Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Dedi Mulyadi Bongkar Borok Yayasan Palsu, Dibikin Agar Terima Dana Hibah Nampung Hingga Rp 5 Miliar

Menurut Dedi Mulyadi, ada yayasan yang sering dapat bantuan. Sehingga, membuat yayasan baru lagi agar bisa kembali membuat bantuan.

Editor: Torik Aqua
Instagram @dedimulyadi71
GERAM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bongkar borok yayasan palsu. Dibuat hanya untuk terima dana hibah. 

TRIBUNJATIM.COM - Praktik curang pemberian dana hibah keagamaan dikuak oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Menurut Dedi Mulyadi, ada yayasan yang sering dapat bantuan.

Sehingga, membuat yayasan baru lagi agar bisa kembali membuat bantuan.

Yayasan keagamaan palsu itu dibuat agar bisa menyerap dana APBD Provinsi.

Baca juga: Dedi Mulyadi Murka Siswa SMK Harus Bayar Rp 6 Juta untuk Study Tour ke Bali, Minta Sekolah Hentikan

"Karena yayasannya sering dapat bantuan, maka membuat lagi yayasan baru untuk mendapat bantuan," kata Dedi pada unggahan di channel YouTube Lembur Pakuan dan dikonfirmasi ulang Kompas.com, Jumat (25/4/2025).

Yayasan baru tersebut, jelas Dedi, tidak terverifikasi.

"Mau saya buka? Bikin yayasan baru nampung Rp 2 miliar, Rp 5 miliar," katanya.

Praktik semacam ini tidak hanya merugikan keuangan daerah, tetapi juga merusak citra lembaga keagamaan yang seharusnya menjadi contoh integritas.

Dia menyampaikan, tak sedikit yayasan bermasalah yang membuat laporan fiktif atau memanipulasi data demi mendapatkan dana besar dari pemerintah.

"Di Garut ada yang dapat Rp 5 miliar, tapi kelas tsanawiyahnya (MTs) rubuh," kata Dedi.

Ada tokoh agama yang secara tidak langsung terjebak dalam praktik ini.

Dedi menegaskan, tidak ingin ada ulama yang diperiksa 2 jam hingga 4 jam terkait masalah bantuan hibah.

"Saya enggak mau nanti ada pemeriksaan hibah, ajengan diperiksa, 2 jam, 4 jam. Kata ajengan, duka saya mah enggak tahu (tak tahu menahu tentang laporan hibah)," jelasnya.

Keputusan penghentian sementara dana hibah ini merupakan langkah awal untuk membersihkan sistem dan menata ulang tata kelola bantuan keagamaan. Dedi menegaskan bahwa bantuan harus tepat sasaran dan diterima oleh lembaga yang benar-benar membutuhkan serta layak secara administratif.

"Saya ingin bantuannya jangan dinikmati oleh itu-itu saja. Kalau memang tokoh, ya bantu ustaz lain, bangun madrasahnya. Bukan justru yayasannya sendiri yang dapat terus," tuturnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved