Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pendapatan Kini Cuma Rp50 Ribu, Nelayan Menangis Muncul Pagar Beton di Laut, 25 Ribu Orang Menderita

Menangis nelayan setelah muncul pagar bambu di laut kini malah ada pagaar beton yang menyebabkan para nelayan kesulitan mencari nafkah.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Kompas.com/Shinta Dwi Ayu
NELAYAN MENANGIS - Proyek pembangunan reklamasi di Laut Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Kemunculan pagar beton kini lebih parah dari pagar bambu di laut beberapa waktu lalu. 

Sementara itu, lahan reklamasi kedua masih dalam proses pengerukan, sedangkan lahan pertama sudah dioperasikan menjadi pelabuhan untuk penampungan batu bara curah.

Pembangunan reklamasi tersebut membuat para nelayan kesulitan mencari ikan.

Sebab, reklamasi-reklamasi itu dibangun di area para nelayan biasanya mencari ikan.

"Sementara wilayah yang dipakai itu, wilayah area tangkap nelayan, mereka tidak memberikan solusi kita sebagai nelayan tradisional, kita harus melaut seperti apa," ucap Tahir.

Baca juga: Nelayan 3 Kelurahan di Tuban Geruduk Kantor DKP2P, Protes Bantuan yang Diduga Salah Sasaran

Tahir mengatakan, sejak ada pembangunan pagar beton, ini membuat nelayan harus melaut lebih jauh untuk mendapatkan ikan sehingga mengeluarkan biaya lebih besar.

"Secara otomatis, dampak pembangunan itu yang pertama kita kehilangan area tangkap, kedua kita melaut itu biaya lebih besar karena kita harus melaut lebih jauh lagi," jelas Tahir.

Kondisi saat ini membuat banyak nelayan mengalami kerugian.

Pendapatan mereka menurun drastis sejak keberadaan pagar beton tersebut.

"Saat belum ada betonisasi, para nelayan masih ada sisa pendapatan. Sekarang nelayan pulang melaut untuk bahan bakar aja enggak menutup," tutur Tahir.

Baca juga: Dedi Mulyadi Samakan Kasus Sungai Bekasi dengan Pagar Laut Tangerang: Besok Langit Disertifikatkan

Ia memaparkan bahwa untuk satu kali melaut menggunakan kapal kecil, nelayan harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 200.000-Rp 300.000.

Dulu, dengan modal sebesar itu, nelayan bisa meraih keuntungan hingga Rp 1 juta.

Namun kini, hasil tangkapan hanya cukup untuk menutup sedikit dari biaya yang dikeluarkan.

"Pada saat kita berangkat melaut dengan biaya Rp 300.000, kadang lebihnya Rp 100.000, Rp 50.000 itu syukur kita untuk nutupi itu," jelas Tahir.

Karena merasakan dampak yang merugikan, para nelayan berharap agar reklamasi di Teluk Jakarta segera dihentikan.

Baca juga: Kades Kohod Heran Dikenai Denda Rp 48 M untuk Kasus Pagar Laut, Pengacara Sebut Menteri KP Ngaco

"Kalau ini dibiarkan terjadinya marak reklamasi-reklamasi kecil yang dilakukan oleh korporasi secara otomatis nelayan akan punah," ungkap Tahir.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved