Dokter Sebut Degeneratif Tulang Kerap Dialami Lansia, Rawat Tulang dengan Aktif Bergerak

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nurika Anisa

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dokter spesialis ortopedi dr. Erwin Ramawan, SpOT (K) menyebut, permasalahan degeneratif tulang menjadi gangguan kesehatan yang umum terjadi pada masyarakat lanjut usia.

Beberapa permasalahan kesehatan tulang yang kerab terjadi pada usia lanjut adalah gangguan sendi (anthroplasty), persendian keropos, ganti panggul sendi dan lutut hingga gangguan tulang belakang.

“Proses degeneratif itu biasanya mengikuti usia itu yang kita lakukan anthroplasty ganti sendi panggul, ganti sendi lutut, ganti sendi perhelangan kaki atau engkel,” sebut dr. Erwin Ramawan, belum lama ini.

dr. Erwin Ramawan menyebut, secara umum usia yang lebih tua beresiko terhadap permasalahan tulang atau organ gerak tubuh. 

Namun, usia tulang belum tentu sama dengan usia seseorang sebenarnya. Hal ini dibedakan dari usia klinis, usia badan dan usia penggunaan. 

“Secara umum memang yang lebih tua, lebih resiko tapi bukan berarti yang muda tidak beresiko karena usia biologis tidak sama dengan usia organ atau pemakaian,” ucap alumnus FK Unair tersebut.

“Kalau di rata-rata mungkin usia 50 an sampai 60 orang sudah banyak operasi ganti sendi lutut tapi saya pernah (penanganan) pada usia 43 tahun,” tambahnya.

Baca juga: 15 RS Uji Coba Terapkan KRIS Pengganti BPJS Kesehatan 2024, Cek Kriteria Fasilitas Ruang Perawatan

dr. Erwin menyebut, telah menangani pasien berusia 99 tahun dengan penanganan operasi panggul yang kemudian beberapa tahun selanjutnya pasien tersebut jatuh posisi duduk dan mengalami gangguan tulang belakang.

Pasien tersebut mendapatkan tindakan operasi di usia 101 tahun.

“101 tahun, bisa jadi bukan usia tapi kondisi fisik kesehatan screening,” sebutnya.

Menua dengan sehat, termasuk sehat tulang tanpa mengalami keropos (osteoporosis) dan permasalahan-permasalahan tulang lainnya adalah impian banyak orang.

Sebab penyakit tulang osteoporosis dan saraf pada tulang belakang juga menjadi paling banyak terjadi, menyusul permasalahan umum pada tulang yakni cedera dan patah tulang.

“Yang paling banyak dikerjakan satu cedera, kedua ganti sendi, kemudian tulang belakang. Secara umum itu yang paling banyak dikerjakan,” ucapnya.

Maka dari itu sebaiknya mulai menjaga kesehatan tulang dari sekarang, agar kesehatan tulang terjaga seiring bertambahnya usia.

Salah satunya aktif bergerak untuk menunjang kesehatan tubuh, termasuk bagian tulang. 

Baca juga: Mengenal Surabaya Mlayu Banter, Komunitas Lari yang Bikin Sehat Tapi juga Wadah Kreativitas

Aktivitas fisik menjadi catatan penting mengingat di jaman serba digital ini dimanjakan dengan berbagai fasilitas sehingga bisa melakukan banyak hal tanpa harus melakukan banyak gerak.

Penting bagi tubuh untuk tetap bergerak. Jarang bergerak dapat membuat otot dan tulang jadi semakin lemah. Selain itu dapat menimbulkan permasalahan kesehatan lainnya.

dr. Erwin Ramawan menyebut dengan aktif berjalan dapat menjaga kesehatan dan kekuatan tulang. Seperti imbauan 10 ribu langkah perhari.

“Kalau mau sehat jalan 10 ribu langkah, walaupun hal itu dapat beresiko yang lain, misalnya terhadap lutut. Kalau tidak bergerak dan berjalan, bisa tidak sehat, pikun lebih dini, tidak bersosialisasi,” sebutnya.

Melalui Rumah Sakit Mitra Keluarga, dr. Erwin Ramawan bersama dr Taufin Warindra, Sp.OT (K) menghadirkan Bone, Joint & Spine Clinic untuk menangani keluhan pada sendi panggul, lutut, hingga patah tulang maupun cedera. 

Sehingga dengan adanya layanan komprehensif dan dokter kompeten di bidangnya, diharapkan masyarakat tidak perlu berobat ke luar negeri.

dr. Erwin menyebut, di Indonesia jumlah operasi lutut dan pinggul terbilang masih sangat sedikit, diperkirakan 5 ribu setiap tahun. 

Padahal jika dibandingkan dengan negara yang lebih sedikit penduduknya seperti Jerman tercatat melakukan operasi panggul dan lutut sebanyak 500 ribu pertahun.

“Aktif memang punya resiko, seperti di luar negeri. Mau gimana? tapi itu bagian resiko, kalau diam saja (tidak aktif bergerak) ya akan ada resiko penyakit lain jantung, kolesterol, diabetes, berada di kursi roda bisa lebih dini,” sebutnya.

Sementara itu, dr Taufin Warindra, Sp.OT (K) menambahkan, usia tidak menggambarkan resiko tetapi bergantung pada kondisi kesehatan seseorang. 

Tindakan operasi pun dilakukan dengan teknologi dan minimal invasive diharapkan mengurangi nyeri pasca operasi sehingga pemulihan pasien dapat berjalan lebih cepat.

Bone, Joint & Spine Clinic disebut membantu menghilangkan rasa sakit dan memberikan keleluasaan beraktivitas untuk menjalankan kegiatan yang sebelumnya terbatas dikarenakan nyeri panggul.

“Operasi sekarang sudah bukan seperti dulu yang sayatannya besra, dengan teknologi sekarang yang ada di sini, endoscopy, bahkan tulang belakang pun bisa kami lakukan. Biasanya dua hari setelah operasi bisa langsung pulang, bisa jalan, minimal invasive,” sebut dr. Taufin.

Supaya tindakan operasi tidak dirasa menakutkan, ortopedi klinik ini juga memberikan ruang virtual reality (VR) yang dapat disambungkan untuk dilihat keluarga, ruang exercise, dan pelayanan personal seperti waktu kontrol hingga sampel darah oleh tim laboratorium.

“Kami punya sesuatu yang agak berbeda di tempat lain, kalau pasien yang ingin tahu bagaimana melakukan operasi kami ada ruang dan alat VR. Walaupun virtual tapi tahu langkahnya, misal operasi panggul, lutut, bisa dibayangkan kira-kira seperti apa melalui alat ini. Alhamdulillah 24 tahun saya berkarya, tidak satupun infeksi terjadi. Jadi di ruang ini bisa dilihat, dan semua yang dilakukan transparan,” tutup dr. Erwin Ramawan.