Berita Viral
Sosok Try Sutrisno, Wapres Ke-6 RI Dukung Pencopotan Gibran Rakabuming Sebagai Wakil Presiden
Sosok Try Sutrisno yang dukung pencopotan Wapres Gibran. Dulu digadang-gadang akan menggantikan Soeharto sebagai Presiden Indonesia.
TRIBUNJATIM.COM - Usul pencopotan Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka oleh Forum Purnawirawan Prajurit TNI, jadi sorotan.
Tuntutan tersebut ditandatangani oleh Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, Jenderal TNI (Purn) Tyasno Soedarto, Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto dan Marsekal TNI (Purn) Hanafie Asnan, untuk disampaikan pada Presiden Prabowo, melalui MPR RI.
Dokumen yang beredar itu juga disahkan oleh Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno selaku pihak yang “mengetahui”.
Secara total, dokumen tersebut ditandatangani oleh 103 jenderal, 73 laksamana, 65 marsekal, dan 91 kolonel.
Sosok Try Sutrisno jadi sorotan karena pernah digadang-gadang akan menggantikan Soeharto sebagai Presiden Indonesia.
Di samping itu, seorang putranya kini masih anggota TNI aktif.
Yakni Letjen TNI Kunto Arief Wibowo saat ini masih aktif sebagai perwira tinggi prajurit TNI dengan jabatan sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I.
Sebelumnya, jenderal bintang tiga ini menduduki jabatan sebagai Staf Ahli Bidang Ekonomi Setjen Wantannas.
Sedangkan Irjen Pol (Purn) Firman Shantyabudi telah pensiun dari Polri dengan jabatan terakhirnya adalah Kakorlantas Polri dan Asisten Logistik Kapolri.
Keduanya juga merupakan ipar dari Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu.
Baca juga: Pantas Purnawirawan TNI Minta Wapres Gibran Rakabuming Dicopot dari Jabatan, Prabowo Merespon
Sosok Sosok Try Sutrisno
Try Sutrisno saat ini berusia 89 tahun.
Pensiunan jenderal TNI bintang empat ini lahir pada 15 November 1935.
Ia mencapai puncak karier militer pada tahun 1988.
Saat itu, ia ditunjuk sebagai Panglima ABRI (Pangab) untuk menggantikan L.B. Moerdani.
Dalam artikel wikipedia, sebagai Panglima ABRI, Sutrisno menghabiskan banyak waktu untuk menumpas pemberontakan di seluruh Indonesia.
Target langsungnya adalah separatis di Aceh, yang berhasil ditekan pada 1992.
Pada tahun 1990, ada Insiden Talangsari, di mana Try Sutrisno mengulangi tindakannya pada tahun 1984 dengan menindak kelompok demonstran Islam.
Pada bulan November 1991, di Provinsi Timor Timur, sekelompok mahasiswa menghadiri pemakaman seorang teman mereka yang telah ditembak mati oleh pasukan Indonesia dan mereka mengambil kesempatan untuk meluncurkan protes terhadap pendudukan Indonesia.
Baca juga: Fakta Ratusan Purnawirawan Usul Pencopotan Gibran, Eks Wapres Soeharto Ikut Dukung, Apa Pemicunya?
Pada prosesi pemakaman, para mahasiswa menggelar spanduk untuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan, menampilkan gambar pemimpin kemerdekaan Xanana Gusmão. Ketika prosesi tersebut memasuki kuburan, pasukan Indonesia mulai menembak. Dari orang-orang yang berdemonstrasi di kuburan, 271 tewas, 382 terluka, dan 250 menghilang.
Insiden, yang dikenal sebagai Insiden Dili ini, memicu kecaman dari masyarakat internasional seluruh dunia.
Ia mengatakan dua hari setelah pembantaian: "Tentara tidak dapat diremehkan. Akhirnya kami harus menembak mereka. Berandalan seperti agitator ini harus ditembak, dan mereka akan .... ".
Try Sutrisno kemudian diundang untuk berbicara di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menjelaskan dirinya sendiri.
Try Sutrisno memberikan pembelaan keputusannya dan menyatakan bahwa pengunjuk rasa memprovokasi tentara dan bahwa klaim bahwa protes yang damai adalah "omong kosong".

Masa jabatan Try Sutrisno sebagai Panglima ABRI berakhir pada bulan Februari 1993.
Ketika Try berhenti dari posisinya sebagai Pangab dan sebulan sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dijadwalkan bertemu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden baru, anggota MPR dari fraksi ABRI mencalonkan Try Sutrisno untuk menjadi Wakil Presiden.
Secara teknis, anggota fraksi MPR diizinkan untuk mengajukan calon mereka untuk Wakil Presiden. Tapi aturan tak tertulis dalam rezim Soeharto adalah menunggu Presiden untuk mengajukan calon yang dipilihnya.
Anggota dari Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia dengan cepat menyetujui pencalonan Try, sementara Golkar berjuang dalam memberitahu anggotanya bahwa Golkar tidak mencalonkan Try sebagai Wakil Presiden.
Soeharto dilaporkan marah karena telah didahului oleh ABRI, tetapi ia tidak ingin adanya perselisihan terbuka.
Soeharto akhirnya menerima Try dan Golkar mencoba mengecilkan ketegangan dengan mengatakan telah membiarkan pihak lain dan ABRI mencalonkan kandidat Wakil Presiden mereka.
ABRI sudah membalaskan dendam mereka dari Sidang Umum MPR 1988 saat Soeharto memilih Sudharmono, seseorang tidak menyukai ABRI sebagai Wakil Presiden.
Benny Moerdani yang pada tahun 1993 adalah Menteri Pertahanan, dia bertekad bahwa ABRI akan memilih Wakil Presiden bagi Suharto pada Sidang Umum MPR 1993.
Berspekulasi bahwa tidak pernah mendahului, Soeharto akan memilih baik BJ Habibie sebagai Wakil Presidennya atau memilih kembali Sudharmono.
Meskipun ia telah menerima Try Sutrisno sebagai Wakil Presiden Ke-6, namun Soeharto merasa tidak senang pada Wakil Presidennya.
Soeharto menunjukkan sedikit hal dan bahkan tidak berkonsultasi dengannya dalam proses pembentukan kabinet.
Saat Soeharto berkunjung ke Mesir tahun 1995, Try dalam sebuah pemberitaan di harian nasional menyatakan jika dalam bisnis, anak pejabat jangan pakai nama bapaknya, pihak penguasa marah dan sejak itu pemberitaan Try Sutrisno di harian manapun ditiadakan.
Pengabaian lainnya datang pada akhir 1997 ketika Soeharto harus pergi ke Jerman untuk menerima perawatan kesehatan.
Baca juga: 108 Ribu Dislike Video Monolog Gibran, Pengamat Politik: Ngomong Salah, Tidak Ngomong Salah
Baca juga: BREAKING NEWS: Wapres Gibran Tinjau MBG di 6 Kelas SMAN 10 Surabaya, Ajak Dialog Siswa: Bersyukur
Alih-alih mendelegasikan Try Sutrisno untuk menjalankan tugas Presiden, Soeharto memerintahkan Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono untuk datang ke kediamannya untuk menerima tugas Presiden. Sebuah KTT APEC juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri, Ali Alatas.
Try Sutrisno adalah figur yang sangat populer dan banyak yang mengira bahwa ia akhirnya akan menggantikan Soeharto sebagai Presiden Indonesia.
Karena dia memiliki latar belakang militer, ia akan diterima oleh ABRI.
Pada saat yang sama, dia juga seorang kandidat yang diterima elemen Islam di Indonesia, dibesarkan bersama sebuah sekolah Islam.
Pada tahun 1998, pada Sidang Umum MPR lainnya yang akan diselenggarakan dan Asia Tenggara sedang menderita akibat Krisis Finansial Asia, banyak yang ingin Try Sutrisno untuk mengemban masa jabatan kedua sebagai Wakil Presiden.
Meskipun ada dukungan yang kuat, Try Sutrisno tidak menegaskan dirinya dan pilihan Soeharto untuk Wakil Kepresidenan diserahkan kepada Habibie.
Pada Mei 1998, pada malam jatuhnya Soeharto, Try Sutrisno, bersama dengan Umar Wirahadikusumah dan Sudharmono mengunjungi Soeharto di kediamannya untuk membahas opsi yang memungkinkan.
Pada tahun 1998, Try terpilih menjadi Ketua Persatuan Purnawirawan ABRI (Pepabri).
Ia berhasil membuat Pepabri bersatu menjadi satu di bawah kepemimpinannya meskipun suasana lazim pada waktu itu setiap cabang dari Angkatan Bersenjata memiliki persatuan purnawirawan mereka sendiri.
Try Sutrisno menyelesaikan masa jabatannya di posisi ini pada tahun 2003.
Try juga menjabat sebagai sesepuh partai untuk partainya Jenderal Edi Sudrajat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Pada bulan Agustus 2005, Try Sutrisno, bersama dengan Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Wiranto, dan Akbar Tanjung membentuk sebuah forum yang disebut Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu.
Forum ini mengkritik pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atas nota kesepahaman dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Hal ini diikuti pada bulan September 2005 dengan kritik terhadap keputusan Yudhoyono menaikkan harga BBM.
Try Sutrisno agak melunak sikapnya dengan pemerintah setelah pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada bulan September 2005.
Kalla dikirim untuk menjelaskan alasan di balik kebijakan yang diambil terhadap GAM dan menaikkan harga BBM.
Pada akhir pertemuan, Try mengatakan bahwa ia dapat memahami posisi pemerintah dan mendorong orang-orang untuk mendukung pemerintah dalam keputusan mereka.
Apakah berdampak pada karier Kunto Arief yang saat ini masih aktif?

Kunto Arief Wibowo diketahui lahir pada 15 Maret 1971 silam.
Letjen TNI Kunto Arief Wibowo merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil 1992) yang berasal dari kecabangan Infanteri (Raider).
Kunto Arief Wibowo pernah menduduki sejumlah jabatan strategis selama meniti karir kemiliteran di TNI AD.
Selama meraih bintang dua di pundak, Kunto Arief Wibowo pernah jadi Pangdivif 3/Kostrad periode 2021—2022.
Setelahnya Kunto Arief Wibowo dipromosikan dengan menduduki jabatan Pangdam III/Siliwangi pada 2022—2023.
Tidak lama berselang, Kunto Arief Wibowo dipercaya menduduki posisi Wadankodiklatad pada periode 2023—2024.
Adapun selama masih menyandang bintang satu alias Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI, dirinya juga sempat menduduki posisi lainnya.
Kunto Arief Wibowo pernah menjadi Danrem 032/Wirabraja pada tahun 2018—2020 disusul kemudian jadi Kasdam III/Siliwangi pada 2020—2021 silam.
Pertama dari Matra Darat
Penunjukan Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I sekaligus memutus tradisi yang ada selama ini.
Pasalnya jabatan Pangkogabwilhan I selama ini selalu ditempati jenderal bintang tiga dari matra laut alias TNI AD.
Kapuspen TNI Mayjen TNI Hariyanto mengungkapkan alasan dibalik penunjukan yang tidak biasa tersebut.
Hariyanto beralasan rotasi lintas matra seperti pada jabatan Pangkogabwilhan I adalah hal yang biasa terjadi di TNI.
"Penempatan jabatan di lingkungan TNI, termasuk Pangkogabwilhan I, dilakukan berdasarkan mekanisme internal yang mempertimbangkan kebutuhan organisasi, pengalaman, serta kompetensi perwira yang bersangkutan," kata Hariyanto, Rabu (11/12/2024).
Selain itu penunjukan Kunto juga sebagai bagian penyegaran di struktur kepemimpinan sekaligus upaya sinergitas yang optimal di lingkungan Kogabwilhan I.
Ia juga menyinggung bahwa jabatan Pangkogabwilhan I yang kini diisi oleh perwira tinggi TNI AD juga sekaligus untuk mendukung pertahanan yang menjadi tupoksi Kogabwilhan I.
"Rotasi lintas matra adalah hal yang biasa terjadi di TNI. Ini menunjukkan fleksibilitas dan profesionalisme TNI untuk mendukung pelaksanaan tugas pertahanan negara," tegasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com
Berita Viral lainnya
Wakil Presiden
Gibran Rakabuming Raka
Forum Purnawirawan Prajurit TNI
Try Sutrisno
Soeharto
Presiden Indonesia
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Tangis Eli Datangi Makam Nia Kurnia Sari, Kabari In Dragon Dihukum Mati: Setimpal |
![]() |
---|
Kepsek SDN yang Jual Seragam Rp 1,1 Juta Belum Disanksi Meski Pelanggaran Berat, Masih ke Sekolah |
![]() |
---|
Teriakan Terakhir Siska di Tangan Buruh Gudang Bulog, Teman Tak Menyangka: Lo Ga Sayang Lagi |
![]() |
---|
Ulah ASN Bikin Pejabat Geleng Kepala, ada PNS Berbuat Asusila di Musala, Hingga Ditangkap Densus 88 |
![]() |
---|
Tangis Adrian Harta Rp 66 Juta Raib Setelah Unduh Aplikasi KTP Digital, Mirip Punya Pemerintah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.