Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Viral Oknum Polisi Buka Sayembara Tembak Warga, Ternyata Cuma Konten, Pembuat Ngaku Suka Tantangan

Media sosial dihebohkan dengan oknum polisi buka sayembara tembak warga. Konten tersebut sempat membuat warganet geram.

Twitter via Tribun Bengkulu
Oknum polisi viral buka sayembara tembak warga ternyata cuma konten semata. 

TRIBUNJATIM.COM - Media sosial dihebohkan dengan oknum polisi buka sayembara tembak warga.

Konten tersebut sempat membuat warganet geram.

Dikutip dari Tribun Bengkulu pada Rabu (8/1/2025), setelah ditelusuri rupanya unggahan tersebut hanyalah untuk konten semata.

Akun media sosial yang mengunggah video oknum polisi tersebut tak utuh. 

Melihat dari akun media sosial pribadinya, oknum polisi ini memang kerap membuat konten di Instagram dan TikTok.

Adapun unggahannya soal buka sayembara bagi warga yang mau ditembak itu merupakan salah satu konten, dibuat untuk menghibur.

Baca juga: Potong 4 Jari Agar Bisa Resign, Pria Bohong Ngaku Alami Kecelakaan, Polisi Curiga Terkait Ilmu Hitam

Ya, baru-baru ini publik tengah dihebohkan dengan pernyataan oknum polisi yang cukup membuat kegaduhan.

Bagaimana tidak, oknum polisi terebut membuat sayembara melalui unggahan di mana dirinya akan memberi hadiah jika ada warga yang ingin ditembak.

Dalam video yang diunggah akun X @Tumbangkanrezimkardus, terlihat oknum polisi tersebut mengadakan sayembara.

"Kebetulan saya juga masih polisi, atau kita buat challenge aja kita janjian kamu ke Palu atau ke alamatku, nanti kamu lari saya tembak kena kaki atau tidak, bagaimana? nanti kita kasih hadiah siapa yang menang," ujar oknum polisi tersebut.

Alasannya mengadakan sayembara itu karena dia mengaku suka tantangan.

"Kenapa suka challenge orang, jadi saya tu gaes suka tantangan," ungkapnya lagi.

Oknum polisi viral buka sayembara tembak warga.
Oknum polisi viral buka sayembara tembak warga. (Twitter)

Tentu saja unggahan ini menuai komentar geram dari warganet.

"Kok polisi panggil aja oknum lebih pantas ga pernah di pecat paling dimutasi.padahal yg ngantri buat jadi oknum dan sudah nyiapin uang masih bnyak," tulis akun @ok***

"Masuknya nyuap fix ini sebab orang kelainan jiwa bisa lolos test psikologi," tulis akun @cah****

"Sini w tantang, betingkah berani kirim ke papua tumpas KKB,  jgn cm makan gaji dr pajak" rakyat. Emang dah rusak nih institusi," tulis akun @ko****

"ni instansi harus rombak habis2 an. Ganti dengan yang baru dibawah TNI," tulis akun @Do***

"Gimana menurut pak , @prabowo, @Gerindra, @Puspen_TNI, lebih baik segera pecat oknum kayak gini," tulis akun @Cu****

Kendati demikian, oknum polisi tersebut mengaku jika video yang diunggahnya hanya konten.

Menurutnya, pernyataan yang ia ungkapkan itu hanyalah sekedar konten yang biasa diunggah melalui media sosial pribadinya.

Oknum polisi tersebut memang kerap membuat konten yang diunggah melalui media sosial miliknya.

Diketahui akun instagramnya telah memiliki 143 ribu followers.

Konten yang diunggahnya ini diakui oknum polisi tersebut hanya sekadar polisi.

Baca juga: Sebelum Nenek Arnia Alami Kerusakan Otak Imbas Dianiaya Polwan, Rumahnya Sering Didatangi Polisi

Kasus lainnya, seorang polisi menipu warga hingga uang keluar sebesar Rp 900 juta.

Sosok polisi tersebut merupakan anggota Polres Pemalang WR (32) berpangkat Brigadir Polisi Satu (Briptu).

Polisi itu melakukan penipuan terhadap warga berinisial S (54) hingga alami kerugian sebesar Rp 900 juta.

Penipuan tersebut bermula ketika korban menginginkan dua anaknya masuk sebagai anggota Polri.

Kini, Polda Jawa Tengah masih menelusuri penggunaan uang tersebut.

Terutama terkait dugaan untuk bermain judi online (judol). 

"Kami harus dalami dulu (terkait judol), nanti sidang kode etik ketahuan nanti uangnya untuk apa," jelas Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Jawa Tengah Kombes Pol Artanto, di Mapolda Jateng, Senin (6/1/2025).

Menurut Artanto, kasus ini dibagi menjadi dua bagian yakni kasus pidana dan etik.

Soal dugaan pelanggaran etik akan diselesaikan melalui sidang Komisi Kode Etik Polri (KKEP) yang akan dilaksanakan pekan ini. 

"Sidang akan digelar minggu ini, terkait ancaman hukuman (pemecatan) nanti lihat hasil persidangan," bebernya.

Baca juga: Ikut Sunatan Massal, Kencing Bocah 6 Tahun Malah Bercabang Jadi 5, Ibu Lapor Polisi: Sakit Pak

Sebaliknya soal kasus pidana berupa kasus penipuan, WR sudah ditahan di ruang tahanan Polres Pemalang.

Artanto memastikan kasus pidana tersebut terus berjalan.

"Kasusnya pidananya sudah diproses penyidik," kata Artanto.

Dia mengungkapkan, kasus itu menjadi perhatian Kapolda Jawa Tengah yang menekankan bahwa proses rekrutmen anggota Polri tidak ada praktik percaloan.

"Penerimaan anggota polri tidak ada calo-caloan, harus murni tes," tuturnya.

Sebelumnya, kasus itu sempat dilakukan mediasi dari tahun 2020-2023, tetapi proses tersebut berjalan buntu.

Briptu WR tidak mampu mengembalikan uang yang ditilepnya. 

Sejurus dengan hal itu, janji dia meloloskan dua anak korban ternyata tidak ditepati.

Korban S (54) akhirnya melaporkan kasus itu ke polisi pada September 2024 selepas alami kerugian sebesar Rp900 juta. 

Korban yang  hanya seorang pengrajin gerabah memiliki uang sebesar itu selepas menjual sawah.

Seperti diberitakan TribunJatim.com sebelumnya, tukang gerabah atau perajin gerabah bernama Suratmo menangis mengingat dirinya menjual sawahnya demi anak bisa masuk ke sekolah bintara.

Suratmo (57), seorang perajin gerabah asal RT 04 RW 08 Kelurahan Pelutan, Kecamatan Pemalang, Jawa Tengah, merasa hancur setelah kedua putranya gagal dalam pendaftaran Bintara kepolisian.

Baca juga: Sosok 2 Polisi yang Diduga Tolak Bantu Bos Rental Korban Penembakan, Disebut Salah Menyampaikan Info

Selain impian yang pupus, Suratmo juga menjadi korban penipuan oknum polisi yang menjanjikan kelulusan kepada putranya dengan imbalan uang sebesar Rp 900 juta.

Saat ditemui di kediamannya, Suratmo bersama istri dan kedua putranya tampak pasrah setelah berusaha menagih uang yang dijanjikan oknum polisi tersebut.

"Kebetulan niatan itu, sawah yang di Pantura laku terjual sehingga bisa untuk uang muka sebesar 500 juta rupiah," ungkapnya dengan air mata yang menetes, Kamis (3/12/2025), seperti dikutip TribunJatim.com via Kompas.com, Jumat.

Pada 2020, kedua putra Suratmo, Sutirto dan Muhammad Syukur, berniat mendaftar sebagai anggota polisi melalui jalur Bintara di Polres Pemalang.

Niat tersebut didengar oleh Wahono, seorang sahabatnya yang juga memiliki putra yang bertugas di Polres Pemalang.

Wahono, yang merupakan ayah dari seorang anggota kepolisian berpangkat Brigadir, menyarankan Suratmo untuk memberikan uang muka operasional.

Setelah memberikan uang muka sebesar Rp 500 juta, Suratmo diminta untuk mentransfer tambahan Rp 400 juta dengan alasan permintaan dari Kapolres Pemalang dan Kapolda Jawa Tengah.

"Saya transfer sebesar 400 juta rupiah alasannya untuk pak Kapolres dan pak Kapolda, sehingga total keseluruhan yang sudah diberikan sebesar 900 juta rupiah. Dan bukti kuitansi ada semua komplet," jelas Suratmo.

Ketika mengetahui kedua putranya tidak lolos seleksi calon Bintara Polisi, Suratmo berusaha menghubungi oknum polisi yang menerima uang tersebut.

Dalam perjanjian tertulis, dijanjikan bahwa uangnya akan dikembalikan 100 persen jika proses seleksi gagal.

Namun, oknum polisi itu menjawab dengan santai.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved