Senyum Pencari Rumput saat Anak Diterima Kuliah Gratis UGM, Perjuangan 30 Tahun Ngajar Tak Sia-sia
Pria yang juga seorang guru honorer tersebut begitu bangga ketika anaknya diterima kuliah di UGM.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Betapa bangganya seorang pencari rumput ketika sang anak berhasil mendapatkan beasiswa penuh di Universitas Gadjah Mada atau UGM.
Senyum pria yang juga seorang guru honorer tersebut begitu merekah ketika anaknya diterima kuliah di UGM.
Apalagi mengingat perjuangannya selama 30 tahun mengajar dengan gaji pas-pasan.
Sosok guru honorer tersebut adalah Muhidin (59) yang selalu mendukung cita-cita sang anak, Gigih Indah Sukma Halwai.
Gigih dinyatakan diterima di program studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM.
Diketahui, Gigih menjadi satu-satunya murid MAN 1 Lombok Timur yang berhasil lolos UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) 2024.
Gigih mengaku, perasaannya campur aduk saat tahu ia diterima di kampus impiannya.
"Deg-degan, nangis, bahagia, semuanya campur," ceritanya haru saat ditemui di rumahnya.
Tepatnya yang berada di Desa Tirtanadi, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Saya masih tidak percaya bisa diterima di UGM lewat SNBP. Di sekolah saya, jarang ada yang lulus SNBP," imbuhnya, melansir laman UGM.
Ibu Gigih telah meninggal sejak tahun 2019.
Kendati begitu, sejak kecil Gigih memperlihatkan tekad dan kegigihannya dalam mengejar pendidikan.
Mimpi berkuliah di UGM ia upayakan dengan rajin belajar dan mengikuti berbagai perlombaan.
Gigih berhasil meraih berbagai prestasi, termasuk medali perak dan perunggu di Olimpiade Fisika dan gelar juara 1 di kompetisi inovasi sains tingkat provinsi.
Baca juga: Tangis Penjual Gorengan di Sidoarjo Anak Ubah Drastis Nasib Keluarga, Firasat Dosen ITB Tak Meleset
Anak ketiga dari empat bersaudara ini memang gemar belajar fisika.
Gigih aktif mengikuti klub belajar fisika di sekolahnya.
Di klub ini, ia terbiasa membahas soal-soal Olimpiade maupun membuat kreasi alat inovasi.
Meski terkenal sulit, soal-soal fisika membuatnya merasa senang dan tertantang.
Sementara Muhidin sebagai orang tua selalu mendukung cita-cita sang anak.
Ia menjadi sosok yang memantik semangat sang anak untuk mengejar pendidikan setinggi-tingginya.
Muhidin tidak pernah memaksa Gigih untuk menjadi juara kelas.
Yang terpenting baginya ialah Gigih rajin belajar dan memiliki karakter yang baik.

"Saya sebagai orang tua selalu memberikan motivasi, apapun pandangan atau pendapatnya tidak pernah saya bantah."
"Kalau cita-cita Gigih baik bagi hidupnya di dunia dan akhirat, saya berdoa semoga Tuhan mengabulkan."
"Kalau kuliah di UGM baik untuk hidup Gigih ke depan, keluarga tentu mendukung," ujar Muhidin, melansir Tribun Jabar.
Bagi Muhidin tidak mudah menjalani peran sebagai ayah sekaligus ibu setelah istrinya, Purnawati, meninggal dunia.
Tentu saja kepergian istrinya menjadi ujian berat tidak hanya baginya, tapi keempat anaknya.
Mulanya, ia mengaku kesulitan saat harus menyesuaikan diri dengan tanggung jawab ganda ini, apalagi perkembangan anak bungsunya agak terhambat.
Dulu, kata Muhidin, mendiang istrinyalah yang biasanya mengurus toko alat rumah tangga yang ada di depan rumah mereka.
Penghasilan dari toko digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Namun karena tak ada lagi yang semahir sang istri dalam berdagang, toko tersebut kini tidak ada yang mengurusi.
Tak pernah lagi Muhidin mengisi barang-barang untuk dijual di toko.
Baca juga: Cuma Modal Rp200 Ribu, Ari Anak Petani Lulus Polisi sampai Jual Sepatu untuk Beli Makan saat Tes
Sedangkan sehari-harinya Muhidin berprofesi sebagai guru honorer.
Lulusan Pertanian Universitas Mataram tahun 1990 ini mengaku tak langsung mendapatkan pekerjaan setelah wisuda.
Untungnya, dua tahun berselang, temannya pun menawarkan posisi guru matematika di MAS NW Korleko.
Semenjak itu Muhidin pun mengabdikan diri sebagai pahlwan tanpa tanda jasa.
"Pernah juga saya ikut teman jadi TKI di Malaysia, tetapi hanya setahun. Selepas itu, saya kembali lagi jadi guru," kenangnya.
Lebih dari 30 tahun Muhidin mengajar, berbagai karakter anak telah ia temui.
Adakalanya, di ruang guru, ia dan beberapa rekan menangisi anak-anak yang terlampau nakal.
Meski begitu, ia tetap mendoakan agar segala ilmu yang ia berikan bisa bermanfaat buat mereka.
Dengan penghasilan sebesar Rp2.000.000 sebulan, Muhidin harus putar otak untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Terlebih, pada Desember ini, ia tidak lagi menerima uang sertifikasi karena telah memasuki usia pensiun.
Kendati masih diperbolehkan mengajar, penghasilannya akan berkurang drastis karena mendapatkan gaji pokok Rp500.000 per bulan.
"Untuk tambah-tambah, setelah mengajar, saya juga ngarit rumput untuk pakan sapi," ujar Muhidin.

Meski penghasilannya sebagai guru honorer pas-pasan, Muhidin selalu berupaya memenuhi kebutuhan Gigih.
Saat sang anak menyampaikan keinginan untuk berkuliah di UGM, awalnya Muhidin merasa berat.
Ia khawatir melepas anaknya menimba ilmu yang jaraknya lebih 800 kilometer.
Namun Muhidin sangat bahagia saat Gigih dinyatakan mendapatkan subsidi UKT 100 persen dari UGM.
Ketika itu, ia dan Gigih terkejut hingga memeriksa layar beberapa kali.
Kini, ia dan Gigih pun tinggal menunggu pengumuman beasiswa KIP Kuliah.
"Saya sangat merasa terbantu dengan adanya subsidi UKT, khususnya dalam keadaan ekonomi yang sulit seperti ini," ucapnya sambil berdoa agar subsidi ini dapat dimanfaatkan Gigih dengan sebaik-baiknya.
Menjelang keberangkatan Gigih ke Yogyakarta, Muhidin tak henti-hentinya memberikan nasihat.
Ia mengingatkan Gigih untuk selalu menjaga tutur kata dan perilaku di tanah rantau, serta memanfaatkan subsidi yang diterima secara maksimal.
Tak lupa, ia juga berpesan agar Gigih selalu disiplin menunaikan salat lima waktu.
"Nanti, setelah di Yogyakarta, jaga diri baik-baik. Jaga baik-baik apa yang keluar dari mulut sebab bila salah, itu bisa membahayakan."
"Bertutur kata yang lemah lembut, sabar, dan jangan lupa salat," pesannya.
Hingga kini nasib guru honorer di Indonesia masih saja belum sejahtera karena kebijakan pemerintah.
Hal itu seperti dialami guru honorer di Tasikmalaya, Jawa Bara.
Ia yang telah mengabdi 20 tahun, nasibnya belum sejahtera.
Curhatan guru honorer yang bernama Sudarmono itu pun viral di media sosial.
Diketahui, ia mengabdikan hidupnya untuk menjdi guru dengan tujuan ikut mencerdaskan bangsa Indonesia.
Meski hanya mendapat gaji yang kecil karena statusnya honorer, Sudarmono tetap semangat dan tidak menyerah.
Sambil menjalani profesinya sebagai guru honorer, Sudarmono pun melakoni pekerjaan sampingan untuk menyambung hidup.
Ia mengungkapkannya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi X DPR, beberapa waktu lalu, dikutip dari Kompas.com.

"Di antara kami guru untuk mencukupi kebutuhannya sangat prihatin," ucap Sudarmono.
Sudarmono mengaku, untuk menyambung hidup dan membayar pendidikan anaknya, ia rela harus berjualan kerupuk pagi-pagi buta sebelum berangkat ke sekolah.
Ia keliling berjualan kerupuk mulai dari pukul 04.30 WIB.
Setelah selesai berjualan, ia pun bersiap untuk berangkat ke sekolah untuk mengajar.
"Saya pribadi jam 04.30 WIB mempersiapkan dagang kerupuk. Berkeliling, honor kami sangat kecil.
Untuk memenuhi pendidikan putra putri kami. Sangat sedih kalau diceritakan," kata Sudarmono.
Ia berharap bisa ada kehidupan yang baik untuknya dan guru-guru melalui pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Selain diangkat menjadi PPPK, Sudarmono juga ingin tidak ada pergeseran posisi guru-guru yang masih berstatus honorer dengan guru PPPK yang baru saja datang ke sekolah.
"Kami linier Bahasa Inggris, kami digeser sementara, tiga tahun mengabdi melamar dengan Sosiologi, mengeeser kami yang Bahasa Inggris.
Mohon kiranya semua ini bisa diperhatikan," ungkap Sudarmono, melansir Kompas.com.
pencari rumput
UGM
guru honorer
Muhidin
Gigih Indah Sukma Halwai
MAN 1 Lombok Timur
Kecamatan Labuhan Haji
Kabupaten Lombok Timur
Nusa Tenggara Barat
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Alasan Olla Ramlan Dihujat Hingga Dituding Jadi DJ, Ngaku Cuma Nyanyi dan Menari |
![]() |
---|
Dapat Tambahan 1 Unit Armada, Total Ada 9 Angkutan Sekolah Gratis di Kota Blitar |
![]() |
---|
Sosok Ketua KPU yang Awalnya Mau Rahasiakan Ijazah Capres-Cawapres, Warga Berhasil Buat Aturan Batal |
![]() |
---|
Pengakuan Sekolah yang Edarkan Surat 'Jika Keracunan MBG Maka Tanggung Jawab Ortu', Kini Ditarik |
![]() |
---|
Banpol Cair, PDI Perjuangan Kota Malang Dapat Rp 1,3 Miliar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.