Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

FSAI 2024 Disambut Antusias, Gugah Semangat Movie Enthusiast Surabaya Kenal Budaya Lewat Film

Digelarnya kembali Festival Sinema Australia-Indonesia (FSAI) 2024 menambah khasanah pengetahuan perfilman dua negara.

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Nurika Anisa
Pembukaan FSAI di Ciputra World Surabaya, Jumat (7/6/2024). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nurika Anisa

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA- Digelarnya kembali Festival Sinema Australia-Indonesia (FSAI) 2024 menambah khasanah pengetahuan perfilman dua negara. Festival ini turut menandai 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Australia.

Gelaran festival tahunan kesembilan kalinya yang diadakan oleh Konsulat Jenderal (Konjen) Australia tersebut, turut mengundang antusias para sineas muda, civitas akademika maupun multi profesi di Surabaya.

FSAI di Surabaya dibuka dengan nonton film di XXI Ciputra World Surabaya, setelah sebelumnya diadakan sesi masterclass bersama arsiparis, pembuat film eksperimental dan dosen di School of Media, Creative Arts and Social Inquiry di Universitas Curtin yakni Louise Curham, Jumat (7/6/2024).

Masyarakat Surabaya terutama movie enthusiast berkesempatan menonton film-film Australia dan Indonesia. Salah satunya pemutaran perdana film Blueback.

Film dari Australia Barat yang menceritakan kisah umum tentang persahabatan, keluarga, dan komunitas. Film tersebut membawa isu penting terkait lingkungan yang dikemas menarik.

“Dibuat takjub dengan semua pengambilan gambar dan pesan yang disampaikan, sangat bisa sampai kepada kami anak muda,” sebut Sindy ditemani rekannya Indry, mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya.

Baca juga: FSAI 2024 Suguhkan Genre Film Bervariasi, Perkaya Pengetahuan Nilai dan Budaya Dua Negara

Sindy mengaku, isu lingkungan yang disuguhkan dalam film berdurasi sekitar hampir dua jam tersebut menggerakan hati untuk terus menjaga lingkungan.

Suguhan film berlatar tempat di kawasan Australia Barat tersebut juga menyadarkan akan pentingnya alam atau lingkungan dalam kehidupan manusia. Begitu pun dengan tantangan yang harus dihadapi untuk menjaganya.

“Dari film ini sadar, bahwa kita milik alam. Jadi seharusnya isu-isu ini diperjuangkan. Melalui film memudahkan untuk menyampaikan pentingnya manusia sadar diri menjaga alam,” sebutnya.

Sebagai movie enthusiast yang juga bergabung pada komunitas film di Surabaya, keduanya kompak menyebut bahwa rangkaian FSAI memberikan pengetahuan-pengetahuan baru terkait pembuatan film.

Selama penayangan film berlangsung, Indry tidak hanya mengambil pesan film tetapi juga memperhatikan bagaimana keindahan karya dan pesan film tersebut disuguhkan. Menilik penata seni, lighting, peran sang aktor, pengambilan gambar, cahaya, warna yang ditayangkan dinilai sangat menarik.

Baca juga: FSAI 2024 Bakal Tayangkan Film Terbaik dan Sesi Masterclass, Simak Acara dan Partisipasi di Surabaya

“Kita nonton tapi juga bisa belajar pengambilan gambar, setting, lighting dan property. Dari situ kita belajar, misal latar belakangnya yang sangat berkaitan dan mendukung untuk penyampaian pesan,” sebutnya.

Dimulainya FSAI di Surabaya juga disambut antusias oleh Dhahana Adi yang datang mewakili dua pusat kebudayaan Eropa yakni Wisma Jerman dan IFI Surabaya. Ia menyebut, acara ini bertepatan dengan rangkaian Europe on Screen 2024 di IFI. Ia pun mengucapkan selamat atas dibukanya penyelenggaraan festival sinema Australia Indonesia.

Ia menyebut, dengan adanya festival sinema ini semakin mengukuhkan skena diplomasi Indonesia dan negara-negara lainnya. 

Sebab film dapat menjadi salah satu sarana diplomasi budaya, yang mana dalam hal ini menunjukan kepedulian Australia terhadap perkembangan budaya khususnya sinema di Indonesia. Sehingga, festival sinema seperti ini disebut bisa menjadi salah satu hiburan budaya alternatif.

“Festival sinema ini memang harus digalakan kembali setelah tertidur karena pandemi. Karena sinema seperti ini bukan hanya tontonan, tapi hiburan dan tutunan. Semoga menjadi inspirasi arek-arek Surabaya, khususnya di bidang seni, budaya, diplomasi budaya, diplomasi bahasa, melalui kegiatan seperti ini,” ujarnya.

Seperti diketahui, selain digelar di Surabaya, FSAI juga diadakan di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Padang, Mataram, Makassar, Manado, Samarinda, dan  Balikpapan.

FSAI juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa, sineas muda dan masyarakat umum untuk belajar dari Sineas Australia maupun Indonesia yang berpartisipasi dalam masterclass

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved