Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Morazen Surabaya Kenalkan Earth Hour Pada Anak-Anak Sambil Main Permainan Tradisional

Morazen Surabaya Kenalkan Earth Hour Pada Anak-Anak Sambil Main Permainan Tradisional

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Nurika
Memanfaatkan mati lampu Earth Hour dengan bermain bersama keluarga di Hotel Morazen Surabaya 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA- Hotel Morazen Surabaya memperingati gerakan peduli lingkungan, Earth Hour, dengan melibatkan sejumlah keluarga. 

Acara ini identik dengan mematikan lampu selama satu jam, yang dirayakan setiap tahun menjelang akhir bulan maret. 

Ketika lampu dimatikan dan suasana menjadi gelap, dapat dimanfaatkan dengan kegiatan positif seperti berkumpul dengan keluarga. 

Oleh karena itu, Hotel Morazen Surabaya mengajak keluarga bonding bersama sambil bermain permainan tradisional selama acara berlangsung.

Bertajuk Disconnect to Connect, Earth Hour dimaknai sebagai pemutusan aliran listrik untuk bisa lebih berkoneksi secara emosional antar anggota keluarga. 

Event ini juga sejenak menjauhkan orang tua maupun anak-anak dari aktivitas gawai dan lebih mengenal permainan tradisional.

“Kita memberikan satu jam untuk bumi. Mematikan seluruh area lobby, suasananya mati lampu dan kasih pengertian ke anak-anak kalau bisa main siluet tangan, main kereta api tradisional. Walau tidak bersama gadget, bisa tetap gembira seperti saat mati lampu jaman mama-papanya dulu,” ungkap Litania Utami selaku Marketing Communications & Public Relations Manager, Sabtu malam (23/3/2024).

Baca juga: Beef Kofta Satu Meter Meriahkan Ramadan di Morazen Surabaya, Buka Puasa Bareng Makin Seru 

Acara ini menggandeng Komunitas Kampoeng Dolanan untuk mempersiapkan sejumlah permainan di area lobby hotel.

Permainan yang disiapkan beragam jenis. Ada wayang tenda, dakon, lompat tali, gasing bambu, kelereng, dua jenis enggrang bambu, hulahoop dan masih banyak jenis lainnya.

Anak-anak tampak antusias memainkan permainan tradisional dengan didampingi orang tua maupun saudara. 

Mereka semakin semangat saat diberikan kuis terkait permainan tradisional maupun pengertian kegiatan Earth Hour. 

Tidak hanya mematikan lampu, konsep pelestarian lingkungan ini juga disampaikan dengan ringan dan menyenangkan. 

Baca juga: Grand Dafam Signature Berganti Nama Menjadi Hotel Morazen, Usung Wellness Center Nyaman Berlama-Lama

Mereka juga bisa mencicipi es krim hingga camilan yang semuanya berbasis tumbuhan.

“Salah satu bentuk komitmen kami mengajarkan kepada anak-anak cara mencintai bumi,” ucap Lita. 

Tidak perlu khawatir saat gelap mati lampu, pihak hotel menyiapkan sejumlah lilin dan lampu ublik jaman dahulu berbahan minyak. Sehingga bermain tetap menyenangkan.

Melalui momen ini, Morazen Surabaya ingin berpartisipasi dalam kampanye sadar Bumi semakin melampaui ambang batas (degradasi lingkungan). Risiko terburuk akan menimpa Bumi dan makhluk hidup yang tinggal.

Baca juga: Sajian Lezat Ramadan, The Southern Hotel Surabaya Adaptasi Kuliner dari Kota 9 Wali

“Kalau anak sekarang, kalau bukan kita yang mengenalkan, mengajarkan siapa lagi. Aktivasi ini kami harap bisa menyentuh kesadaran masyarakat, orang tua bisa bonding dengan anak-anak dan kami bisa berkontribusi menyumbang energi yang kita simpan selama satu jam” ungkapnya.

Sementara Ketua Komunitas Kampoeng Dolanan Cak Mus menyebut, antusias anak-anak terlihat saat melihat beberapa permainan tradisional yang telah disiapkan di area hotel.

Menurutnya, dewasa ini anak-anak bukan lah tidak tertarik permainan tradisional namun kesempatan mereka untuk mengenal masih minim. Sehingga, diharapkan seseorang yang tahu akan permainan tradisional dapat mengenalkannya kepada anak-anak.

“Anak-anak punya daya tarik tinggi pada permainan tradisional. Hanya saja kesempatan mengenal itu minim. Jadi untuk kita yang dewasa ayo lakukan edukasi bahwa permainan tradisional kebutuhan anak-anak, bukan teknologi,” ungkapnya.

Kegiatan ini dapat dimanfaatkan oleh orang tua dalam mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak jaman sekarang.

Salah satu tips yang diberikan oleh Cak Mus dalam mengenalkan permainan tradisional adalah menaruh permainan tersebut di sekitar anak. Anak-anak dengan stimulus daya tarik, disebut akan dengan sendirinya menanyakan dan penasaran dengan permainan tersebut.

Sebanyak lebih dari tujuh permainan tradisional yang dibawa untuk acara Earth Hour ini disebut bisa dimainkan secara indoor. Cak Mus juga mengatakan, bahwa sebagian besar permainan tradisional cenderung fleksibel tanpa membutuhkan lahan luas dan tetap bisa dimainkan di dalam ruangan.

“Dengan adanya permainan tradisional yang kami teliti, menjadikan anak-anak ini menjadi manusia seutuhnya bukan perantara,” ungkapnya.

Para pengunjung terlihat menikmati acara. Mereka bermain bersama dengan suasana gelap dengan penerangan minim dari lilin dan ublik.

Sebagai orang tua, Insan Vidi Rahman dan Emy sepakat acara ini menghubungkan kembali antar anggota keluarga. Terutama saat mati lampu mereka juga melepaskan gawai dan berkumpul untuk bermain.

Keduanya menemani buah hati yang berumur 13 dan 11 tahun, bermain aneka permainan. Mulai dari dakon, gangsing dan melihat siluet wayang tenda yang dimainkan di tengah suasana gelap.

“Kita jadi lebih ada waktu untuk ngobrol dan main sama keluarga. Anak-anak juga jadi tahu mainan jaman dulu itu asyik. Mereka bisa main gangsing, dakon, kereta api bareng-bareng. Karena awalnya mereka ga akrab permainan seperti itu,” ungkap orang tua pengunjung Insan Vidi Rahman

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved