Berita Viral
Petugas Minta Balita Tak Punya Tiket Ditinggal di Stasiun, Ortu Kecewa, BPKASS Akan Evaluasi
Meski orang tua sang anak sudah memohon dan mengaku siap untuk membayar harga tiket, sang petugas tetap menolaknya.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Kejadian anak masih balita dilarang menaiki kereta api karena tidak memiliki tiket, menjadi sorotan publik.
Meski orang tua sang anak sudah memohon dan mengaku siap untuk membayar harga tiket, sang petugas menolaknya.
Petugas berdalih jika tiket sudah habis, sehingga balita tersebut harus ditinggal di stasiun.
Baca juga: Warga Perbaiki Sendiri Jalan Rusak 2 KM Lebih, Kesal Pemerintah Lambat, Khawatir Banyak Kecelakaan
Keluarga penumpang pun kecewa dan marah lantaran hal itu.
Video yang menggambarkan situasi tersebut kemudian menjadi viral di media sosial.
Dari video, diketahui bahwa hal itu terjadi di Stasiun Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Dalam video tersebut dinarasikan, pihak keluarga sudah memohon dengan sungguh-sungguh agar diberikan tiket tambahan untuk anaknya.
Bahkan, yang bersangkutan menyatakan kesiapan untuk membayar berapa pun biayanya asalkan seluruh keluarga bisa kembali bersama.
"Namun petugas tersebut menolak permohonan kami dengan alasan tiket telah habis."
"Yang membuat kami semakin kecewa dan tersinggung adalah ketika petugas itu dengan enteng mengatakan, tidak bisa berangkat ini anak, tiket sudah habis, simpan saja ini anak di sini," bunyi narasi pada akun Instagram dae** *****.
Pihak PT KAI pun langsung merespons atas viralnya video yang menarasikan balita harus ditinggal di stasiun karena tidak memiliki tiket kereta api tersebut.
Balai Pengelolaan Kereta Api Sulawesi Selatan (BPKASS) buka suara soal viralnya video petugas kereta api yang meminta balita tak punya tiket agar ditinggal di Stasiun Mandai.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Balai Pengelola Kereta Api Sulawesi Selatan, Deby Hospital.
Ia mengatakan, berdasarkan hasil penelusuran internal, diketahui bahwa petugas yang terlibat dalam insiden tersebut adalah karyawan PT Angkasa Pura Support (APS).

Dia bertugas di area layanan stasiun sebagai bagian dari tim pendukung operasional.
"Kami memastikan bahwa kejadian ini sedang ditangani secara menyeluruh," ujarnya seperti dilansir dari Kompas.com, Rabu (25/6/2025).
"Di antaranya penelusuran kronologi secara objektif, evaluasi prosedur pelayanan," imbuh dia.
"Serta penegakan sanksi disipliner kepada petugas terkait apabila terbukti melanggar standar pelayanan atau etika kerja," tambah Deby.
Sebagai bentuk komitmen untuk memperbaiki layanan, pihaknya juga meminta PT APS untuk segera mengambil langkah-langkah korektif.
Seperti memberikan pembinaan secara langsung serta menjatuhkan sanksi sesuai ketentuan internal perusahaan kepada petugas.
BPKASS juga meminta PT APS untuk menyelenggarakan pelatihan ulang (refreshment training) yang menekankan pentingnya pelayanan prima, keramahan dalam menghadapi pelanggan, serta penerapan nilai-nilai hospitality kepada seluruh personel yang bertugas di BPKASS.
"Kami juga evaluasi menyeluruh terhadap sistem dan prosedur boarding serta pemeriksaan penumpang di seluruh stasiun."
"Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses pelayanan berjalan lancar, adil, dan sesuai standar kenyamanan maupun keselamatan yang ditetapkan."
"Harapannya, kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang," jelasnya.
Baca juga: Guru SDN Cemas Baru Dapat 1 Murid dari SPMB 2025, Kades Sebut Ortu Tak Mau Berjudi Nasib Anaknya
Di sisi lain, pihaknya juga mengimbau kepada seluruh pengguna jasa kereta api untuk senantiasa mematuhi ketentuan perjalanan.
Termasuk persyaratan usia anak yang wajib memiliki tiket guna mendukung keselamatan, ketertiban, dan kelancaran bersama dalam setiap perjalanan.
"Kami sangat menghargai setiap masukan, kritik, maupun perhatian dari masyarakat."
"Semua itu menjadi bagian penting dari upaya kami untuk terus memperbaiki dan mengembangkan layanan transportasi publik yang inklusif serta berkualitas," pungkasnya.

Kejadian lain yang dialami penumpang KA Sri Tanjung relasi Stasiun Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, juga sempat viral di media sosial.
Saat itu, ia hendak menuju Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, pada Kamis (10/4/2025) lalu.
Namun malah dimaki-maki penumpang lain saat kursinya ditempati keluarga pelaku.
Kisah ini dibagikan oleh seorang netizen melalui akun X @merapi_uncover pada Jumat (12/4/2025).
Dalam cuitan tersebut, korban bercerita bahwa kursi dengan nomor yang ia pesan, sudah ditempati penumpang lain.
Meskipun telah mengajak bicara, korban dimaki-maki oleh seorang pria yang mengaku sebagai keluarga penumpang tersebut.
Pria tersebut bahkan mengancam akan melaporkan korban ke polisi dan mengaku memiliki bekingan aparat.
Lantas seperti apa kronologi selengkapnya?
Berdasarkan cuitan, peristiwa bermula ketika korban masuk KA Sri Tanjung dalam keadaan gerbong yang sedang ramai.
Korban pun langsung mencari nomor kursi yang ia pesan sebelumnya, yakni 13A.
Setelah sampai, korban melihat ada penumpang lain yang menduduki kursi yang dipesannya.
Saat itu pula, ada dua penumpang lain di kursi 14A dan 14B yang salah satunya adalah lanjut usia (lansia).
Korban pun kemudian meminta izin untuk lewat dan duduk.
Namun ucapannya tidak digubris oleh penumpang di kursi 14A dan 14B.
Baca juga: Wanita Paruh Baya Kepergok Curi Uang Takziah, Pura-pura Melayat, Rumah Digerebek Ada Rp600.000
"Saya pun mengulangi blg permisi takutnya mungkin tdk dengar krn suara kereta mmg bising.
Pas saya ulangi blg permisi, ibunya dg gestur 'mencep' dg pandangan sinisnya mengarah ke saya.
Seketika itu jg anak laki2 tsb blg 'Oalaaah hhhhh' nada khas kesal anak kecil & akhirnya berpindah duduk ke samping ibunya.
Lalu.. Alah mbak podo ae kok lungguh ndi ae," tulis korban.
Setelah mendengar jawaban tersebut, korban menjelaskan bahwa ia sengaja memesan kursi nomor 13A yang berada di samping jendela.
Alasannya, korban baru saja menjalani biopsi dan jahitannya belum kering.
Namun penumpang di kursi 14 justru menimpali penjelasan korban dengan memintanya naik mobil saja daripada naik kereta.
Kemudian korban memilih mencari ruang di bagasi untuk menyimpan koper.
Tetapi sudah tidak ada ruang yang cukup di tempat penyimpanan.
Korban kemudian meminta izin kepada penumpang di kursi nomor 14 untuk menggeser tas supaya koper bisa disimpan di bagasi, tapi tidak mendapat respons.

Tanpa diduga, muncul seorang laki-laki berbaju hijau yang merupakan anggota keluarga dari penumpang kursi nomor 14.
Ia tiba-tiba muncul dan memarahi korban karena tidak terima tasnya digeser di bagasi.
Pria tersebut bahkan mengeluarkan kata-kata tidak pantas kepada korban.
Setelah itu, korban dan pria baju hijau berdebat karena masalah tempat duduk.
Menurut pria tersebut, ia memesan enam tiket walaupun jumlah keluarganya hanya empat orang.
Namun salah satu kursi yang seharusnya diduduki oleh korban, malah dipakai oleh anggota keluarga pria berbaju hijau.
Pria tersebut kemudian mengajak korban berduel di luar kereta dan malah menyalahkan korban.
Korban dalam kondisi terintimidasi akhirnya meminta tolong kepada kondektur.
Korban tak tahan karena dimaki secara terus-menerus oleh anggota keluarga pelaku yang duduk tidak sesuai nomor kursi.
Pelaku juga mengancam akan melaporkan korban ke polisi dan mengaku memiliki bekingan aparat.
"Si bpk ngoceh keluar jalur dg blg saya ‘G*****, GAPUNYA AKHLAK, A**, dsb’.
Sampe blg mau dibawa ke polisi segala krn backingan beliau polisi2 banyak.
Saya yg kian merasa terintimidasi krn sudah dibentak, dimaki2, jd tontonan banyak org jg," tulis pengunggah.
Setelah kondektur datang dan melakukan pemeriksaan, pria berbaju hijau ternyata hanya memesan empat tiket dan tidak berhak duduk di kursi nomor 13A, B, dan C.
Pria tersebut dan anggota keluarganya yang duduk di kursi nomor 14, seharusnya tidak menempati tempat duduk milik korban.
Ternyata pelaku juga sempat meminta penumpang lain bertukar kursi yang tidak sesuai nomor sebelum memaki korban.
"Si bpk yg klaim beli 6 tiket ternyata cuma beli 4 tiket, itu pun beliau tdk ada hak duduk di kursi nomor 13 baik A, B, ataupun C.
Beliau & anak laki2nya harusnya duduk di balik kursi si ibu & nenek yaitu 15 B & C," tulis korban.
"Ternyata sblm ada insiden saya td, si bpk MEMAKSA 2 org mbak2 utk tukar kursi sama beliau.
Akhirnya kondektur pun menegur si bpk ‘Tolong lain kali klo duduk sesuai nomor tiket ya pak. Sekali lg jgn memaksa org lain utk pindah! Mengerti? Habis ini 2 mbak2 ini turun, bpk bisa lgsgp pindah ke tempat duduk asal'.
Bpknya cuma iya2 aja. Selepas kondektur pergi, beliau ttp ngomel2 sumpah serapah yg ditujukan ke saya," tambahnya.
Baca juga: Aksi Polisi Tipu Pedagang Helm Rp380 Ribu Terekam CCTV, Lama Lihat Handphone saat Pembayaran
Menanggapi kejadian tersebut, Manajer Humas Daop 7 Madiun, Rokhmad Makin Zainul menyampaikan permohonan maaf.
Rokhmad mengatakan bahwa kejadian ini menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pihak yang terlibat maupun penumpang lain dalam perjalanan tersebut.
Saat ini, KAI Daop 7 tengah berkoordinasi dengan jajaran petugas di lapangan untuk menelusuri kejadian secara lebih detail.
"Kami sangat menyayangkan adanya tindakan yang kurang menghormati hak penumpang lain serta penggunaan bahasa yang tidak pantas selama perjalanan," ujar Zainul, Sabtu (12/4/2025), dikutip dari Kompas.com.
"Setiap pelanggan berhak atas tempat duduk sesuai dengan yang tertera di tiketnya."
"Kami mengimbau seluruh penumpang untuk mematuhi aturan tersebut guna menjaga ketertiban dan kenyamanan bersama," tambahnya.
Zairul juga menyampaikan bahwa petugas KAI bisa memberikan teguran dan/atau memindahkan pelaku yang tidak duduk sesuai dengan tiket.
Selain itu, pelaku juga bisa diturunkan di stasiun terdekat apabila terbukti melakukan pelanggaran berat atau mengganggu ketertiban.
Zainul menambahkan, KAI juga mendorong seluruh pelanggan untuk melaporkan segala bentuk kendala, termasuk jika merasa diintimidasi atau kursinya ditempati penumpang lain.
Laporan dapat disampaikan kepada kondektur atau petugas yang bertugas. Kanal pengaduan juga tersedia melalui aplikasi Access By KAI.
Penumpang yang membutuhkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Customer Service KAI di 121 atau melalui email cs@kai.id.
"Kami mengapresiasi pelanggan yang telah bersikap tenang dan tidak konfrontatif dalam menghadapi situasi tersebut."
"Hal ini menjadi perhatian penting bagi kami dalam peningkatan pengawasan serta kualitas pelayanan ke depan," imbuh Zainul.
"PT KAI berkomitmen untuk terus meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam setiap perjalanan kereta api serta memastikan seluruh penumpang mendapat pelayanan yang setara dan adil," tambahnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Sosok Pengusaha Jual Ratusan NMax Bodong Tanpa STNK Rp15 Juta, Langsung Ludes 2 Hari |
![]() |
---|
Penjelasan Eks TKN Prabowo Soal Wapres Gibran Pernah Gunakan Pin One Piece: Jelas Beda Jauh Momentum |
![]() |
---|
Alasan Mbah Saiun Nikahi Gadis Bengkulu, Ibunda Bantah karena Hutang: Tidak Ada karena Dipaksa |
![]() |
---|
Isi Tas Penumpang yang Teriak Bawa Bom di Pesawat, Sejak Berangkat Kerap Tanya Bagasi |
![]() |
---|
6 Fakta Gerombolan Siswa SMK Siram Air Keras ke Murid Lain, Belinya Patungan Buat Tawuran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.