Usulan 5 Hari Sekolah dari PGRI Langsung Ditolak Banyak Pihak, Khawatir Ganggu Aktivitas Keagamaan
Usulan lima hari sekolah di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, mendapat banyak penolakan dari berbagai kalangan.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Usulan penerapan lima hari sekolah belakangan tengah menjadi sorotan banyak pihak.
Di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, kebijakan ini langsung menuai penolakan dari sejumlah pihak.
Termasuk kalangan kiai, pengelola madrasah diniyah (madin), hingga anggota DPRD.
Baca juga: Bawa Uang Bergambar Doraemon 9 Bendel, Pria Malah Rugi Rp20 Juta sampai Diare, Ditipu Tukang Sayur
Usulan lima hari sekolah tersebut awalnya disampaikan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Purworejo.
"Sudah kita usulkan ke Pemerintah Daerah Purworejo, dan tembusannya ke Ketua DPRD Purworejo, PJ Sekda, Kepala BKPSDM dan Dinas Pendidikan," ujar Ketua PGRI Purworejo, Irianto Gunawan, Sabtu (5/7/2025).
Menurut PGRI, usulan ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas kerja guru.
Selain itu, untuk memberikan waktu lebih untuk pengembangan diri siswa, dan mendekatkan waktu berkualitas antara anak dan keluarga.
"Kami menilai lima hari sekolah dapat memberikan waktu lebih bagi siswa untuk kegiatan pengembangan diri, dan bisa menghabiskan waktu bersama keluarga lebih lama," katanya, melansir Kompas.com.
Ia menegaskan bahwa usulan ini tidak mengurangi jam belajar.
Penambahan jam belajar hanya sekitar 35 menit per hari untuk mengompensasi satu hari libur tambahan.
Meski begitu, usulan ini mendapat banyak penolakan dari berbagai kalangan.
Kalangan kiai, pengelola madrasah diniyah (madin), hingga anggota DPRD khawatir kebijakan ini akan mengganggu aktivitas keagamaan siswa di luar jam sekolah.
Penolakan paling kuat datang dari Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kabupaten Purworejo.
Ketua FKDT, Churdaini, menilai kebijakan lima hari sekolah akan berbenturan langsung dengan waktu belajar anak-anak di madrasah diniyah, yang umumnya berlangsung pada sore hari.

"Jika 5 hari sekolah diterapkan, jam pembelajaran di SD dan SMP akan menjadi lebih sore, sehingga anak-anak tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran di Madin," ujar Churdaini.
Selain itu, ia menyebut bahwa kebijakan tersebut dikhawatirkan akan menggerus eksistensi pendidikan keagamaan dan tidak sejalan dengan visi daerah yang religius.
"Kami menolak wacana ini karena tidak hanya merugikan eksistensi Madin, tetapi juga bertentangan dengan tujuan pemerintah Kabupaten Purworejo untuk meningkatkan daerah yang religius dan berkarakter," lanjutnya.
Meski menuai penolakan, PGRI tetap berharap usulan ini bisa menjadi bahan diskusi dan dipertimbangkan ke depannya.
Irianto menilai, kebijakan serupa sudah diterapkan di banyak daerah lain dan dapat diadaptasi di Purworejo jika ada kesepakatan bersama.
"Pendidikan kita butuh penyesuaian zaman, tapi tetap menjunjung nilai-nilai lokal dan kearifan masyarakat. Kami yakin jika semua pihak duduk bersama, akan ada solusi terbaik," pungkas Irianto.
Baca juga: Tolak Uang Damai Rp1 M, Ibu Kecewa ASN yang Lecehkan Anaknya Divonis 2 Tahun Penjara: Keadilan
Kebijakan sekolah selama lima hari dalam seminggu terhadap siswa SMA dan SMK mulai ajaran baru 2025-2026 juga akan diterapkan Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution.
Tujuan kebijakan ini adalah agar para siswa lebih banyak berkumpul dengan orang tua.
Diharapkan dengan hal itu, angka kenakalan remaja bisa berkurang.
Rencana kebijakan Bobby ini disambut baik oleh tiga orang siswa SMK dan SMA yang diwawancarai Kompas.com.
Mereka setuju dengan kebijakan Bobby tersebut.
Salah satunya disampaikan oleh siswa SMK Negeri 2 Medan, Raihan Irawan.
Menurutnya, apa yang disampaikan sudah tepat.
Dari pengamatannya, banyak remaja yang terlibat tawuran karena luput dari pengawasan orang tua ataupun tidak memiliki pola komunikasi yang baik antara anak dan orang tua.
"Setuju saja dengan kebijakan Pak Bobby karena bisa mengurangi tawuran, kenakalan remaja."
"Saya rasa ngaruh saja kebijakan itu, jadi kami lebih banyak kumpul bersama keluarga," ujar Raihan saat diwawancarai di Jalan STM Kota Medan, Kamis (5/6/2025).
Raihan juga tidak mempersoalkan jam belajarnya ditambah karena nantinya padatnya jadwal belajar akan diganti dengan libur di hari Sabtu.
"Jadi, (ya) setuju saja (jam pelajaran ditambah) tidak apa-apa," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan salah seorang siswa SMK Negeri di Medan lainnya, bernama Novel.
Menurutnya, kebijakan Bobby ini sudah tepat, tetapi dia enggan menjelaskan alasannya.
"Setuju saja, pokoknya," katanya.
Dia juga yakin dengan banyaknya berkumpul dengan keluarga tentu akan berpengaruh terhadap berkurangnya angka tawuran antar remaja.
"Jadi, kalau kumpul sama keluarga kan jadi bisa sharing-sharing (soal hal baik atau buruk), itu bisa menjadi mencegah tawuran," ujarnya.
Novel juga tidak keberatan bila jam sekolah ditambah, sebab kata dia, libur sekolah juga ditambah.
"Jadi, banyak libur sekolahnya," ujarnya sambil tertawa.
Hal tidak jauh berbeda juga disampaikan salah seorang siswa SMA Negeri di Medan, bernama Rahma Riyanta.
Dia mengatakan selama ini melihat banyaknya teman-temannya terlibat tawuran lantaran jarang kumpul keluarga dan lebih banyak memilih nongkrong dengan teman-temannya.
"Karena bisa (banyak) berkumpul dengan keluarga itu, ada pengaruhnya untuk menurunkan angka kriminalitas," ujarnya.
Sama seperti dengan dua narasumber sebelumnya, Rahma pun tidak keberatan jam belajarnya ditambah sebab mereka akan mendapatkan bonus libur tambahan di hari Sabtu.
Baca juga: Guru Saryono 33 Tahun Mengajar Cuma Digaji Rp350 Ribu Tiap 3 Bulan, Hidupi Keluarga & 2 Kakak Ipar
Sebelumnya diberitakan, Kepala Dinas Pendidikan Sumut, Alexander Sinulingga mengatakan, kebijakan lima hari sekolah ini akan dituangkan dalam bentuk peraturan gubernur (pergub) dan saat ini masih dalam tahap penyusunan kajian teknis.
"Ini sedang kami susun kajian teknisnya, nantinya ini kan dituangkan dalam bentuk pergub," ujar Alex dalam keterangan persnya, Selasa (3/6/2025).
Dalam skema tersebut, siswa akan bersekolah dari Senin hingga Jumat, sedangkan Sabtu dan Minggu menjadi hari libur.
Namun, selama lima hari sekolah, akan ada penyesuaian jam belajar.
"Sabtu itu nantinya kosong (libur), artinya di hari-hari Senin sampai Jumat akan ada penambahan jam sekolah, artinya pulang sekolah akan lebih lama daripada biasanya," ungkap Alex.
Baca juga: TKW Suci Kritik Camat Suka Pangku LC & Kerja Cuma Pencitraan, Perangkat Desa Balas Bongkar Aib
Motor Plat Merah Nunggak Pajak Rp 309 Ribu, Penemu Bongkar Daftar Tagihannya: Silahkan Nilai Sendiri |
![]() |
---|
Bupati Dituntut Ganti Rugi Rp 3 M karena Bongkar Tempat Karaoke, Pemkab: Sudah Kami Peringatkan |
![]() |
---|
Pengurus Koperasi Merah Putih Tak Kuat Nombok Pakai Uang Sendiri karena Dana Operasional Belum Cair |
![]() |
---|
Ditipu Istri Tentara, Pensiunan Guru Lesu Gajinya Tinggal Rp300.000, Utang Baru Lunas Tahun 2036 |
![]() |
---|
Alasan PGRI Usulkan 5 Hari Sekolah di Purworejo, Langsung Ditolak Pengelola Madrasah dan Tokoh Agama |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.