Pemberantasan Beras Oplosan
Terdampak Isu Beras Oplosan, Pasokan di Pedagang Pasar Pon Kota Blitar Berkurang, Penjualan Turun
Terdampak dengan isu beras oplosan, pasokan beras di pedagang Pasar Pon Kota Blitar menjadi berkurang, penjualan pun ikut turun.
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Dwi Prastika
Poin Penting:
- Pedagang Pasar Pon Kota Blitar mengaku terdampak dengan isu beras oplosan.
- Penjualan pedangan Pasar Pon menurun.
- Sejumlah beras kemasan merek lokal sudah tidak beredar di pasaran lagi.
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Samsul Hadi
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Ramainya isu beras oplosan ikut berdampak pada pedagang beras di Pasar Pon Kota Blitar, Jawa Timur.
Satu di antara pedagang Pasar Pon Kota Blitar, Khoirul mengatakan, penjualan beras di kiosnya turun setelah muncul isu beras oplosan.
"Penjualan turun, saya biasanya bisa menjual beras 2 kuintal per hari, sekarang tidak sampai 2 kuintal," kata Khoirul, Rabu (13/8/2025).
Dikatakannya, penjualan beras turun karena pasokan beras di kiosnya terbatas untuk merek-merek tertentu.
Saat ini, sejumlah beras kemasan merek lokal sudah tidak beredar lagi di pasaran.
Sebelum muncul isu beras oplosan, kata Khoirul, di kiosnya menjual banyak merek beras kemasan.
Sekarang kios Khoirul hanya mendapat stok beras kemasan merek Raja Mawar dan Bintang.
"Sebelumnya banyak merek beras kemasan dengan harga bervariasi. Pelanggan banyak pilihan. Sekarang hanya dua merek, akhirnya pelanggan menurun," ujarnya.
Untuk beras kualitas medium, sekarang Khoirul, menjual beras dari selepan.
Harga beras medium Rp 14.000 per kilogram.
Sedangkan harga beras premium Rp 15.000 per kilogram atau Rp 75.000 per kemasan 5 kilogram.
Baca juga: Pedagang Kecil Trenggalek Tak Diuntungkan Isu Beras Oplosan, Gerakan Pangan Murah Buat Jualan Sepi
"Sekarang cari berasnya agak susah, biasanya kalau barangnya susah, harganya jadi naik," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Blitar, Hakim Sisworo mengatakan, telah melakukan pemantauan peredaran beras di pasar tradisional.
Dalam pengecekan itu, Disperindag tidak menemukan indikasi beras oplosan yang dijual di pasar tradisional.
Menurut Hakim, daftar 212 merek beras diduga oplosan yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian sudah ditarik dari pasaran oleh distributor dan diganti dengan beras baru yang sudah bersertifikasi.
"Kami tidak menemukan indikasi beras oplosan yang dijual di pasar tradisional. Biasanya beras itu dijual di ritel, tapi sudah ditarik oleh distributor dan diganti beras baru yang sudah sertifikasi. Harganya juga turun," katanya.
Dikatakannya, agen sempat tidak berani jual beras kemasan.
Disperindag kemudian turun ke lapangan, termasuk ke penggilingan.
Penggilingan, kata Hakim, juga sempat tidak berani memproduksi beras karena harga gabah mahal tembus Rp 8.000 per kilogram.
"Pabrik juga terbatas menyuplai beras ke agen. Misalnya, per agen hanya disuplai 1 ton. Itu yang terjadi sekarang," ujarnya.
Untuk mengantisipasi kelangkaan beras, menurutnya, Disperindag meminta pedagang membeli beras SPHP dari Bulog.
Hanya saja, untuk membeli beras SPHP dari Bulog harus pesan melalui aplikasi.
Pedagang dan ritel bisa pesan langsung beras SPHP ke Bulog.
"Mereka pesan lewat aplikasi, bayar, dan langsung bisa mengambil beras di Bulog," katanya.
Tapi, Hakim memastikan, saat ini, stok beras di Kota Blitar masih aman. Di tingkat pedagang pasar tradisional, stok beras masih tersedia.
"Kalau stok beras di Kota Blitar saat ini masih aman," katanya.
Pemberantasan Beras Oplosan
Pasar Pon Kota Blitar
beras oplosan
Hakim Sisworo
Blitar
TribunJatim.com
berita Kabupaten Blitar terkini
Tribun Jatim
berita Jatim terkini
Tips dari Dinas Pertanian Trenggalek Agar Terhindar dari Beras Oplosan, Beli Beras Lokal |
![]() |
---|
Disperindag Kabupaten Magetan Pastikan Tak Ada Beras Oplosan, Rutin Gelar Sidak dan Gelar GPM |
![]() |
---|
Berbanding Terbalik, Penggilingan Padi di Kabupaten Magetan Meningkat di Tengah Isu Beras Oplosan |
![]() |
---|
Perang Beras Oplosan Bikin Harga Naik di Ponorogo, Disperdagkum Lakukan Beberapa Langkah |
![]() |
---|
Isu Beras Oplosan di Madiun Picu Penurunan Omzet Pedagang: Stigma Negatif |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.