasiennya disalahkan.

“Dampaknya pasien itu sampai tidak berani keluar rumah. Case kasus yang paranoid itu KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara),” paparnya.

Dari mereka yang konsultasi, ada yang hanya rawat jalan. Akan tetapi  juga ada yang harus rawat inap. Namun untuk rawat inap itu tidak di poli jiwa, karena ada juga yang sakit secara fisik.

“Tidak sampai mengamuk. Jadi fisiknya sakit, psikisnya juga terganggu. Sehingga rawat inap yang biasa,” pungkasnya

Baca juga: Gontok-gontokan di TPS, Inul dan Suami Debat soal Pilihan Capres, Ogah Jadi Timses: Nanti Jealous

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved