Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kamarau Basah Bikin Produksi Gula di PG Mojopanggung Tulungagung Tidak Maksimal

Musim giling 2025 di Pabrik Gula Modjopanggoong (PG  Mojopanggung) Tulungagung terganggu kemarau basah yang masih berlangsung.

Penulis: David Yohanes | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM/David Yohanes
MENGANGKUT GULA - Seorang pekerja tengah mengangkut gula yang baru keluar dari ruang pengemasan kristal gula Pabrik Gula Modjopanggoong (PG Mojopanggung) Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (14/8/2025). Sejak awal giling pada 21 Mei 2025 PG Mojopanggung telah menghasilkan 148.000 kuintal gula putih. 

Poin penting:

  • Musim giling di PG Mojopanggung terganggu kemarau basah
  • Produksi gula lebih rendah ketimbang tahun lalu
  • PG Mojopanggung menerapkan sistem bagi hasil dengan petani

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Musim giling 2025 di Pabrik Gula Modjopanggoong (PG  Mojopanggung) Tulungagung terganggu kemarau basah yang masih berlangsung.

Hujan sporadis di musim kemarau membuat rendemen tebu masih di angka 7 persen lebih. Rendemen tebu adalah persentase kandungan gula dalam tebu.

Sementara pada musim giling tahun lalu, di bulan yang sama rendemen bisa tembus 8,5 persen.  

“Untuk produksi gula lebih rendah dibanding tahun lalu. Sebab sampai pertengahan Agustus masih turun hujan,” ujar General Manager (GM) PG Mojopanggung Tulungagung, Sugianto, Kamis (14/8/2025).

Angka rendemen ini menunjukkan, dari 100 kg tebu hanya menghasilkan sekitar 7 kg gula.

Sementara tahun lalu dari 100 kg tebu bisa menghasilkan 8,5 kg gula.

Rendemen tebu sudah meningkat dibanding awal giling di Bulan Mei 2025, yang hanya 6 persen.\

Baca juga: Jadwal Bazar Murah Polres Malang, Ada Beras SPHP Rp 58 Ribu/5 Kg hingga Gula Rp 15 Ribu/Kg

Dengan kadar air yang tinggi, maka butuh lebih banyak bahan bakar untuk menguapkan air dan mendapatkan kristal gula.

Karena itu Sugianto berharap rendemen tebu bisa terus meningkat sehingga produksi semakin efektif.

Kelebihan tahun ini, produksi tebu mengalami peningkatan sehingga yang digiling ke PG Mojopanggung, diperkirakan juga meningkat.

“Dari luas hamparan yang sama dibanding tahun lalu, tahun ini  meningkat 15-20 persen. Jadi berat tebu yang disetor juga meningkat,” sambung Sugianto.

PG Mojopanggung menerapkan sistem bagi hasil untuk produksi gula yang dihasilkan.

Menurut Sugianto, hampir 80 persen gula hasil giling merupakan milik petani yang menyetor tebu, sisanya milik PG Mojopanggung.

Saat ini gula milik petani sudah diserahkan ke pemiliknya, dan sepenuhnya menjadi wewenang mereka.

“Gulanya mau disimpan atau dijual, itu terserah mereka. Tapi hari ini sudah banyak gula milik petani yang dibeli oleh para pelaku usaha,” ungkapnya.

Saat ini harga gula dari pabrik sekitar Rp 14.500 per kg.

Penyerapan gula dari PG Mojopanggung sangat baik, karena banyak UMKM serta usaha FnB berkembang di Tulungagung dan sekitarnya.

Gula milik PG Mojopanggung sendiri juga telah dilelang melalui kantor pusat Sinergi Gula Nusantara.

Situasi saat ini, setiap hari  PG Mojopanggung menggiling 31.000  hingga 32.000 kuintal tebu.

Sementara produksi gula dari volume tebu yang digiling itu rata-rata 2.000 kuintal atau 200 ton.

Sejak awal giling 21 Mei 2025 hingga saat ini produksi gula mencapai 148.000 kuintal.

“Kalau ditanya penyerapan, kami tidak bisa jawab karena petani langsung menjual gulanya ke masyarakat. Gula kami sudah terserap pasar, meski belum habis,” pungkas Sugianto

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved