Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jombang

Perjuangan Para Guru di Jombang, Tempuh Jalur Maut Hingga Mengajar 16 Siswa di Daerah Pedalaman

Kurang meratanya fasilitas umum di Kabupaten Jombang membuat para guru ini harus mengeluarkan tenaga ekstra hanya untuk sampai di sekolah

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Samsul Arifin
Istimewa
Perjuangan Andik Santoso saat Menempuh Jalur Curam untuk Menuju ke Sekolah di SDN Jipurapah Jombang 

Ia menuturkan, jika saat musim hujan, ditambah kondisi jalan yang berlumpur dan licin membuat jarak tempuh ke sekolah menjadi lebih lama bahkan hampir 2 jam lebih.

Baca juga: Daftar Guru yang Dikriminalisasi Hingga Masuk Penjara, ada Supriyani Hingga Pak Guru Diketapel Murid

"Kalau hujan, jalan menjadi lebih ekstrem, karena jalannya jadi licin. Kalau pakai motor dengan ban biasa pasti akan jatuh terus. Karena itu mengantisipasinya dengan menggunakan ban motor drill," ujarnya.

Mengajar Total Hanya 16 Siswa

Tidak hanya harus melewati jalan berliku dan penuh hambatan untuk sampai ke sekolah. Di sekolah Karmun dan beberapa guru hanya mengajar 16 peserta didik saja. Jumlah itu sudah keseluruhan murid dari kelas 1 sampai kelas 6 SD.

"Keseluruhan jumlahnya ada 16 murid. Untuk kelas 1 ada muridnya, kelas 2 kosong, kelas 3 ada muridnya, kelas 4 ada, kelas 5 kosong dan kelas 6 ada muridnya," katanya.

Ia mengaku, kendala dalam mencari siswa baru juga dipengaruhi faktor geografis lokasi setempat yang jauh dari kota. Dsn juga jumlah penduduk yang sedikit. Hal itu juga selaras dengan kondisi kehidupan di masyarakat Dusun Rapah Omboh.

“Di daerah sini, dari keluarganya jika ada satu keluarga yang memang mau hamil lagi itu harus dipikir-pikir lagi. Karena memang, biasanya kalau sudah hamil umur 8 bulan itu harus turun gunung," ungkapnya.

"Kalau tidak, turun medannya terlalu sulit, karena medan disini ekstrem. Kalau beberapa waktu lalu pas ada yang sakit di musim penghujan itu ditandu," tukasnya.

Guru Andik Tempuh Jalur Maut Lamongan Jombang ke Sekolah

Senada dengan Karmun, hal serupa juga dialami oleh Andik Santoso, pria asal Desa Kedungkumpul, Kecamatan Sukorame, Kabupaten Lamongan yang mengajar di
SDN Jipurapah 2 yang lokasinya berada di
Dusun Kedungdendeng, Desa Jipurapah, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang.

Andik mengabdi sebagai guru hampir 20 tahun lamanya. Selama itu pula ia melewati jalan berliku untuk menuju sekolah tempatnya mengajar. Dari Lamongan menuju Jombang.

Bukan melewati aspal jalan, melainkan ia harus memacu kendaraannya melewati jalan berliku bebatuan, penuh pasir bahkan melewati sungai. Tempat ia mengajar berada di pedalaman Kabupaten Jombang yang jarang tersentuh masyarakat awam.

Pria yang lahir pada 1987 itu berpacu dengan waktu untuk menuju sekolah melewati hutan, sungai dan jalan yang tidak rata dan penuh bebatuan. Andik menjelaskan, untuk sampai ke sekolah ada dua rute jalan yang bisa ia lewati.

Kedua rute terserah tidak ada yang mudah, semuanya harus dilalui dan mengeluarkan tenaga super esktra. Rute pertama, ia bisa menempuh dari arah Dusun Kedungdendeng jika berangkat dari rumahnya.

Jalur rute pertama ini, harus melewati hutan, jalan terjal, licin dan berlumpur jika masuk musim hujan. Butuh waktu sekitar 90 menit jika ia ingin sampai ke sekolah dengan jarak tempuh lebih pendek.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved