Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Cara Kerja Dedi Mulyadi dengan Jajaran Pimpinan Lainnya, Tak Pernah Rapat Tapi Cepat Ambil Keputusan

Dedi Mulyadi, ia tak pernah menggelar rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jabar selama menjabat.

Editor: Torik Aqua
Kompas.com
CARA KERJA - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dedi Mulyadi ungkap cara kerjanya bersama Forkopimda meski tak pernah rapat. 

"Dari Prabumulih, pak, jalan pak," kata Randi.

Baca juga: Dapat Rp 20 Juta, Pemilik Warkop yang Sumpahi Dedi Mulyadi 1 Periode Akhirnya Minta Maaf: Kesal Pak

"Hah, butuh berapa bulan," kata Dedi Mulyadi terkejut.

Randi lalu menjelaskan perjalanan dirinya mulai 21 Mei hingga 15 Juni 2025.

"Dari Prabumulih pak jalan kaki, 26 hari," kata Randi.

Selama 26 hari tersebut, ia melintasi banyak kota.

Mulai dari Baturaja, Martapura, Way Kanan, Kotabumi, Bandar Jaya, Bandar Lampung, hingga Bakauheni. 

"Dari Bakauheni nyeberang ke Pelabuhan Merak. Dari sana jalan kaki lagi, Pak. Kemarin saya Lebaran (Idul Adha) di Serang,” ujar Randi.

Mendengar itu, Dedi Mulyadi menanyakan keinginannya bertemu dirinya.

"Ga capek, Pak? Kakinya ga sakit? 26 hari loh, ada (keperluan apa) bertemu saya?” jawab Dedi.

Rupanya Randi mengaku keinginannya bertemu Dedi Mulyadi hanya ingin berfoto.

"Saya ingin berfoto dengan Bapak,” tutur Randi. 

Dedi kembali bertanya kepada Randi tujuan datang ke Lembur Pakuan. 

Sebab perjalanan 26 hari dengan berjalan kaki bukan sesuatu yang mudah. 

Baca juga: Balasan Dedi Mulyadi saat ada yang Minta Dimas Anggara Dibawa ke Barak Usai Diduga Tampar Kiesha

Namun Randi meyakinkan ia tidak memiliki maksud lain selain berfoto dengan Dedi Mulyadi

Sebab pria yang akrab disapa KDM itu di Prabumulih dan Palembang, begitu terkenal. 

"Bapak berjalan kaki pakai sepatu apa? Kan itu panas kalau siang hari di jalan raya?” tanya Dedi. 

Kepada Dedi Mulyadi, Randi mengaku menghabiskan empat sandal karena putus.

"Saya jalan kaki pakai sandal, Pak, habis empat karena putus,” jawab Randi. “Oh…sandalnya rusak?” tanya Dedi. 

"Bukan, Pak. Sandalnya rusak. Karena kaki saya (sebelah) agak cacat. Mata saya juga (kurang) karena lahir prematur. Kalau sepatu ga muat, karena kaki saya lebar sebelah,” ungkap Randi memperlihatkan kakinya yang cacat. 

Selama perjalanan, ia menginap di pom bensin, musala, masjid, ataupun emperan ruko.

Untuk mandi, ia memanfaatkan fasilitas SPBU.

Randi adalah penjual kerupuk keliling di Palembang.

Ia sudah bercerai dan memiliki dua anak. 

Salah satunya, anak perempuan berusia 13 tahun yang tahun ini akan masuk SMP. 

Selama perjalanan anak tersebut dititipkan di rumah saudara.

Untuk mengobati rasa kangen, ayah dan anak ini kerap mengirim pesan di WhatsApp. 

“Saya jualan kerupuk Palembang pak, modal Rp 8.000, dijual Rp 10.000,” ungkap dia.

Takut Pesawat Dedi kemudian menawarkan Randi untuk pulang menggunakan pesawat, namun Randi menolak.

Ia lebih memilih menggunakan bus untuk kemudian dilanjutkan dengan kereta api. 

Ia menolak tiket pesawat karena takut.

Ia khawatir pesawat yang ia tumpangi kecelakaan dan jasadnya tidak utuh. 

“Takut naik pesawat, takut kalau mati hilang jasadnya. Kalau kecelakaan bus kan jasadnya ada jadi bisa dibawa pulang ke Prabumulih, anak masih bisa lihat,” ucapnya sambil tersenyum. 

Dedi pun sempat video call dengan anak dan saudara Randi yang tinggal di Palembang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved