UMKM
Sulap Tanah Liat Jadi Keramik Estetik, Produk Lumosh dari Surabaya Kini Mendunia
Raymond Kurniawan Tjiadi sibuk menyusun data biaya produksi di Microsoft Excel, Sabtu (16/11/2024).
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Sudarma Adi
Raymond dan Angeline mengusulkan beberapa pilihan, namun Dewi yang nyeletuk dengan nama Lumos, salah satu mantra dari film Harry Potter yang digunakan untuk mengeluarkan cahaya dari tongkat sihir.
“Buat penggemar Harry Potter pasti familiar dengan nama lumos. Lumos itu kan salah satu spell buat mengeluarkan mantra cahaya dari tongkat sihir. Cuma kan terlalu pendek dan mati namanya kalau lumos gitu aja, jadi ditambahin 'H',” ucap Dewi.
Bangun bisnis tidak mudah. Awal-awal tak kenal siapa-siapa. Kontak konsinyasi ke Jakarta, toko souvenir ditolak. Di Instagram satu bulan omset satu tahun paling 20 juta.
Upaya ketiganya tak sia-sia. Pasalnya, produk-produk yang dihasilkan mampu menarik minat pemerintah daerah setempat, dan mengajaknya ikut pameran Inacraft pada tahun 2017.
Hal itu membuatnya semakin percaya diri karena dari situ produk Lumosh kian dikenal pasar.
“Akhirnya kami aktif ikut di beberapa pameran, seperti Jakarta Coffee Week, hingga Coffee Show di Korea pada tahun 2019,” tambah Raymond Tjiadi.
Usaha itu pelan-pelan menanjak naik. Sekarang dalam satu bulan bisa laku 150-200 barang.
Namun, industri keramik menghadapi tantangan serius. Dikutip dari Harian Kompas edisi 28 Juni 2024, Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyebut pasar industri keramik saat ini dibanjiri barang impor dari China.
Produsen keramik di China mendapat subsidi dari pemerintahnya, sehingga bisa memproduksi lebih massal dan lebih murah. Di Indonesia, biaya produksi untuk gas industri saja sudah sangat mahal.
Dewi menyadari bahwa tantangan terbesar bagi Lumosh adalah persaingan dengan produk keramik impor yang murah dan masif. Ia menjelaskan bahwa salah satu keunggulan Lumosh adalah layanan produk kustom.
“Kami memaksimalkan layanan kustom dan menerima pesanan proyek khusus. Misalnya, banyak restoran yang menginginkan desain unik dan berbeda dari yang lain. Apalagi di era di mana hampir setiap makanan difoto, restoran bisa menonjolkan identitas mereka melalui piring dan peralatan makan yang mereka pilih. Kami bisa mendesain sesuai dengan kebutuhan mereka, bahkan menyesuaikan produk dengan re-branding atau menu yang mereka tawarkan,” terang Dewi.
Selain itu, mereka juga melihat peluang dari kelemahan produk impor. Menurut Raymond, produk impor umumnya memiliki desain yang seragam, yang memberikan Lumosh peluang untuk bersaing dengan menawarkan fleksibilitas desain.
“Kami tahu kami tidak bisa bersaing dalam hal harga dengan produk impor. Produk impor itu desainnya seragam. Kami serangnya dengan fleksibilitas itu. Kalau saingan harga nggak akan bisa. Kami harus cari something else untuk memperkuat kami,” tandas Raymond.
perajin keramik
produk keramik
tanah liat
Lumosh
produk kustom
UMKM
industri keramik
Surabaya
TribunJatim.com
Keuletan Ichwan Pengrajin Burung Garuda di Jombang, Menjaga Identitas Bangsa Lewat Ukiran Kayu |
![]() |
---|
Jejak Tono Saputro Bangun UMKM Karangan Bunga di Jombang, Berdayakan Ibu RT hingga Tembus Papua |
![]() |
---|
Kisah Mantan TKI Jadi Pelaku UMKM Sukses di Madiun, Olah Umbi Talas Jadi Cemilan Ekspor |
![]() |
---|
Uniknya Onde-Onde Ubi Ungu, Camilan Lokal Naik Kelas Berkat Inovasi Ibu Rumah Tangga di Jombang |
![]() |
---|
Kreatif, Emak-emak di Kota Mojokerto Produksi Minuman Dawet Daun Kelor yang Bernilai Ekonomi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.