Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Sosok Sumini, Bawa Kuliner Khas Surabaya Semanggi Tembus Singapura, sang Anak Sempat Malu

Sebuah rumah berukuran kecil pinggiran Surabaya di Kampung Sawo, Kelurahan Bringin, Kecamatan Sambikerep, Surabaya, kini menjadi terkenal.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Habiburrohman
Kuliner khas Surabaya itu kini kerap dinikmati hingga Malaysia dan Singapura juga berkat andil rumah kecil yang ditempati Sumini (53). 

Banyak warga di Sambikerep memang ahli bikin kuliner semanggi.

Baca juga: Semanggi Alas Satukan Komunitas Pendaki Jawa Timur di Bukit Krapyak Mojokerto

Bahkan di era 1990 an, banyak warga dari kampung itu beramai-ramai jualan semanggi keliling Surabaya. Jualan semanggi dari kampung ke kampung.

"Memang sudah dikenal warga di sini banyak yang bikin pecel semanggi. Saya pun memutuskan ikut jualan dan bikin semanggi sendiri. Saya jualan keliling juga," kata Sumini membagi kisah suksesnya kepada Surya, Kamis (13/9/2024).

Jualan di Tepi Jalan

Jauh sebelum menembus pelanggannya di Singapura, Sumini berjuang keras, tak kenal lelah, dan mengabaikan gengsi, menjajakan semanggi keluar masuk kampung. Usai subuh sudah meninggalkan kampungnya di RT 03 02 Kampung Semanggi.

Perjuangan itu dilalui hingga belasan tahun. Sumini bukan pedagang lama. Tergolong baru karena mulai menekuni jualan semanggi pada 2006. Tapi pengalaman berdagang sudah dilalui saat jualan jamu keliling.

Dengan berbekal tekun, ulet, dan penuh semangat, Sumini tak malu minta diajari bikin sambel semanggi. Dia terus minta diajari nebeng, ngernet, ke tetangga yang bikin semanggi. Berhenti jualan jamu beralih sepenuhnya jualan semanggi.

Baca juga: Sosok Petani Dapat Rp 17,6 M karena Terdampak Proyek Tol, Wo akan Beli Sawah Lagi: Awalnya Gak Cocok

"Maklum saya tidak punya ijazah. Mau kerja pabrik tidak bisa. Akhirnya jualan keliling. Saya masih ingat anak saya waktu itu masih SD merengek minta saya tidak jualan semanggi. Dia malu katanya punya ibu jualan semanggi," kenang Sumini.

Ketekunan dan kerja keras itu mulai menemukan jalan. Banyak pelanggannya.

Dengan naik motor sambil bawa semanggi, Sumini keliling mulai Wiyung, Tandes, hingga Sukomanunggal.

Inspirasi muncul saat melihat danau Unesa setiap pagi banyak orang melintas.

Banyak mahasiswa juga. Akhirnya Sumini memutuskan jualan di tepi jalan Unesa. Saat itu belum banyak yang jualan. Baru satu dua. Belakangan ini tepian jalan danau Unesa itu steril dari PKL atau jualan tepi jalan.

Beruntung, Sumini sudah naik kelas. Tak lagi jualan di tepi jalan itu. Selama sebelas tahun, perempuan ikhlas ini mendapat berkah dari tempat itu. Selain banyak pelanggan juga makin berkembang. "Katanya semanggi saya khas. Saya tidak tahu. Yang penting pembeli senang," katanya.

Baca juga: Pemkot Surabaya Luncurkan Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan untuk 22.000 Pekerja Pelayan Masyarakat

Para pelanggan mengaku kalau rasa semanggi Bu Sumini enak. Sedepnya pas dan tidak neg. Begitu juga pedasnya bisa menyesuaikan. Sampai banyak dosen dan pegawai kantoran mampir ke "emperan" semanggi Bu Sumini.

"Suatu hari, ada dosen dari Unesa minta pecel semanggi itu bisa dibawa ke Singapura. Katanya anaknya yang di Singapura kangen samanggi Bu Sumini. Akhirnya menjadi pelanggan setia kami," katanya.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved