Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Soroti Ide Parpol Super Terbuka ala Jokowi, Jadi Alternatif untuk Partai Non Parlemen

Wacana parpol super terbuka yang sebelumnya digulirkan oleh Presiden RI ke-7 Jokowi dinilai bisa terealisasi

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM/YUSRON NAUFAL PUTRA
SEMINAR NASIONAL- Sejumlah pembicara saat menghadiri Seminar Nasional bertajuk Parpol Super Terbuka : Pendekatan Sosiologi dan Elektoral yang berlangsung di Fisip Unair Surabaya, Kamis (12/6/2025). Seminar nasional tersebut berlangsung secara hybrid dan diikuti puluhan mahasiswa yang hadir secara langsung di lokasi. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Yusron Naufal Putra

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wacana parpol super terbuka yang sebelumnya digulirkan oleh Presiden RI ke-7 Jokowi, dinilai bisa terealisasi pada partai non parlemen atau bahkan partai baru yang sengaja didirikan. 

Jika benar terealisasi, parpol super terbuka berpotensi jadi alternatif di kancah politik.

Pembahasan ini mengemuka dalam Seminar Nasional bertajuk Parpol Super Terbuka : Pendekatan Sosiologi dan Elektoral yang berlangsung di Fisip Unair Surabaya, Kamis (12/6/2025).

Seminar nasional tersebut berlangsung secara hybrid dan diikuti puluhan mahasiswa yang hadir secara langsung di lokasi.

Baca juga: Tasyakuran Yuhronur-Dirham, Undang Tomas hingga Parpol di Lamongan, Diawali dengan Kata Maaf

Dalam seminar ini, hadir sejumlah pembicara. Yakni Afrimadona Direktur Eksekutif Populi Center, Umar Sholahuddin selaku Sosiolog UWKS, lalu Novri Susan yang merupakan Sosiolog Unair dan Fahrul Muzaqqi selaku Ilmuan Politik Unair. 

Afrimadona Direktur Eksekutif Populi Center mengungkapkan, gagasan parpol super terbuka sebetulnya menarik ditengah kondisi masyarakat yang cenderung kecewa dengan partai elitis.

Namun, sayangnya tidak banyak yang mendiskusikan wacana tersebut di ruang publik saat ini. 

"Lalu, bagaimana mengoperasikan gagasan ini menjadi regulasi dan mekanisme internal partai sebaik mungkin. Sehingga, partai bisa menghasilkan politisi yang betul-betul kita inginkan yakni politisi yang tidak dikooptasi oleh elit atau modal besar," kata Afri, dalam seminar tersebut. 

Sampai sejauh ini memang belum ada gambaran pasti mengenai model parpol super terbuka. Namun, ia membayangkan parpol super terbuka harus dimulai dari mulai rekrutmen hingga kaderisasi. Termasuk dalam mengambil keputusan strategis partai, tidak boleh hanya ditentukan oleh elit semata. 

Dalam kacamata Afri, gagasan Jokowi ini bisa diterapkan untuk parpol non parlemen. Ia merasa gagasan parpol super terbuka akan sulit diterapkan di partai yang sudah memiliki ketokohan kuat.

Baca juga: Partai Pengusung Meradang, Cawabup Trenggalek ini Rupanya Punya KTA Parpol Ganda

"Mungkin banyak orang menganggap gagasan Pak Jokowi itu untuk PSI. Menurut saya ya masuk akal," ujarnya. 

PSI dinilai cocok untuk mengadopsi gagasan Jokowi itu lantaran tidak memiliki tokoh sentral dalam partai mereka.

"Mungkin bisa di uji coba di PSI. Parpol yang belum memiliki tokoh sentral mungkin bisa juga mencoba gagasan ini," ungkap Afri. 

Dalam seminar tersebut, terungkap bahwa untuk membuat parpol super terbuka setidaknya ada dua faktor yang perlu diperhatikan.

Pertama, adalah kesiapan dan kemapanan organisasi secara internal. Faktor kedua, adalah kesiapan sistem politik Indonesia saat ini. Dua syarat ini memang tidak mudah. 

Umar Sholahuddin selaku Sosiolog UWKS mengatakan, secara topologi sebetulnya masyarakat saat ini sudah sangat terbuka. Hal ini harus dilihat secara objektif. "Tipologi masyarakat saat ini cenderung menengah. Artinya, tidak lagi kanan ekstrem, atau kiri ekstrem. Sehingga, ini juga berlaku di politik," ucapnya. 

Fahrul Muzaqqi, Ilmuan Politik Unair mengatakan terlepas dari siapapun yang menggagas wacana ini, namun gagasan parpol super terbuka terbilang segar. Sebab ini bisa semacam antitesis 'kemapanan' parpol saat ini.

"Artinya, ini bisa jadi kritikan terhadap partai yang ada," ucap Fahrul. 

"Satu sisi, gagasan ini patut diapresiasi dan disisi yang lain ini sekaligus menjadi alarm bagi partai yang ada biar lebih sensitif terhadap tuntutan demokratisasi khususnya di internal partai," ungkap Fahrul yang juga Peneliti Puspek Unair saat diwawancarai seusai seminar. 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved