Berita Entertainment
Balasan Dedi Mulyadi setelah Rafathar Mengadukan Nagita Slavina yang Belum Mandi dan Main HP Terus
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi membalas aduan yang diposting oleh anak Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Rafathar Malik Ahmad.
Saat baru tiba, Dedi langsung dikerumuni warga.
Para warga itu berebut salaman dan foto dengan orang nomor satu di Jawa Barat tersebut.
Awalnya Dedi berbincang dengan ibu-ibu.
Dedi lantas meminta ibu-ibu itu untuk memanggil suaminya.
Tak disangka, suami ibu-ibu itu tiba-tiba keceplosan memanggil Dedi Mulyadi dengan sebutan 'Pak Presiden'. Mendengar ucapan itu, Dedi Mulyadi langsung syok tak karuan.
"Makasih Pak Presiden, eh sorry pak," ucap pria berkumis ketika bersalaman dengan KDM dikutip video unggahan KDM pada Minggu (11/5/2025).
"Eeeh !," respons Dedi Mulyadi ketika mendengar panggilan mengejutkan tersebut.
Namun, warga tersebut nampaknya keceplosan bukan karena tidak sengaja.
Ya, warga itu tampaknya melontarkan ucapan itu untuk bercanda dengan Dedi Mulyadi.
Meski begitu, Dedi Mulyadi langsung memberi peringatan pada warga tersebut.
Bahkan, ia sampai menunjuk ke arah warga yang menyebutnya 'Pak Presiden'.
"Jangan macam-macam kau !," ucap Dedi Mulyadi dikelilingi warga yang tergelak tawa.
"Sorry pak, maaf, maaf pak. Ini terlalu di mimpi pak, mudah-mudahan, amin pak," timpal pria tersebut.
Dedi menegaskan bahwa presidennya adalah Presiden Prabowo Subianto.
Melihat hal itu, warga itu pun langsung meminta maaf.
"Presiden saya Prabowo Subianto !," ucap tegas Dedi.
"Dua periode !," sambung Dedi Mulyadi.
Adapun, reaksi spontan Dedi Mulyadi dipanggil 'Pak Presiden itu justru membuat warga terhibur.
Banyak yang tertawa mendengar jawaban pria yang akrab disapa KDM tersebut.
"Aku tahu orang sana (Medan) suka berpolitik," timpal sang Gubernur Jawa Barat direspon tawa para warga.
"Visioner pak, visioner," timpal warga lain di tengah tawa warga.
Bakal kirim preman ke barak
Sasaran pendidikan militer di Provinsi Jawa Barat tak hanya untuk siswa, namun juga bakal untuk para preman.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bakal melanjutkan kebijakan tegas soal barak militer.
Dedi bakal memperluas sasaran kebijakannya itu untuk mencakup orang dewasa bermasalah.
Gubernur yang akrab disapa KDM ini juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih Presiden Prabowo karena telah tegas dalam memberantas masalah premanisme.
“Saya ucapkan terima kasih dan rasa hormat yang tinggi buat Pak Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto yang dengan tegas memberantas premanisme dan preman yang seringkali berbaju ormas,” kata Dedi Mulyadi dilansir dari Instagram @dedimulyadi71, Senin (12/5/2025), via Tribun Sumsel.
Dengan adanya dukungan dari Presiden Prabowo, kata Dedi, tentunya akan membuat masyarakat lebih merasa aman dan juga nyaman.
Baca juga: Sosok Riezky Kabah Dulu Hina Guru Koruptor, Kini Tertawakan Gubernur Dedi Mulyadi Soal Barak Militer
Selain Presiden Prabowo, program ini juga didukung oleh Menko Polhukam, Mendagri, Panglima TNI, dan Kapolri.
"Tentunya sikap ini adalah sikap yang sangat luar biasa karena akan memberikan rasa aman, rasa nyaman bagi kita semua apalagi ada Pak Menko Polhukam, Pak Mendagri, Panglima TNI, Kapolri yang bisa secara bersama-sama untuk memulihkan kembali keamanan di lingkungan masyarakat,” terang Dedi Mulyadi.
Hal ini tak lepas dari aduan sejumlah pengusaha yang menjadi korban intimidasi dari premanisme.
Untuk mengatasi masalah ini, Dedi Mulyadi mengatakan perlu adanya upaya persuasif yang bisa memberikan keyakinan pada para pengusaha untuk berani berbicara.
"Apa yang terjadi dalam kehidupan kesehariannya (pengusaha), sehingga iklim produksi di Indonesia tidak terganggu, baik produksi UMKM maupun produksi pengusaha-pengusaha besar, dan ini akan menggerakkan ekonomi,” lanjut Gubernur Jawa Barat.
Lebih lanjut, Dedi mengungkapkan dengan adanya satgas premanisme di provinsi Jawa Barat ini akan semakin menguatkan anti premanisme di berbagai tempat.

"Saya di bulan Juni Juli dan seterusnya akan melakukan pembinaan preman-preman yang biasa bikin onar, akan kami masukkan ke barak militer untuk mendapat pendidikan dan dikoneksikan dengan pembangunan," kata Dedi Mulyadi.
Menurut Dedi, kebijakan ini bertujuan menangani preman, pemabuk dan pelaku gangguan terhadap pelaku UMKM dan investasi.
Rencananya, Dedi Mulyadi akan memasukkan preman-preman tersebut ke barak militer untuk dilakukan pembinaan.
"Premanisme ini juga terjadi karena tidak ada pekerjaan alias menganggur, tetapi ingin punya duit cuma duduk nongkrong, bergerombol di suatu tempat mendapatkan duit," kata Dedi
Pemerintah akan memberikan solusi dengan mengarahkan keluarga tersebut untuk bekerja sebagai kuli infrastruktur pembangunan.
Mereka akan menerima upah dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Mereka akan bekerja di pembangunan-pembangunan yang hari ini digerakkan oleh Pemprov Jabar, bangun jalan, bangun irigasi, bangun jembatan, bangun sekolah, dan banyak lagi,
Mereka adalah upaya untuk sadar bahwa meraih uang harus dilakukan dengan cara berkeringat, tidak boleh hanya hidup dengan mudah dari kesulitan orang lain," tandas Dedi Mulyadi.
Sebelumnya, Dedi Mulyadi menyebut tak hanya mengirimkan siswa bermasalah saja ke barak militer, ia juga ingin mengirimkan siswa-siswa SMA terbaik untuk jalani pelatihan militer di Barak TNI.
Selain para pelajar, Dedi juga mengatakan program pendidikan militer juga akan menyasar pegawai Pemprov Jabar yang malas dan sering bolos.
Baca juga: Maulana Akbar Lamar Putri Karlina, Dedi Mulyadi Kunjungi Makam Istri Pertama: Anak Kau Sudah Dewasa
Kritik dari Komnas HAM, DPR dan KPAI
Komnas HAM sebelumnya meminta agar program pembinaan di barak militer ini ditinjau ulang.
Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyebut, urusan edukasi untuk warga sipil bukanlah bagian dari kewenangan militer.
“Sebetulnya itu bukan kewenangan TNI untuk melakukan civil education. Mungkin perlu ditinjau kembali rencana itu,” ujar Atnike di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Jumat (2/5/2025).
Atnike menilai, kunjungan siswa ke barak TNI sah-sah saja bila tujuannya untuk edukasi karier, seperti mengenal tugas-tugas tentara.
Namun, jika anak-anak dilatih dengan metode militer, itu menjadi persoalan lain.
Hal serupa juga disampaikan anggota Komisi X DPR RI, Bonnie Triyana.
Politikus PDI-P ini menilai pendekatan militeristik bukan solusi utama untuk menangani siswa bermasalah.
“Tidak semua problem harus diselesaikan oleh tentara, termasuk persoalan siswa bermasalah,” kata Bonnie lewat pernyataan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (30/4/2025).

Ia menekankan, program semacam ini harus melalui kajian matang, mengingat masih banyak cara lain yang lebih tepat untuk membentuk karakter siswa tanpa harus menggunakan metode militer.
Sementara itu, Komisioner KPAI Aris Adi Leksono menyoroti potensi stigma yang bisa menimpa anak-anak dalam program tersebut.
Dalam dialog di Sapa Indonesia Pagi KompasTV pada Selasa (6/5/2025), Aris menyebut bahwa anak-anak yang masuk kategori bermasalah tetaplah kelompok rentan yang butuh pendekatan khusus.
“Pada prinsipnya begini, anak ini masuk dalam kelompok rentan, karena dia masuk dalam kelompok rentan maka dia butuh pendekatan-pendekatan khusus, dia butuh perlindungan.
Nah di dalam ruang lingkup perlindungan anak itu ada tahapan bagaimana pemenuhan hak anak, yang kemudian baru pada tahapan perlindungan khusus anak,” jelas Aris.
“Artinya kalau kemudian program ini menyasar kepada anak-anak yang dalam tanda kutip ya, anak nakal, anak bermasalah, saya kira juga persoalan tersendiri, karena kemudian akan menjadi anak korban stigma,” tambahnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com
Daftar Bisnis Kuliner Artis yang Tutup, Terbaru Ashanty hingga Rumahkan 200 Karyawan |
![]() |
---|
Pratama Arhan di Thailand, Azizah Salsha Kepergok Main Padel Bareng Mantan, Fotonya Viral |
![]() |
---|
Syahrini Pulang ke Indonesia Naik Jet Pribadi, Dipayungi Anggota TNI hingga Dikawal Patwal |
![]() |
---|
Adiba Khanza Hamil, Egy Maulana Vikri Sebentar Lagi Jadi Ayah, Semringah Pamer Foto USG |
![]() |
---|
Talitha Curtis Geram Dituding Pakai Narkoba, Polisikan Haters: Sudah Melewati Batas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.