Berita Viral
Cuma Modal Rp200 Ribu, Ari Anak Petani Lulus Polisi sampai Jual Sepatu untuk Beli Makan saat Tes
Ari sampai terpaksa meminta sang adik menjual sepatu bolanya agar mendapatkan uang untuk membeli makanan saat ikut tes.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
"SALUT DENGAN PERJUANGAN KAKAK YANG SATU INI , DENGAN PENGABDIAN YANG IKHLAS DAN MELAKUKAN TUGAS KARENA AMANAH TUHAN YME , PENGABDIAN YANG TULUS , SEMOGA KELAK BISA MENJADI JENDRAL AMIN YAROB @divisihumaspolri "
"Selamat nak..jadilah polisi yang baik.. supaya nama kepolisian juga baik di mata masyarakat.. kasihan polisi @brimobpolri_ind yang sedang berjuang di tengah hutan melawan para pemberontak.. mereka berjuang demi NKRI dan nama baik polri..dan mereka kesal bila mendengar ada oknum yang merusak nama baik polri.." ungkap beberapa netizen.
Serupa dengan Ari, kisah seorang pemuda yang bekerja sebagai kuli pengangkut gula dan berhasil lulus jadi polisi juga mencuri perhatian publik.
Perjuangan keras menjadi motivasti dan penyemangatnya untuk mewujudkan mimpi sebagai abdi negara.
Ia yang berusia 19 tahun terlahir dari keluar ekonomi menengah ke bawah.
Pemuda tersebut bernama Rahmat Daniel asal desa terpencil di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Rahmat adalah anak bungsu dari lima bersauara.
Ia lahir dari pasangan suami istri bernama Hasanuddin dan Nurmiah.
Sehari-hari orang tua Rahmat bekerja sebagai buruh serabutan di salah satu desa terpencil.
Yaitu di Desa Tapong, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Demi mewujudkan cita-citanya, Rahmat berjuang esktra dengan penuh ketekunan.
Dirinya pun sempat ragu di tengah impitan ekonomi keluarga.
Rahmat menyadari kondisi kedua orang tuanya yang memasuki usia senja.
Orang tuanya hanya bekerja serabutan menjadi buruh tani hingga buruh bangunan, tidak bisa mencukupi biaya pendaftaran.
"Saya sekolah di kota karena di desa saya itu tidak ada SMA, jadi saya cuma sampai sekolah SMP di desa.
Itu juga waktu SMA saya menumpang tinggal di rumah keluarga di kota," bebernya.
Baca juga: Tangis Penjual Gorengan di Sidoarjo Anak Ubah Drastis Nasib Keluarga, Firasat Dosen ITB Tak Meleset
Saat memasuki libur sekolah, Rahmat pulang ke desanya dan harus menempuh waktu sampai empat jam dari kota Kabupaten Barru.
Di sana, Rahmat berusaha membantu ekonomi keluarga, sekaligus menabung untuk biaya pendaftaran sebagai anggota Polri pada saat itu.
"Saya waktu urus berkas untuk dapat uang itu, saya pergi bantu-bantu orang angkat gula, bantu panen padi, di situ upah saya kumpul untuk urus administrasi," kata Rahmat.
Rahmat bercerita, awalnya ia berani mendaftarkan diri sebagai anggota Polri.
Ia mengatakan, saat itu, beberapa personel Polda Sulsel datang di sekolahnya untuk memberikan sosialisasi dan informasi terkait perekrutan anggota Polri.
"Waktu itu saya sudah mau lulus sekolah, ada panita pendaftaran datang kasih informasi bahwa akan dibuka pendaftaran (Polri). Saya pertama ragu karena orangtua saya tidak ada biaya," ucap Rahmat, Minggu (7/7/2024), mengutip Kompas.com.
Setelah itu, Rahmat pun akhirnya meminta restu kedua orang tuanya untuk mendaftarkan diri.
Kedua orang tua Rahmat pun juga menyetujui kemauan putra bungsunya tersebut.
Kini, ia dinyatakan lulus sebagai anggota Polri tahun anggaran (TA) 2024.
Rahmat tidak menyembunyikan rasa bahagia dan harunya ketika dinyatakan lolos pendidikan bintara Polri TA 2024 Polda Sulse.
Setelah dinyatakan lolos, ia bakal mengikuti pendidikan Polri TA 2024 di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Polda Sulses pada 22 Juli 2024 mendatang.
Ia pun berharap mampu membanggakan kedua orang tuanya.
"Sekarang saya anak gunung pedalaman bisa mengangkat derajat orang tua, apalagi di desa saya sendiri ini kampung terpencil.
Itu mimpi besar saya mau jadikan motivasi para pemuda di desa saya agar jangan menyerah kejar mimpi," ungkapnya.

Ibu Rahmat, Nurmiah, tidak bisa menahan air matanya ketika mengetahui putranya lolos menjadi anggota Polri.
Nurmiah bercerita, ketika awal putra bungsunya meminta restu untuk ikut mendaftar, dirinya sempat ragu dengan biaya.
Akan tetapi, keraguan Nurmiah hilang ketika melihat kegigihan anaknya.
"Saya juga tidak ada kerja pak, jadi kalau ada (warga) berkebun tanami kacang, dia (Rahmat) juga bantu saya kalau dia datang dari sekolah.
Kalau ada suruh dia pergi angkat gula biar itu hujan pergi juga, biar itu banjir sungai pergi juga," ungkap Nurmiah.
"Pakaian, perlengkapan itu dipinjam untuk dipakai mendaftar, bolak-balik ke Bone, (biaya) saya pinjamkan dulu (ke tetangga), nanti kalau ada pendapatan kita ganti," tambahnya.
Selama pendaftaran, Rahmat disebut hampir tidak pernah meminta biaya kepada kedua orang tuanya.
Rahmat bekerja mandiri mengangkat hasil panen gula warga desa menuju pengepul.
"Tidak pernah dia kasian minta uang sama saya karena dia tahu saya tidak ada pendapatanku.
Jadi, dia itu kalau mau pergi saya bilang ada uang, bilang (iya) cukup ji ma," ungka Nurmiah.
Nurmiah kini hanya bisa mengucap rasa syukur melihat sang buah hati bisa meraih mimpinya walaupun dengan proses yang sangat luar biasa.
"Saya syukuri sekali (lulus) karena saya itu di sini kampung tidak ada sekali apa-apa (tidak mampu).
Harapan saya dia bisa tetap berbakti kepada orangtua, kepada negara, kepada semua masyarakat.
Saya mendoakan supaya anak saya ini bisa menjalankan tugasnya dengan baik," ujar dia.
Baca juga: Dulu Tinggal di Tempat Kumuh, Anak Petani Jadi Pertama di Keluarganya yang Kuliah, Kini Punya Pabrik
Keluarga Rahmat sendiri disebut pernah mendapatkan ejekan dari beberapa orang karena dinilai tidak mampu dari segi ekonomi untuk mendaftar sebagai anggota Polri.
"Saat itu banyak yang ragu-ragu, karena seperti diketahui mendaftar polisi tidak gampang dan tidak mudah. Ketika mendaftar ini, banyak kasihan warga yang mengejek-ejek.
Dianggap keluarga yang tidak mampu, bahkan dia penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)," kata kerabat Rahmat, Ridwan, saat ditemui terpisah.
Bahkan pemuda berusia 19 tahun ini sempat dilarang mendaftar oleh teman-teman sekolahnya.
Akan tetapi, dorongan keluarga dan orang tua membuat Rahmat tetap kekeh untuk mendaftar.
"Banyak yang hina, katanya janganmi (tidak usah) mendaftar, dimanaki (dari mana) mau ambil uang, karena mendaftar itu pakai uang.
Tapi, saya tetap dorong kasihan agar ini anak tetap mendaftar," ucap Ridwan.
Ridwan yang juga Kepala Desa Tapong tempat Rahmat besar ini mengatakan bahwa diterimanya Rahmat menjadi anggota Polri menjadi sebuah kebanggan tersendiri.
Bagaimana tidak, desa terpencil dan baru merasakan listrik pada tahun 2018 silam ini, Rahmat lah putra pertama yang bisa menjadi anggota Polri.
"Alhamdulillah, dia (Rahmat) orang pertama di Desa Tapong yang diberikan kesempatan mengikuti pendidikan polisi.
Kami juga bisa mengatakan bahwa apa yang dikatakan orang di luar sana tidak benar. Keluarga tidak mampu, terbukti mendaftar polisi, tidak ada dibayar apapun, tapi bisa lolos," ungkapnya.
Nusa Tenggara Barat
Kecamatan Berang Ene
Kabupaten Sumbawa Barat
Ari Wijaya
berita viral
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Ulah Bocah Gondol Mobil Polisi Berisi Senjata Api Lalu Kabur ke Hutan, Sempat Buron |
![]() |
---|
Imbas Kasus Keracunan Massal MBG, Sejumlah Guru Tak Mau Cicipi Makanan Meski sudah Diperintah |
![]() |
---|
'Lihat Ma Aku Bakar Rumahmu' Pemuda Bakar Rumah Ibu Imbas Kesal Tak Diberi Uang Rp 240 Ribu |
![]() |
---|
Saling Bantah Alasan soal Patung Tikus Berdasi Batal Tampil di Karnaval HUT Kemerdekaan |
![]() |
---|
Patung Tikus Berdasi Buatan Warga Dilarang Ikut Karnaval, Dianggap Provokasi hingga Didatangi Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.