Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

20 Tahun Yati Jualan Semanggi, Kuliner Surabaya yang Melegenda, Bisa Kantongi Rp 1,5 Juta Sehari

20 tahun sudah Yati berjualan Semanggi, kuliner khas Surabaya yang melegenda, bisa kantongi Rp 1,5 juta sehari saat weekend.

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Dwi Prastika
TribunJatim.com/Nurika Anisa
SEMANGGI SUROBOYO - Yati tengah menyiapkan sebungkus Semanggi, kuliner khas Surabaya, Senin (23/6/2025). Makanan ini merupakan olahan daun semanggi yang direbus kemudian disandingkan dengan bumbu kacang dengan campuran rebusan ubi jalar dan kentang yang dihaluskan dan ditambah sedikit air. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nurika Anisa

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Yati (60) menjadi segelintir pedagang yang memilih tetap berjualan kuliner legendaris khas Surabaya, Semanggi, di tengah gempuran jajanan siap saji.

Lebih dari 20 tahun dirinya berjualan Semanggi di sudut Kota Surabaya.

"Saya mulai (jualan) pas anak saya usia tiga tahun. Sekarang usianya sudah 25 (tahun). Berarti sudah 22 tahunan,” kata Yati saat ditemui di Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya, Senin (23/6/2025).

Dengan usia jualan lebih dari dua dekade itu, kedatangan para pelanggan setia tampak akrab memesan Semanggi buatan Yati.

Tangan Yati cekatan membungkus rebusan daun semanggi, ubi jalar, kecambah di atas pincuk daun pisang.

Ia juga menambahkan bumbu berbahan kacang.

Sekilas tampak seperti bumbu pecel namun bahan yang dibuat sangat berbeda.

Ada campuran rebusan ubi jalar dan kentang yang dihaluskan dan ditambah sedikit air.

Baca juga: Lezatnya Kuliner Malaysia di Mai La Singgah di Gresik, Ada Roti Canai Pipih hingga Kari Ikan

Tambahan kerupuk puli menyempurnakan sajian panganan khas Suroboyo tersebut.

Selama sepekan, ibu empat anak ini membagi lokasi jualan.

Saat Sabtu dan Minggu, ia menjajakan olahan semanggi tersebut ke area Car Free Day Taman Bungkul Surabaya.

“Kalau dulu saya keliling kampung, kampung ke kampung. Sembarang tak lakoni (apa saja saya lakukan), punya toko, buruh pabrik, terakhir Semanggi,” ujarnya.

Setiap Senin, ia dan suami mengambil daun semanggi ke kampung semanggi daerah Benowo.

Lalu mengolahnya dengan cara dijemur sedikit layu, gunanya agar daun semanggi tidak terlalu keras dan berair.

Kemudian merebusnya sesuai kebutuhan harian.

Pilihannya kepada kuliner Semanggi atas dasar nasihat sang ibu.

Perempuan yang saat ini telah memiliki 10 cucu tersebut merasa saran dari sang mertua tersebut adalah jalan keluar dari permasalahan ekonomi yang sebelumnya kerap dihadapi.

Berangkat dari Tandes turun ke Wonokromo, menggendong wakul keranjang menggunakan selendang lalu keliling kampung. Hingga akhirnya ia menemukan tempat berjualan.

Dodolan Semanggi ae, soro nak tapi anak bojomu mangan, sangu sekolah anak wes cukup. Nurut omongan e wong tuo (berjualan Semanggi saja. Susah tapi anak suami makan, uang saku anak sekolah sudah cukup. Menurut nasihat orang tua). Kata ibu saya dulu begitu,” ujarnya.

Satu porsi Semanggi dijual Rp 10 ribu.

Usaha Semanggi disebut mencukupi kebutuhan keluarganya.

Setiap hari, ia menghasilkan Rp 500 ribu dari berjualan Semanggi.

Sementara Sabtu dan Minggu, Yati mengaku mengantongi Rp 1,5 juta.

Ia berharap usaha yang digeluti keluarganya ini dapat diteruskan oleh keluarganya.

“Sudah dari ibu saya, mertua kakak saya, kakak saya juga bergantian jualan. Paling nanti diteruskan menantu yang belum kerja, soalnya anak saya kerja,” tuturnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved