Berita Viral
Jualan Gatot 37 Tahun, Sugimin dan Tini Bisa Kuliahkan Anak karena Punya Sawah hingga Ternak: Berat
Inilah sosok Sugimin (54) dan Tini (47), pasutri penjual gatot asal Sragen yang bisa kuliahkan tiga anaknya.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
"Tapi karena mengandalkan keontetikan rata-rata petani di sawah, itu mereka pilih gatot, karena murah dan bikin kenyang," pungkasnya
Baca juga: Perjuangan Tukang Ojek Sekolahkan Anak sampai Jadi Doktor, Diremehkan Tetangga: Bukan Profesi Hina
Sementara itu, kisah pasangan lainnya yakni Sunaryo (46) bisa kuliahkan 3 anak meski cuma loper koran.
Sunaryo berjuang bersama istrinya, Parni (59), yang sehari-hari berjualan sayur keliling.
Pasangan suami istri ini bisa membuat anaknya sukses.
Mereka ada yang menjadi ahli gizi hingga asisten dokter atau asdok.
Melansir dari Kompas.com, Sunaryo dan Parni merupakan warga Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten.
Sehari-hari, Sunaryo dan Parni bekerja menggunakan sepeda untuk berkeliling atau mengantar koran ke rumah pelanggan.
Sunaryo sudah menjadi loper koran sejak usianya 23 tahun.
Sementara, Parni menggeluti pekerjaan sebagai pedagang sayur keliling sejak berumur 15 tahun.
Keduanya kini berhasil menguliahkan ketiga anaknya hingga kini sukses di jalan kariernya masing-masing.
Anak pertama Sunaryo dan Parni bekerja sebagai asisten dokter gigi.
Kemudian, anak kedua mereka bekerja sebagai ahli gizi di Rumah Sakit Harapan Kita.
Lalu, anak terakhir mereka bekerja sebagai apoteker.
Bagi Sunaryo dan Parni, tidak ada yang lebih membanggakan selain melihat ketiga anaknya sukses seperti saat ini.
"Aku bisanya itu (sekolahkan anak), daripada beli motor, mending pentingkan anak sekolah," kata Sunaryo, Selasa (9/7/2024).
"Enggak punya apa-apa, enggak apa-apa. Yang penting, pendidikan anak sekolah," tambahnya.
Sunaryo dan Parni menyadari, bahwa keberhasilannya menyekolahkan anak-anak hingga pendidikan tinggi tidak terlepas dari bantuan Sang Pencipta.
Menurutnya, Tuhan-lah yang selama ini memberikan ketabahan dan kekuatan selama menyekolahkan ketiga buah hati mereka.
Alasan terbesar Sunaryo dan Parni bertekad besar menyekolahkan ketiga anaknya yaitu agar tidak bernasib sama dengan mereka.
Baca juga: Tiap Hari Jalan Kaki, Romsi Siswa SMA Haru Dapat Sepeda Hasil Iuran 1 Kelasnya, Guru: Kalian Keren
Parni sama sekali tidak pernah mengenyam bangku pendidikan bahkan pada tingkat paling dasar.
Sementara, Sunaryo hanyalah seorang tamatan SD.
"Kalau saya jujur ya, saya orang buta huruf ya, saya enggak sekolah sama sekali," tutur Parni.
"Anak saya bisa sarjana dan sekarang dengan pekerjaannya, saya sujud syukur, Alhamdulillah banget. Saya bangga banget," lanjutnya.
"Aku juga sekolah cuma sampai SD. Jadi, orang enggak sekolah bertemu sama orang enggak sekolah juga," seloroh Sunaryo.
Perjalanan Sunaryo dan Parni menyekolahkan anak tidak terlepas dari cemoohan banyak orang.
Pasutri ini diremehkan karena pekerjaan mereka hanya sebatas loper koran dan pedagang sayur keliling.
Tapi, pasutri ini tidak ingin mengambil hati omongan tersebut sehingga mereka menjalani pekerja dengan ikhlas dan jujur.
"Ibaratnya, dibilang anak masuk sekolah SMP dan SMA nanti utangnya banyak. Ya biarin orang pada bilang, yang penting saya enggak," katanya.
"Biarin saja, Allah yang tahu. Yang penting kita jujur," kata Parni.
"Mirip-mirip kayak gitu, 'cuma jual sayur dan loper koran, bisa apa?'" timpal Sunaryo lagi.
Baca juga: Tekad Perajin Batu Akik di Madura Kuliahkan Anak, Penghasilan Tak Menentu, Ajukan KIP Tak Berhasil
Kesulitan dalam membiayai sekolah anak pernah mereka rasakan.
Beruntung, keduanya mempunyai tetangga yang selalu mendukung hal-hal baik.
"Itu kasih semangat saya, 'ada kemauan pasti ada jalan, ayo'. Kalau anak-anak enggak bisa makan nih, diutangi beras, nanti saya cicil. Atau nanti bayarnya pakai sayuran. Alhamdulillah," ujar Parni.
"Kalau ada kemauan pasti ada jalan. Jadi dia kasih semangat terus, pinjam duit sama saudara saja enggak ada yang percaya. Dia (tetangga) Alhamdulillah mau tolongin. Tapi sekarang dia sudah meninggal," tambah Parni.
Meski sudah dilarang bekerja karena usia, Sunaryo dan Parni tetap mempertahankan pekerjaan mereka.
Bukan karena kebutuhan ekonomi, pekerjaan ini mereka anggap sebagai olahraga untuk memperlancar peredaran darah.
"Aku nih seolah-olah olahraga saja. Kalau jualan, ya untungnya mah enggak seberapa. Kata orang bagus sambil olahraga," kata Sunaryo.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
penjual gatot yang bisa kuliahkan tiga anaknya
Sragen
Sugimin
berita viral
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Gerobak Dagangan Penjual Cilok sampai Pecah, Korban Mengaku Dianiaya Preman |
![]() |
---|
Kronologi Ribuan Mahasiswa Kompak Balik Badan saat Wagub Pidato, Kampus Sengaja Undang Pejabat |
![]() |
---|
Tukang Becak Pasrah Rumahnya Rata Tanah yang Ditinggali Selama 51 Tahun, Semua Harta Lenyap |
![]() |
---|
Rombongan 14 Moge Viral Terobos Jalur TransJakarta, Polisi Tegas Beri Tilang ETLE: Tidak Ada Bedanya |
![]() |
---|
Sindiran Ustaz Dasad Latif usai Rekening Isi Dana Masjid Diblokir PPATK: Apa Gunanya Kalian Sekolah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.