Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Madiun

Luas Tanam Padi di Madiun Menyusut di Angka 24.000 Hektar, Puncak Musim Kemarau Jadi Pemicu

Luasan tanam padi di musim kemarau tahun ini, dinilai Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, menyusut dibanding sebelumnya.

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Febrianto Ramadani
Dua Petani di Desa Kebonagung, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, tengah menanam padi di sawah saat musim kemarau, Jumat siang (13/9/2024) 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Febrianto Ramadani

TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Luasan tanam padi di musim kemarau tahun ini, dinilai Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, menyusut dibanding sebelumnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Sumanto, memaparkan, pada musim kemarau kedua yang dimulai Agustus dan September, luas tanam padi menyusut di 24.000 hektar. 

Sementara pada tanam musim penghujan dan musim kemarau pertama bulan April, lanjut Sumanto, masing-masing mencapai 31.500 hektar.

“Dampak puncak kemarau membuat luasan menyusut, lantaran air untuk pertanian berkurang,” ujar Sumanto, Jumat (13/9/2024).

Kendati demikian, Sumanto mengungkapkan, luas tanam padi Kabupaten Madiun ini masih mencapai target tahunan dari Kementerian Pertanian.

Baca juga: Penyebab Hujan di Batu Padahal Masih Musim Kemarau, Ini Perkiraan Datangnya Musim Hujan di Jatim

Yakni totalnya sekitar 87 ribu hektar per tahun, dan diklaim sudah terlampaui.

Selain itu, Sumanto juga menambahkan, pada musim kemarau kedua produksi tanaman lebih banyak dibanding musim penghujan maupun musim kemarau pertama. 

Menurutnya, produksi rata-rata pada musim penghujan di tingkat petani hanya 6,5 ton per hektare, lalu pada musim kemarau pertama menurun sekitar 6,3 ton per hektare.

Sementara di musim kemarau kedua maksimal di 6,7 sampai 7 ton per hektarnya.

Baca juga: Luas Tanam Tembakau di Bojonegoro Capai 16.000 hektar, Tapi Tak Bikin Petani Sumringah

“Ada petani yang beralih ke komoditas lain seperti palawija atau hortikultura. Petani sudah bijak, jika dipaksakan untuk padi semua tentu tidak cukup, jadi memilih komoditas lain yang menyesuaikan ketersediaan air,” terangnya.

Disatu sisi, produksi padi tinggi justru di musim kemarau kedua, karena di musim penghujan sendiri tantangan ada di curah hujan tinggi dan banjir.

Baca juga: BKPSDM Ponorogo Ungkap Alasan Pemilihan Lokasi Tes SKD CPNS di Asrama Haji Kota Madiun

“Musim kemarau pertama masih banyak hama penyakit dan sebagian banjir, paling aman di musim kemarau kedua. Terlebih untuk mencukupi kebutuhan irigasi, tahun ini dapat stimulan dari Kementerian Pertanian 18 unit sumur sibel. Harapannya dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi atau komoditas lain di puncak musim kemarau,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved