Berita Viral
Baru 2 Hari Melahirkan, Pasien Kecewa Pulang dari RS Naik Motor, Minta Pakai Ambulans Tak Digubris
Seorang ibu pulang dari rumah sakit naik sepeda motor padahal baru melahirkan. Ia sempat meminta ambulans namun permintaannya tak digubris.
Penulis: Arie Noer Rachmawati | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Seorang ibu pulang dari rumah sakit naik sepeda motor padahal baru melahirkan.
Ia sempat meminta ambulans di rumah sakit ia dirawat untuk mengantarnya.
Namun permintaannya justru tak digubris.
Pihak rumah sakit pun akhirnya menanggapi hal tersebut.
Diketahui insiden wanita naik motor usai melahirkan ini terjadi di Kabupaten Kepulauan Anambas, Riau.
Ratna Sari (33), pasien RSUD Tarempa kecewa dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit ia dirawat selama persalinan.
Baca juga: Nasib Pria Tewas saat Terjebak Macet di Bogor 9 Jam, Ambulans Tersendat, 140 Ribu Kendaraan Melintas
Ia merasa tidak nyaman dengan tindakan penanganan medis di RSUD Tarempa.
Warga asal Desa Nyamuk, Kecamatan Siantan Timur tersebut awalnya meminta penggunaan ambulans untuk mengantarnya ke rumah usai melahirkan secara caesar.
Baru dua hari pasca menjalani operasi, Ratna diketahui diizinkan pulang oleh pihak rumah sakit.
Ratna pun mencoba meminta ambulans untuk diantarkan pulang ke Pelabuhan Tarempa.
Alih-alih diberikan oleh petugas medis terkait, permintaan Ratna justru tak diindahkan.
Alasannya, pengantaran bertepatan dengan waktu istirahat siang.
"Awalnya bidannya bilang lagi jam istirahat dan kalau misalnya bersurat baru bisa diantar jemput," kata Ratna, Senin (16/9/2024), dikutip dari Tribun Batam.
Akhirnya Ratna diantar pulang oleh seorang warga dengan menaiki kendaraan sepeda motor sambil menggendong bayinya.

Sebab, ia tak ingin memperpanjang pembahasan dan dikejar jadwal keberangkatan kapal pompong,
"Orang rumah sakit itu tahu kalau saya habis operasi. Saya ngalah saja dan paksa naik motor ke pelabuhan, yang penting saya pulang lah," bebernya.
Sementara Kepala Ruangan Kebidanan, Meri mengaku belum mendapat informasi yang pasti mengenai peristiwa tersebut.
Kepada Tribun Batam, ia mengaku sedang tidak bertugas karena jadwal libur.
Menurut dia, jika ada pasien khususnya bersalin dan ingin diantar jemput selalu pihaknya fasilitasi dengan ambulans.
Anggota yang bertugas di ruang kebidanan, sebutnya, selalu berkoordinasi dengannya apabila memberikan layanan penanganan pasien bersalin.
"Jadi kalau ada pernyataan seperti itu, tidak cocok deh bang," tuturnya.
Ia menegaskan kembali pada kejadian ini anggota yang bertugas di ruangan belum ada menyampaikan kepadanya.
Baca juga: Pengakuan Sopir Lihat Pedagang Sayur Keliling Kawal Ambulans, Video Viral, Saya Respect sama Bapak
"Tidak ada harus pakai surat. Insya Allah kalau ada pasien kami mau pulang, ambulans selalu stand by. Kalau informasinya belum sampai ke saya, kalau ada pasien yang mau diantar jemput pasti anggota bilang ke saya dulu," ungkapnya.
Terpisah, Humas RSUD Tarempa, Januardi mengatakan, persoalan yang menimpa Ratna hanya kesalahpahaman.
Dijelaskannya, setiap kali ada pasien yang ingin diantar pulang, petugas medis akan melakukan komunikasi dengan bagian ambulance.
"Saya sudah konformasi ke petugas ambulance tidak ada dihubungi. Mereka itu selalu stand by. Jika ada petugas medis hubungi biasanya mereka lansung bergerak," terangnya.
Dalam prosedur RSUD Tarempa, kata pria yang akrab disapa Adi itu, pengantaran dan penjemputan pasien dengan ambulans bukan lah suatu keharusan atau kewajiban.
Namun karena kebiasaan layanan lebih, dengan melihat faktor penyakit yang diderita pasien hingga tak mampu, maka ambulans dioperasikan.
"Walaupun seharusnya tidak diantar pulang, kita tetap antarkan. Karena sudah menjadi budaya di sini. Kita di sini hanya jalankan prosedur," tutupnya.
Baca juga: Klarifikasi Kades yang Larang Warga Bawa Ambulans untuk Antar Jenazah, Sebut Keluarga Minta Ditandu
Sementara itu kisah lainnya, nasib puluhan warga di Jombang, Jawa Timur terpaksa jalan kaki menandu sejauh 3 kilometer membawa jenazah tetangganya ke kuburan.
Hal itu dilakukan setelah pemerintah desa (pemdes) tak memperbolehkan warga untuk menggunakan fasilitas ambulans milik desa.
Warga menyebut jika mereka mendapatkan alasan yang tak jelas dari pemdes soal penolakan penggunaan ambulans.
Hingga akhirnya, warga terpaksa jalan cepat karena jenazah tersebut harus segera dimakamkan.
Warga Desa Jipurapah, Kecamatan Plandaan, Jombang, Jawa Timur itu lalu berjalan kaki menandu jenazah sejauh 3 kilometer.
Diketahui peristiwa itu terjadi saat Senin (5/8/2024) pagi.
Dari video amatir yang diterima Tribun Jatim Network, tampak puluhan warga ramai menggotong keranda jenazah yang di dalamnya terdapat jenazah Paiman (70).
Paiman merupakan warga Desa Jipurapah yang meninggal di Desa Marmoyo pada Senin dini hari.
Tetangganya yang mendengar kabar Paiman meninggal lalu bergegas menuju Desa Marmoyo untuk mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir.
Pasalnya puluhan warga yang berasal dari Desa Jipurapah itu harus menggotong jenazah Paiman dengan berjalan kaki sejauh 3 kilometer.

Sumali (50) warga setempat saat dikonfirmasi mengatakan, Paiman merupakan warga asli Jipurapah.
Namun, ia meninggal di Marmoyo.
Ketika para tetangganya menghampiri jenazah Paiman di Marmoyo dan hendak diantarkan kembali ke Jipurapah, alat transportasi menjadi kendala.
Terlebih, di dua desa tersebut masuk kawasan pelosok di Kabupaten Jombang.
Sumali menjelaskan, saat hendak diantarkan ke Jipurapah untuk dimakamkan, pihak keluarga tidak mempunyai uang untuk menyewa mobil ambulans.
Karena tidak mungkin menunggu sampai ambulans siap, warga pun menandu jenazah Paiman yang sudah terbaring di dalam keranda dari Desa Marmoyo menuju Jipurapah yang jaraknya 3 kilometer.
"Jaraknya itu kurang lebih 3 kilometer. Jadi harus ditandu sama warga," ucap Sumali yang juga menjabat sebagai Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) Jipurapah ini.
Baca juga: Pemdes Ogah Pinjami Ambulans, Warga di Jombang Tandu Jenazah Sejauh 3 Km, Mau Sewa Tak Ada Uang
Lebih lanjut, alasan warga memilih menandu jenazah dengan berjalan kaki sejauh 3 kilometer itu dikarenakan ambulans yang disebut tidak tersedia.
Masih kata Sumali, ia mengaku pihak pemdes Jipurapah tidak mengizinkan ambulans digunakan.
Ia pun tidak mengetahui alasan pasti mengapa ambulans tidak boleh digunakan.
"Dari masyarakat Jipurapah ini sudah berkomunikasi dengan pihak desa, kalau mau meminjam ambulans desa. Tapi katanya tidak boleh diangkut pakai ambulans. Alasannya tidak jelas," kata Sumali melanjutkan.
Ingin menyewa ambulans lain pun, kata Sumali pihak keluarga tidak memiliki cukup biaya untuk menyewa mobil yang khusus mengangkut jenazah tersebut.
"Kalau mau sewa, mengeluarkan biaya lagi. Pihak keluarga ini tidak punya banyak biaya," ujarnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com
melahirkan
ambulans
Kepulauan Anambas
Riau
Tribun Jatim
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
berita viral
Sosok Kades Joget Bareng Biduan di Kantor Camat, Bupati Gus Barra: Jangan Menyakiti Hati Masyarakat |
![]() |
---|
Gaji Pencuci Tray MBG Diduga Capai Rp 1,8 Juta, Pegawai Pamer setelah Kerja 18 Hari: Semoga Berkah |
![]() |
---|
Ahmad Sahroni Ternyata Tahu saat Rumahnya Dijarah? 7 Jam Sembunyi di Toilet Lalu Kabur Lewat Rooftop |
![]() |
---|
Alasan Penari Ndolalak Joget di Acara Maulid Nabi, Panitia Akui Lupa Lepas Banner, Tak Niat Lecehkan |
![]() |
---|
Sosok Nanik S Deyang, Wakil Kepala BGN Nangis 6.452 Anak Indonesia Keracunan MBG: Saya Seorang Ibu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.