Biaya Produksi Melambung, Petani Tembakau Sampang Terpaksa Pinjam Uang hingga Gadaikan Harta
Musim tanam tembakau di Kabupaten Sampang, Madura tahun ini bukan sekadar rutinitas tahunan, Kamis (24/7/2025).
Penulis: Hanggara Syahputra | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Hanggara Pratama
TRIBUNJATIM.COM, SAMPANG - Musim tanam tembakau di Kabupaten Sampang, Madura tahun ini bukan sekadar rutinitas tahunan, Kamis (24/7/2025).
Bagi para petani di Desa Torjunan, Kecamatan Robatal, ini adalah pertaruhan hidup yang menentukan masa depan keluarga mereka.
Para petani tembakau menggantungkan harapan terakhir mereka pada langit, tanah, dan doa agar harga jual tembakau melambung tinggi saat panen tiba.
Melambungnya biaya produksi telah menjerat petani dalam pusaran tekanan ekonomi.
Harga bibit melonjak, pupuk makin mahal, dan ongkos tenaga kerja meningkat drastis.
Alhasil, banyak petani harus menggadaikan harta, bahkan meminjam uang dari koperasi atau tetangga demi bisa menanam.
“Kami terpaksa pinjam uang. Kalau tidak menanam, dapur tidak ngebul,” keluh seorang petani tembakau setempat, Sawir dengan wajah penuh harap.
Baca juga: Petani Tembakau Sampang Terancam Rugi Besar, Kekhawatiran Harga Jual Anjlok Hantui Musim Tanam
Tembakau, yang dulu dijuluki emas hijau Madura, kini berubah menjadi komoditas yang dipenuhi ketidakpastian. Satu kesalahan atau cuaca yang tak bersahabat bisa menggagalkan segalanya.
Petani berharap musim panen nanti membawa kabar baik, bukan hanya untuk menutup utang dan biaya produksi, tetapi juga demi menghidupi keluarga yang sepenuhnya bergantung pada hasil panen.
Lebih dari sekadar komoditas, tembakau telah menjadi nadi kehidupan bagi ribuan keluarga di Kabupaten Sampang.
Mereka pun berharap, pemerintah dan pelaku industri tembakau tidak lepas tangan, melainkan hadir memberi jaminan harga yang stabil dan perlindungan petani dari kerugian besar.
“Kalau harga tembakau jeblok, bisa hancur semuanya. Tentu kami berhararap harga jual tembakau stabil demi kesejahteraanpetani,” tutur sawir.
Baca juga: Penantian Berbulan-Bulan, Petani Tembakau di Sampang Akhirnya Mulai Garap Lahan
Sementara petani tembakau lainnya di Desa Daleman, Kecamatan Kedungdung, Sampang, Sakur mengungkapkan, harga bibit saat ini mengalami kenaikan berkali-kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Sebelumnya harga bibit hanya Rp 26 ribu per seribu bibit, kini harus ditebus dengan harga fantastis, mencapai Rp 90 ribu.
Lonjakan harga ini diduga dipicu oleh cuaca yang tidak menentu di awal tahun serta tingginya permintaan yang tidak sebanding dengan ketersediaan bibit.
"Jujur saja, ini memberatkan, modal yang kami keluarkan jadi membengkak," pungkasnya.
Daftar Wilayah Kasus Keracunan MBG di Indonesia dan Jumlah Korban, Paling Banyak Jawa Barat |
![]() |
---|
Kos-kosan Sepi usai Bocah 8 Tahun Ditemukan Tewas, Semua Penghuni Angkat Kaki Massal |
![]() |
---|
Nelangsa Joko Minta Bantuan RSUD Makamkan Bayinya Tapi Ditolak, Sampai Rumah Dimaki Mertua |
![]() |
---|
Klarifikasi Kemenpar soal Isu Menpar Widiyanti Mandi Pakai Air Galon: 100 Persen Hoaks |
![]() |
---|
Pengakuan Anak di Ponorogo yang Habisi Orang Tua Sendiri, Polisi: Berhalusinasi Bunuh Ular |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.