Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Ketekunan Ngatminatun & Sukahar 15 Tahun Nabung Rp40 Ribu dari Jualan Es Dung, Kini Berangkat Haji

Siapa sangka, berkat es dung yang sederhana, mereka bisa berangkat menunaikan ibadah haji tahun 2025 ini.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TribunJateng/Fachri Sakti Nugroho
TUKANG ES DUNG NAIK HAJI - Sukahar dan Ngatminatun, warga Desa Kaliwenang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, menceritakan kisahnya bisa naik haji setelah menabung dari hasil berjualan es dung. Kisah mereka adalah pengingat bahwa tidak ada perjuangan yang sia-sia. 

Pembayaran pertama Rp40 juta untuk pesan kursi, beberapa bulan kemudian dia menyetorkan lagi Rp10 juta sebagai tabungan.

Dia sendiri melakukan pelunasan biaya haji di tahun ini.

Kastijah sendiri lupa uang tersebut hasil menabung berapa tahun, tetapi setiap habis berjualan dia selalu menyisihkan uang di dalam lemari.

Terkadang Rp100 ribu, Rp25 ribu, ataupun tidak sama sekali karena untuk beli beras.

"Umpul-umpul, kadang-kadang Rp100 ribu, kadang-kadang Rp25 ribu, kadang-kadang mboten kanggo tumbas uwos," jelasnya.

Menurut Kastijah, keinginannya untuk menunaikan ibadah haji sudah sejak kecil, saat melihat embahnya yang haji.

Dia sampai bertanya, ibadah haji rasanya enak apa tidak.

Dari situlah dia berdoa ingin berangkat haji hingga baru tercapai bisa menabung setelah anaknya dewasa.

"Sing mbien, awit embahe kulo haji. Kulo donga, muga-muga nyong mbesuk dadi bocah pinter luruh duit, mben bisa naik haji," kenang Kastijah.

Anak bungsu Kastijah, Hasan (40) mengungkapkan, ibunya berjualan ponggol sejak anak pertamanya masih kecil.

Semula Kastijah adalah ibu rumah tangga, lalu berjualan ponggol untuk membantu penghasilan almarhum bapaknya yang tukang becak.

Ibunya biasanya bangun pagi jam 03.00 WIB, melaksanakan salat tahajud, lalu masak untuk persiapan berdagang.

Saat sudah waktu subuh, ibunya salat di musala, setelah itu langsung jualan di depan rumah.

"Kalau sekarang sudah dilanjutkan oleh anak dan mantunya yang perempuan. Tapi ibu masih suka bantu bikin kupat dan alu-alu," ujarnya.

Seporsi nasi ponggol ketan dan gorengan hangat di Jalan Kapten Ismail, Kota Tegal.
Seporsi nasi ponggol ketan dan gorengan hangat di Jalan Kapten Ismail, Kota Tegal. (TribunJateng.com/Fajar Bahruddin Achmad)

Hasan mengatakan, ibunya memiliki keinginan haji sudah sejak lama, tetapi terhalang karena anaknya masih kecil-kecil.

Sehingga ibunya baru bisa mendaftar di usianya yang sudah sepuh.

Uang yang dipakai mendaftar pun tabungannya, sebab anak-anaknya tidak boleh membantu.

Menurutnya, ibunya sosok orang yang dermawan dan suka membantu.

"Saya belajar, ibu orangnya dermawan. Suka ngasih hak eman-eman. Akhirnya nurun ke anak-anaknya," ungkapnya.

Anak Kastijah yang lain, Ridho mengatakan, ibunya memang pintar menabung meskipun disimpan di lemari.

Bahkan anak-anaknya sempat kaget saat ibunya ingin mendaftar haji di tahun 2012.

Tidak ada yang tahu kalau ibunya sudah memiliki tabungan sebanyak Rp40 juta.

"Berangkat haji sudah keinginan ibu. Anak-anaknya juga enggak tahu ibu sudah menabung," katanya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved