Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tradisi Unik Idul Adha di Probolinggo, Ratusan Santri Bakar Sate Pakai Panggangan 50 Meter

Tradisi unik setelah momen Hari Raya Idul Adha masih dipegang erat Pondok Pesantren (Ponpes) Bani Rancang, Desa Lemah Kembar, Kecamatan Sumberasih, Ka

Penulis: Ahsan Faradisi | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Ahsan Faradisi
NYATE : Ratusan santri di Pondok Pesantren Bani Rancang, Desa Lemah Kembar, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur saat menggelar tradisi Sate Lanjeng, Senin (9/6/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Ahsan Faradisi

TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO - Tradisi unik setelah momen Hari Raya Idul Adha masih dipegang erat Pondok Pesantren (Ponpes) Bani Rancang, Desa Lemah Kembar, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Tradisi ini berupa 'Sate Lanjeng' atau Sate Panjang. Yang mana ratusan santri baik putra dan putri di Ponpes Bani Rancang membakar daging kurban di atas panggangan sepanjang 50 meter. 

Hasil daging kurban yang dibakar itu lalu dikumpulkan dan kemudian menggelar makan bersama atau 'Polokan' dengan beralaskan daun pisang dengan sudah disiapkan nasi putih.

Ketua Pengurus Ponpes Bani Rancang, Suhud Alfauzi mengatakan, tradisi Sate Lanjeng memang sudah turun-temurun di pesantren setelah perayaan Hari Raya Idul Adha oleh ratusan para santri putri dan putra.

Baca juga: Kisah Perajin Tusuk Sate di Mojokerto Tolak Pesanan ke London, Padahal Ditawari Uang Muka Rp50 Juta

"Tujuannya karena memang para santri tidak pulang untuk merayakan Hari Raya Idul Adha dengan keluarganya. Sehingga ini menjadi salah satu alasan adanya tradisi Sate Lanjeng," kata Suhud, Senin (9/6/2025).

Dinamakan Sate Lanjeng, lanjut Suhud, selain karena tempat perapiannya yang panjang dan dilakukan secara massal serta memiliki filosofi mendalam bagi kalangan kaum pesantren atau santri.

"Filosofinya Kulli Hayat atau mencari ilmu sepanjang hayat. Sate Lanjeng ini juga sebagai bentuk selamatan yang mana tahun ini Ponpes Bani Rancang mendapat 2 sapi dan 90 kambing untuk kurban," ujar Suhud.

Setelah daging dibakar, menurut Suhud, baru dimakan secara polokan yang bagi kaum pesantren atau santri harus dan wajib memiliki sifat kesederhanaan dan kebersamaan. 

"Yang paling penting kebersamaannya bagi santri, karena seenak apapun makanan tapi kebersamaan yang paling utama. Inilah tradisi kami di Ponpes Bani Rancang setiap tahunnya," pungkasnya

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved