Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Bondowoso

Tak Terima Anaknya Dicubit sampai Memar Gegara Bertengkar, Ayah Laporkan Guru ke Polisi: Nantang

Ayah murid tak terima anaknya dicubit sampai memar, sang guru dilaporkan ke polisi.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Komhukum.com
Ilustrasi guru SD dilaporkan setelah cubit muridnya 

TRIBUNJATIM.COM - Gegara mencubit seorang murid sampai memar, guru SDN Grujugan 1, Bondowoso, Jawa Timur, berakhir dipolisikan.

Ayah murid tersebut tak terima anaknya dicubit sampai memar, guru berinisial FN tersebut dilaporkan ke polisi.

Guru berinisial FT tersebut juga sempat menantang orang tua murid tersebut.

Baca juga: Sosok Guru Beri Hukuman Squat Jump 100x hingga Siswa Meninggal, Kini Dinonaktifkan Dinas Pendidikan

Diketahui, kejadian kekerasan terhadap anak ini terjadi pada 9 September 2024.

Menurut orang tua si anak, anaknya yang duduk di bangku kelas 5 SD tersebut dicubit gurunya hingga memar.

"Tapi saya baru tahu dua hari berikutnya, 11 September 2024," ungkap ayah korban, Rian.

Kejadian diduga kekerasan fisik tersebut diketahui pertama kali, setelah Rian menemukan lebam di bagian kanan dada anaknya.

Namun saat ditanya, anaknya mengaku bahwa dicubit gurunya berinisial FT.

"Saya tanya ke anak saya katanya dicubit, dipelintir dan ditarik ke atas hingga lebam," jelasnya, Minggu (29/9/2024).

Tak mau hanya mendengar sepihak, Rian mencoba mengkonfirmasi kebenaran pengakuan anaknya.

Sebagaimana keterangan gurunya, bahwa anaknya bertengkar sama teman di sekolah.

Kemudian F dihukum dan diberdirikan.

Namun tidak hanya itu, anaknya juga dicubit.

"Hitam lebam, dan beberapa hari masih sakit katanya," ungkap dia.

Ilustrasi guru yang mencubit muridnya
Ilustrasi guru yang mencubit muridnya (YouTube)

Dia juga mengungkapkan, anaknya kini mengalami trauma karena dugaan kekerasan fisik tersebut.

Menurut Rian, dirinya sudah mencoba meminta guru tersebut meminta maaf dan mengakui perbuatan tersebut.

Namun di grup wali murid, si guru justru menantang untuk dilaporkan.

"Padahal kami menunggu iktikad baiknya, tapi hingga kini tidak ada," ucap dia.

Akhirnya dia melaporkan guru tersebut ke Unit PPA Polres Bondowoso dengan bukti hasil visum dan beberapa bukti lainnya.

"Laporan sudah masuk, sehingga harus diselesaikan di Polres nanti seperti apa," jelasnya.

Baca juga: Santri Tewas Dilempar Ustaz Pakai Kayu Berpaku, Nasib Pelaku Tak Dilaporkan? Nenek Korban Ikhlas

Sementara guru FN mengatakan, dirinya mengharapkan wali murid tersebut datang ke sekolah untuk melakukan komunikasi.

Pasalnya, dirinya dan para guru siap menjelaskan bahwa anak tersebut sering melakukan kesalahan.

"Saya sudah bilang, monggo kalau mau ke sekolah, silakan saya tunggu."

"Tak hanya saya yang menunggu, guru-guru lain juga menunggu," tuturnya.

Ia sendiri tak paham mengapa wali murid dari F enggan ke sekolah.

"Itu saya juga tidak tahu, saya tunggu itu, Kepala sekolah pun tidak ada pemberitahuan ke saya," pungkas FT.

ILUSTRASI Berita siswa SD dibully kakak kelas hingga meninggal dunia.
ILUSTRASI (Shutterstock)

Di tempat lain, santri salah satu pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, inisial MKA (13) meninggal dunia setelah dilempar kayu berpaku oleh ustaz atau guru ngajinya.

Kayu yang berpaku tersebut menancap kepala santri hingga tewas meski sempat dirawat dua hari di RSUD Kabupaten Kediri (RSKK).

Ketika dirawat di RSKK, kondisi korban koma dan masih kritis.

"Korban meninggal di RSKK pada Selasa (17/9/2024) sekitar pukul 08.00 WIB," kata paman korban, Iqwal Rikky Susanto (29), Jumat (27/9/2024).

Iqwal mengatakan, peristiwa yang dialami keponakannya terjadi pada Minggu (15/9/2024), sekitar pukul 06.00 WIB.

Keluarga mendapat kabar dari pihak pondok sekitar pukul 07.00 WIB.

Saat itu, pengurus pondok sudah membawa korban ke RSUD Srengat Kabupaten Blitar.

"Neneknya ditelepon pihak pondok. Waktu itu, neneknya masih siap-siap mau sambangan (ke pondok)" ujarnya.

"Dikabari kalau korban masuk rumah sakit. Dikira sakit apa, karena korban punya riwayat sesak napas," sambung Iqwal.

"Neneknya langsung ke rumah sakit (Srengat). Saya masih kerja dan baru menyusul ke rumah sakit sekitar pukul 10.30 WIB," lanjutnya.

Ketika sampai di RSUD Srengat, Iqwal melihat kondisi korban kritis dan dirawat di ruang IGD.

Kondisi korban sempat drop dan diberi oksigen oleh rumah sakit.

"Korban kritis, dirawat di ruang IGD. Pertama hanya diinfus, lalu kondisinya ngedrop."

"Dikasih alat selang (oksigen) sempat stabil, habis itu kondisinya naik turun," beber Iqwal.

Dikatakannya, RSUD Srengat Kabupaten Blitar kemudian merujuk korban ke RSKK hari itu juga.

"Siang itu juga dirujuk ke RSKK. Antara pukul 15.00 WIB atau pukul 16.00 WIB sudah di RSKK."

"Kondisi korban masih kritis dan korban meninggal pada Selasa (17/9/2024), sekitar pukul 08.00 WIB," ujarnya.

Menurutnya, RSKK sebenarnya hendak melakukan operasi kepada korban.

Namun RSKK menunggu kondisi korban stabil untuk melakukan operasi.

"Rumah sakit belum berani melakukan operasi kalau kondisi korban masih drop. Tapi, sebelum dilakukan operasi, keponakan saya meninggal dunia," katanya.

Iqwal mengatakan, selama ini korban tinggal bersama neneknya.

Ayah dan ibu korban sudah bercerai.

Ibu korban kerja di Taiwan, sedang ayah kandungnya kerja di Malaysia.

Korban berada mulai belajar di pondok sejak kelas 3 SD sampai sekarang kelas 8 MTs.

"Sejak kelas 3 SD, keponakan saya sekolah dan mondok di sana. Sekarang keponakan saya kelas 2 MTs."

"Keponakan saya tidurnya juga di asrama pondok," tutur Iqwal.

Nenek korban dan paman korban menunjukkan foto korban (kanan) di layar ponsel di Blitar, Jumat (27/9/2024). 
Nenek dan paman korban menunjukkan foto korban (kanan) di layar ponsel di Blitar, Jumat (27/9/2024).  (TRIBUNJATIM.COM/SAMSUL HADI)

Kini nasib ustaz yang melempar kayu berpaku tersebut jadi sorotan.

Plt Kasi Pendidikan Madrasah (Penma) Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, M Syaikhul Munib mengatakan, sudah berkomunikasi dengan pengurus pondok terkait kasus ini.

"Memang kejadiannya di waktu pagi hari menjelang kegiatan sambangan (orang tua di pondok). Ini kejadian tidak di madrasah, tapi di lokasi pondok," kata Munib, panggilan M Syaikul Munib, Jumat (27/9/2024). 

Menurutnya, berdasarkan penjelasan pengurus, waktu itu para santri sedang antre untuk segera melaksanakan salat dhuha di pagi hari.

"Biasa, waktu itu, anak-anak ada yang sedang bermain. Lalu, ada salah satu pengasuh yang mungkin sudah mengingatkan (para santri) berkali-kali dan mungkin tidak diindahkan, lalu melempar potongan kayu."

"Tidak menduga (potongan kayu) mengenai seorang santri," ujarnya.

Dikatakannya, di belakang kayu ada paku dan mengenai kepala salah satu santri. 

"Sebetulnya, sudah ada tindakan cepat (dari pengasuh), santri itu dibawa ke rumah sakit. Namun kondisinya mungkin sudah kritis, dua hari sempat dirawat di rumah sakit dan meninggal dunia," katanya.

"Yang jelas (kejadian) ini sebuah musibah, tidak ada unsur kesengajaan dan ini sudah kami komunikasikan dengan pihak lembaga dan pihak lembaga kooperatif siap untuk melakukan perbaikan sistem di internal mereka," lanjutnya. 

Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, kata Munib, merasa prihatin dan ikut berbelasungkawa kepada korban. 

Selain itu, Kemenag juga menegaskan kekerasan dalam lembaga pendidikan, apapun bentuknya tidak selayaknya dilakukan.

"Kami berharap kejadian ini yang terakhir, jangan sampai terulang lagi, baik di lembaga yang sama maupun di lembaga lain. Kemenag berkomitmen untuk mendukung lembaga pendidikan yang ramah terhadap anak," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved