Berita Viral
Jos Bocah 12 Tahun Tanpa Ayah & Ibu Bertahan Hidup di Rumah Anyaman Bambu, Paman: Sangat Sengsara
Sejak usia empat tahun, Jos hanya mendapatkan kasih sayang dari nenek mertua serta ayahnya.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Hidup tanpa ayah dan ibu, seorang bocah bernama Glensius Okta Ombas (12), atau yang biasa dipanggil Jos, bertahan hidup di rumah sederhana.
Kini Jos tinggal di Kampung Bugis RT 16 RW 04, Kelurahan Ranaloba, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur.
Ia tidak punya kakak ataupun adik.
Baca juga: Oknum Dishub Minta Rp1,5 Juta karena Kendaraan Telat Uji KIR, Marah saat Direkam: Tidak Ada Etikanya
Sejak usianya empat tahun, sang ibu meninggalkan Jos dan ayahnya.
Sementara itu, sang ayah, Hendrikus Jehola Ombas, meninggal dunia pada Agustus 2024.
Kakak dari ayah Jos, Aloisius Patut (47) menyampaikan, Jos kini tinggal bersama neneknya dari pihak ayah di Kampung Bugis.
Sebelumnya, pada usia 7 tahun, Jos tinggal bersama neneknya dari pihak ibu di Kampung Maras, Kecamatan Ranamese.
Ia pun masuk Sekolah Dasar di kampung itu hingga kelas II.
Selanjutnya, ayahnya membawa pulang Jos ke Kampung Bugis untuk kembali tinggal dengan neneknya serta ayahnya.
Lalu Jos masuk Sekolah Dasar lagi dari kelas I di SDK Bugis.
Sejak usia 4 tahun, Jos hanya mendapatkan kasih sayang dari nenek serta ayahnya.
"Saya sebagai Bapak Tuanya (kakak kandung dari ayahnya) mengetahui cerita pilu hidup Jos yang ditinggalkan ibu kandungnya sejak usia empat tahun dan ayahnya yang meninggal dunia tujuh bulan lalu," ucapnya saat ditemui Kompas.com di rumahnya pada Jumat (14/3/2025).
"Sejak ayahnya meninggal dunia 7 bulan lalu, saya merangkul Jos untuk tinggal bersama kami di Kampung Bugis, Kelurahan Ranaloba, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, agar tidak telantar," imbuh Aloisius.
Kendati begitu, Aloisius juga memiliki tanggungan.

Dua buah hatinya masih sekolah di kelas V dan kelas II.
Apalagi, ia tidak memiliki penghasilan tetap.
Ia seorang petani yang bekerja serabutan untuk menghasilkan uang.
"Sebagai kepala keluarga, saya memiliki tanggungan lima orang di rumah, termasuk Jos."
"Jadi, saya bisa membantu Jos untuk menanggung uang sekolahnya kalau saya mendapatkan uang."
"Selain itu, saya juga membiayai pendidikan dua anak kami yang sedang mengenyam pendidikan di sekolah dasar," ujar dia.
Baca juga: Nasib Pengurus RW Minta THR Rp1 Juta ke 40 Perusahaan untuk Kepentingan Warga, Kini Diperiksa Polisi
Aloisius menyampaikan bahwa rumahnya sangat tidak layak dan sangat sederhana.
Dengan ukuran 4x5 meter, berdinding pelupu bambu, beratap seng, serta berlantai semen.
Jika banjir, air bisa masuk ke dalam rumah.
"Saya berharap ada pihak yang bisa membantu biaya hidup Jos serta uang sekolahnya."
"Sebab saya juga memiliki tanggung jawab terhadap dua anak kami yang sedang mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar."
"Saya tidak memiliki penghasilan tetap. Penghasilan saya berasal dari kerja serabutan."
"Selama ini, kami tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, dan kami juga belum terdaftar sebagai peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Kami hidup sangat sengsara," tuturnya.
Baca juga: Sandi Sempat Dipecat Kini Kembali Kerja Jadi Damkar Bukan Honorer Lagi, Dedi Mulyadi Tepati Janjinya
Aloisius menyampaikan bahwa pada Rabu (12/3/2025), Jos dikunjungi Kapolres Manggarai Timur, AKBP Suyanto, bersama Ketua Bhayangkari untuk membawa bantuan kemanusiaan di masa bulan Ramadhan.
"Mereka membawa sembako dan biaya uang komite untuk Jos yang sedang mengenyam pendidikan di SDK Bugis," katanya.
Kompas.com menjumpai Jos, Jumat (14/3/2025), yang baru pulang sekolah dengan berpakaian olahraga sekolah, memakai sepatu, serta memikul tas yang berisi buku tulis dan pena.
Jos berjalan kaki saat pergi dan pulang sekolah yang jaraknya tidak jauh dari rumah bapak tuanya. Ia tampak ceria.
Rumah bapak tuanya, Aloisius yang kini menampung Jos, tampak sederhana dengan dua kamar dan dapur sederhana.
Baca juga: Kadis Pariwisata Keluhkan Wisata Turun Gegara Larangan Study Tour Dedi Mulyadi, Sepi Pengujung
Kisah lainnya datang dari seorang pria menampung 15 anak-anak kurang mampu di Yayasan Panti Asuhan Rohimal Ummah yang dikelolanya.
Pria asal Demak, Jawa Tengah, tersebut menampung anak-anak kurang mampu yang masih bersekolah di rumahnya.
Bahkan demi tujuan mulianya tersebut, Adib Mustofa sampai menjual maskawin istri.
Diketahui, yayasan tersebut beralamat di Jalan Jatibarang RT1/RW1, Kelurahan Kedung Pane, Kecamatan Mijen, Semarang, tepatnya berada di tengah kebun singkong.
Perlu berjalan kaki di jalan setapak setidaknya 200 meter untuk menuju lokasi tersebut.
Pria yang akrab disapa Adib ini tinggal bersama satu anaknya laki-lakinya dan istrinya yang sedang hamil besar.
Masih ditambah dengan 15 anak laki-laki yang masih bersekolah.
Bangunan rumah Adib sangat sederhana, berdiri di atas tanah seluas 170 meter persegi.
Bangunan thanya menggunakan bambu sebagai rangkanya, dengan tembok asbes plat dan atap yang menggunakan seng.
Sedangkan untuk alas rumah hanya semen plester saja.
Di rumah tersebut, Adib sekeluarga bersama 15 anak yang dia rawat menghabiskan waktunya untuk kegiatan bersama.
Pada Ramadan ini, mereka sahur bersama dengan lauk pauk seadanya.
Jika hanya ada mie instan, maka itu yang dihidangkan.
Jika hanya ada tempe tahu, maka itu yang mereka konsumsi.

Selasa (11/3/2025) pagi, satu di antara anak asuh Adib, yakni Yusefa Nuryanto mengatakan, mereka sahur dengan mie instan bersama ke-15 temannya.
"Kalau di sini makan seadanya saja, habis makan kami beribadah subuh, terus ngaji," kata Yusefa.
"Setelah itu masuk sekolah belajar, nanti pulang asar, habis itu istirahat dan dilanjutkan ngaji lagi," imbuhnya.
Adib mengatakan, ke-15 anak asuhnya merupakan anak-anak yang berasal dari kaum dhuafa, namun masih menjalankan pendidikan.
Tujuan Adib saat ini untuk memberikan rumah singgah bagi mereka agar bisa sekolah dengan tenang.
"Mereka tinggal di sini gratis, cuma ya makan seadanya. Kalau ada rezeki dikit, saya bagikan ke mereka," ungkap Adib, mengutip Tribun Jateng.
Adib merupakan pengajar harian di sebuah pondok pesantren di Kecamatan Mijen.
Selain itu dirinya juga terkadang bekerja serabutan untuk menambah penghasilan.
Dalam sebulan, dirinya menghasilkan kisaran ratusan ribu rupiah.
Tentu saja jika dilogika, dengan uang seminim itu akan sangat sulit menghidupi banyak orang dalam satu atap.
Namun rezeki tak hanya datang dari penghasilannya saja, saat ini sudah bertahun-tahun lamanya Adib masih bertahan dengan kondisi itu.
"Saat ini alhamdulillah ada donatur yang ikut bantu."
"Sebelumnya, saya pernah sampai menjual emas kawin milik istri saya, dia juga ridho."
"Sampai sekarang belum kebeli kembali," ucap Adib.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Glensius Okta Ombas
Kelurahan Ranaloba
Kecamatan Borong
Kabupaten Manggarai Timur
Aloisius Patut
TribunJatim.com
Tribun Jatim
SBY Tak Menyalami Kapolri Listyo Sigit, Demokrat Pasang Badan Singgung Tak ada Isu: Mungkin Terlewat |
![]() |
---|
Ocang Tewas usai Dipatuk Ular Kobra di Sawah, Sempat Berduel Hingga Korban Menyelamatkan Diri |
![]() |
---|
Gigitan Begal Sasar Pelajar SMP, Polisi Ikut Terkena saat Pelaku Hendak Ditangkap |
![]() |
---|
Kisah Haru Sumiati Penjual Sayur, Anak Tak Mau Sekolah karena Malu Tak Punya Seragam |
![]() |
---|
Pedagang Keberatan Donasi Rp 1000 Per Hari karena Sudah Bayar Pajak, Tuntut Dedi Mulyadi Transparan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.