Berita Blitar
Kisah Warga Blitar Tekuni Usaha Produksi Tape Singkong Sejak 1994, Sempat Rasakan Jatuh Bangun
Sudah hampir 30 tahun, Sunarko (57), warga Dusun Pangkru, Desa Bendosewu, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar menekuni usaha produksi makanan tape
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Ndaru Wijayanto
Sunarko mulai memproduksi tape singkong sejak 1994. Awalnya, produksi tape miliknya kecil. Ia memasarkan sendiri tape produksinya di pasar.
"Saya sempat jualan tape di Pasar Templek, mulai rame, tapi ada rencana pembangunan pasar, lokasinya dipindah, akhirnya pelanggan sepi," katanya.
Karena pelanggan sepi, Sunarko sempat berhenti produksi tape. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, ia pergi merantau ke Kalimantan pada 2000-2007.
Di Kalimantan, Sunarko awalnya kerja sebagai sopir bus.
Baca juga: Kisah Feri Anwar Penyandang Disabilitas, Usaha Rambak Bikin Jadi Pemenang Jagoan Tani Banyuwangi
"Awalnya saya jadi kenek bus, lalu jadi sopir bus. Di Kalimantan selama tujuh tahun. Saya pulang kampung, kembali menekuni produksi tape," ujarnya.
Ia menggunakan uang tabungan hasil merantau untuk kembali memproduksi tape. Lambat laun, produksi tape milik Sunarko terus meningkat.
Sekarang, tiap hari, Sunarko membutuhkan tiga kuintal singkong untuk memproduksi tape.
Istri dan kedua anaknya juga ikut membantu memproduksi dan memasarkan tape.
Karena usahanya berkembang, Sunarko sempat menambah modal produksi dengan meminjam uang di bank.
"Saya pinjam KUR (kredit usaha rakyat) BRI untuk tambah modal. Pertama pinjam Rp 3 juta, selesai pinjam lagi Rp 5 juta, lalu pinjam lagi Rp 10 juta," katanya.
Terakhir, Sunarko meminjam KUR BRI lumayan besar, yaitu, Rp 50 juta. Ia meminjam uang itu untuk membeli mobil pickup yang digunakan sebagai armada penunjang usahanya.
Sebelum beli mobil pickup, Sunarko menggunakan sepeda motor sebagai armada mengangkut singkong dari petani ke rumah dan mengangkut tape dari rumah untuk dibawa ke pasar.
"Tambah tua ternyata tenaganya juga berkurang. Lama-lama badan terasa capek mengangkut singkong dari petani ke rumah. Saya ambil singkong dari petani di Gandusari, jaraknya lumayan jauh ada 30 kilometer dari rumah saya," ujarnya.
"Belum lagi, pukul 02.00 WIB dini hari, saya harus mengangkut tape untuk dijual ke pasar. Sekarang saya jualannya di Pasar Ngemplak, Tulungagung. Akhirnya saya memutuskan pinjam uang di bank untuk beli mobil pickup, sebagai armada usaha," lanjutnya.
Sunarko bersyukur usahanya terus jalan. Sekarang angsuran hutang di bank yang digunakan untuk beli mobil pickup tinggal dua kali saja.
| Pemkab Lumajang Siapkan Dana BTT untuk Jika Diminta Dukung Program Makan Siang Gratis |
|
|---|
| Tebing Sungai di Perum Grand Family Kota Blitar Longsor Satu Rumah dan Musala Terancam |
|
|---|
| Perumahan Pakunden Permai Kota Blitar Terendam Banjir, Diguyur Hujan Seharian |
|
|---|
| Kapolda Jatim Luncurkan Benih Jagung Bhayangkara di Blitar, Bisa Hasilkan 10 Ton per Hektar |
|
|---|
| Kapolda dan Pj Gubernur Jatim Kompak Tanam Jagung Serentak di Lahan 1 Juta Hektare di Blitar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/Kisah-Warga-Blitar-Tekuni-Usaha-Produksi-Tape-Singkong-Sejak-1994.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.