Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Duta Genre Terbentuk, Eri Cahyadi Ingin Eliminasi Pernikahan Dini di Surabaya

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi serius mengatasi kekerasan pada anak. Khususnya, terkait dengan pernikahan dini.

TRIBUNJATIM.COM/BOBBY KOLOWAY
CEGAH PERNIKAHAN DINI - Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 Kota Surabaya, Rabu (6/9/2025). Dihadiri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriani, acara ini turut diisi kampanye pencegahan pernikahan dini.  

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Bobby Koloway

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi serius mengatasi kekerasan pada anak. Khususnya, terkait dengan pernikahan dini. Melibatkan anak-anak muda, Wali Kota Eri optimis Kota Surabaya bisa segera nihil dari berbagai potensi pernikahan anak.

Data pada 2024, dari total 14.292 yang menikah di tahun tersebut masih ada 58 anak perempuan dan 6 anak laki-laki (di bawah 19 tahun) yang mengajukan dispensasi pernikahan. Sekalipun persentasenya terus menurun dibandingkan tahun sebelumnya, namun hal ini tetap menjadi atensi Pemkot Surabaya.

Pemkot Surabaya, menurut Wali Kota Eri mengajak seluruh masyarakat untuk bergerak bersama. Pemkot tak bisa bergerak sendiri, namun juga memerlukan kesadaran kolektif untuk memberikan pemahamannya kepada masyarakat.

Duta Generasi Berencana Indonesia (Duta Genre) yang baru saja terpilih turut diharapkan turun ke masyarakat. "Ini akan menjadi kekuatan luar biasa. Mereka siap menjadi pelopor dan motivator bagi remaja untuk menjauhi perilaku negatif seperti seks pranikah dan pernikahan dini. Komitmen tersebut selaras dengan target Pemkot," kata Cak Eri ketika dikonfirmasi usai Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 Kota Surabaya, Rabu (6/9/2025).

Baca juga: Viral Video Bentrokan Anggota Perguruan Silat di Surabaya, Polisi Beber Kronologi Lengkap

Bapak dua anak ini mengingatkan, pernikahan dini menimbulkan persoalan serius. Baik dari sisi kesehatan, psikologis, pendidikan, sosial - ekonomi, maupun dampak hukum.

Dari sisi kesehatan saja, pernikahan dini menimbulkan kehamilan berisiko tinggi yang meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi, potensi stunting bagi bayi yang dilahirkan, hingga gangguan kesehatan mental. Dari sisi sosial ekonomi, belum matangnya status ekonomi menimbulkan potensi kemiskinan, ketergantungan kepada orang tua/mertua, hingga konflik keluarga seperti perceraian dan KDRT.

Duta Genre akan memiliki perwakilan hingga tingkat kelurahan. Mereka akan berkolaborasi dengan organisasi kepemudaan lainnya yang juga memiliki konsentrasi yang sama.

"Duta Genre akan dikumpulkan dengan Cak Ning, Karang Taruna,  Paskibraka, dan lainnya. Kami ingin menggandeng mereka untuk membangun kota," kata pria asli Surabaya ini.

Dengan gotong royong, semua masalah optimis diselesaikan. Termasuk di antaranya terkait kekerasan kepada perempuan dan anak.

"Saya tidak ingin ketika yang tua-tua gotong royong, yang muda kehilangan budaya arek. Nanti saya satukan, mereka bergerak di balai RW," kata Cak Eri yang hadir dengan didampingi Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriani tersebut.

"Kita boleh menjadi kota metropolitan, tapi kita jangan lupa untuk tetap meneguhkan budaya arek. Kita siapkan anak muda. Kita dukung. Kalau yang bergerak anak muda pasti maju," kata Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia SDM Universitas Airlangga (Unair) ini.

Baca juga: Kampanyekan Cegah Penyakit Jantung, FK Unusa Gelar Pemeriksaan di Ponpes Al Jihad Surabaya

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendukung komitmen Pemkot untuk mengeliminasi kekerasan pada anak dan perempuan. BKKBN Jatim menyebut bahwa masih ada pernikahan dini di Surabaya.

Saat ini, pembatasan pernikahan dini diatur dalam UU No. 16/2019 tentang perkawinan yang membatasi usia menikah hingga 19 tahun bagi perempuan dan laki-laki. Pernikahan di bawah usia tersebut hanya bisa dilakukan dengan dispensasi pengadilan yang sangat terbatas.

"Dengan adanya pembatasan ini, BKKBN berkoordinasi dengan berbagai organisasi masyarakat untuk menyiapkan catin (calon pengantin) sehingga memiliki pemahaman untuk mengantisipasi hal ini (pernikahan dini)," kata Sekretaris BKKBN Jawa Timur, Ghana Renaldi Pasca Surya ditemui di tempat yang sama.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved