Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Tukang Ojek Jual TV Demi Bayar Seragam Anak Rp 841 Ribu, Ternyata Pihak Sekolah Diduga Pungli

Dalang seorang tukang ojek akhirnya bayar seragam anak Rp 841 ribu akhirnya terungkap, pihak sekolah diduga pungli.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Tribunnews
SERAGAM DARI TELEVISI - Wali Murid dan Suasana Sekolah. SMPN 2 Teras disorot lantaran ada siswa bolos lantaran seragam sekolah belum lunas, dia tak mendapat seragam olahraga. (TribunSolo.com/Tri Widodo) 

TRIBUNJATIM.COM - Aksi seorang tukang ojek menjual televisi yang ada di rumahnya berbuah viral.

Keviralan tersebut lantaran tukang ojek itu mejual televisi di rumah demi melunasi seragam anaknya untuk sekolah.

Anaknya sampai harus bolos karena aturan seragam sekolah yang tak bisa dipenuhi.

Belakangan terungkap ternyata ada dugaan pungli oleh pihak sekolah lantaran harga seragam yang dinilai melambung tinggi.

Anak terpaksa membolos

Tukang ojek di Boyolali jual TV untuk melunasi seragam anaknya. 

Namun karena masih utang Rp841 ribu, sang anak terpaksa bolos.

Tukang ojek bernama Heru Waskito itu pun mengungkapkan kesedihannya.

Ia merenungi nasib anaknya yang masih SMP di sekolah negeri Boyolali, Jawa Tengah itu.

Seragam tersebut belum diterima akibat kendala ekonomi yang dihadapi keluarganya.

Baca juga: Gagal Ketemu Mantan Bos, Pemuda Tuban Pukul Karyawan Baru Usai Dengar Cerita Calon Istri

Padahal Heru sudah tiga kali menemui guru kelas untuk memohon kebijaksanaan agar anaknya tetap mendapatkan seragam olahraga.

"Tapi guru tersebut tetap tidak bisa memberikan seragam olahraga sebelum lunas," ujar Heru, dikutip dari Tribun Solo.

Ia terpaksa tidak membeli seluruh seragam sekolah untuk anaknya karena kondisi ekonomi keluarga.

Ia hanya mampu membeli setelah seragam batik, kotak-kotak dan olahraga serta atribut berupa bet hingga kaus kaki.

Namun kini ia tidak bisa membayar lunas seragam seharga Rp 841 ribu.

Pasalnya, sebagai tukang ojek pangkalan, penghasilan Heru tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terutama dengan tanggungan empat orang anak.

Ia pun baru membayar uang seragam sebesar Rp 450 ribu.

Uang itu didapatkannya setelah mejual televisi.

"Saya bayar dulu Rp 450 ribu. Uang itu didapat setelah menjual TV," tambahnya.

Baca juga: Uang 2.000 Dolar Turis Amerika Serikat Dicuri di Homestay Banyuwangi, Pelaku Ditangkap Dalam Sejam

Ia mengaku sudah menjelaskan kondisi ekonomi keluarganya, namun pihak sekolah tidak berempati.

"Kan guru sudah tau kalau hanya anak saya yang tidak diberi seragam. Tapi guru itu malah tanya siapa yang belum dapat Seragam. Terus bilang," kata dia. 

"Gurunyaa kemudian bilang. la koe rung bayar ko. Yo Ra entuk (La Kamu belum bayar, ya belum dapat)," kata Heru menirukan perkataan anaknya.

Baca juga: Penampakan Ratusan Peluru yang Ditemukan Petugas Kebersihan di Tol Ngawi-Kertosono, Ada Borgol

Kata DPRD Boyolali

Masalah seragam sekolah SMP negeri di Boyolali kembali disorot oleh DPRD Boyolali.

Hal itu setelah salah satu wali murid mengaku ke Ketua Komisi IV DPRD Boyolali, Suyadi, Jumat (15/8/2025).

Suyadi mengaku menerima aduan dari salah satu wali murid SMP Negeri 2 Teras soal pengadaan seragam sekolah.

Dalam aduannya, wali itu menyampaikan jika anaknya terpaksa bolos sekolah karena belum mendapatkan seragam olahraga.

Siswa itu belum menerima seragam olahraga lantaran belum lunas pembayaran.

"Kami sangat menyayangkan langkah yang sudah diambil sekolah SMPN 2 Teras," kata Suyadi.

Dari penuturan, wali tersebut, ia menyimpulkan jika sekolah terlibat dalam jual beli seragam.

Pasalnya, pembagian seragam olahraga dilakukan oleg guru di dalam kelas.

"Guru memanggil siswa satu persatu di dalam kelas. Kebetulan yang bersangkutan itu belum dapat Seragam disampaikan karena belum bayar," ujarnya.

Baca juga: Curhat Warga Merasa Dipermalukan usai Dianiaya Ketua DPRD saat Nonton Bola: Saya Tak Kenal

Suyadi meyebut yang dilakukan guru tersebut menurunkan mental siswa.

Padahal wali murid itu memiliki itikad baik untuk melunasi pembayaran seragam tersebut.

Apalagi siswa itu juga masuk dalam penerima Program Indonesia Pintar.

"Tak kira masalah seragam kemarin sudah selesai. Ternyata masih ada masalah terkait dengan seragam," katanya.

Dari penuturan wali murid juga, lanjut Suyadi menilai guru tersebut juga telah memupus cita-cita anak dalam belajar.

"Anak tersebut mentalnya down, terus hari ini tidak sekolah. Ini yang kami sayangkan," tambahnya.

Pihaknya pun akan memanggil sekolah serta Dinas Pendidikan dan kebudayaan (Disdikbud) Boyolali untuk menyelesaikan masalah ini.

Baca juga: Duel Mengerikan di Warung Tuban, Warga yang Melerai Ikut Kena Bacok

Penjelasan Pihak Sekolah

Kepala SMPN 2 Teras, Purwanto mengklaim sekolah tidak terlibat dalam pengadaan seragam siswa.

Pengadaan seragam dilakukan oleh pihak luar sekolah.

Ia pun akan segera berkoordinasi dengan guru yang disebut mengurusi masalah seragam ini.

"Terus terang kami tidak tau masalah seragam ini. Ya nanti coba saya koordinasi dengan yang bersangkutan," katanya.

Suyadi temukan fakta pihak sekolah terlibat pengadaan seragam

Ketua Komisi IV DPRD Boyolali, Suyadi, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke SMP Negeri 2 Teras, Jumat (15/8/2025).

Sidak ini dilakukan menyusul aduan wali murid terkait seragam olahraga yang tak kunjung diterima siswa gegara belum lunas.

Suyadi mengatakan, pihaknya ingin mengklarifikasi langsung kepada pihak sekolah. 

Dalam pertemuan itu, ia ditemui Kepala Sekolah beserta Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.

Wali Murid dan Suasana Sekolah. SMPN 2 Teras disorot lantaran ada siswa bolos lantaran seragam sekolah belum lunas, dia tak mendapat seragam olahraga. (TribunSolo.com/Tri Widodo)
Wali Murid dan Suasana Sekolah. SMPN 2 Teras disorot lantaran ada siswa bolos lantaran seragam sekolah belum lunas, dia tak mendapat seragam olahraga. (TribunSolo.com/Tri Widodo)

“Kami klarifikasi terkait laporan yang masuk pada kami. Setelah kami ketemu dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, kami menyayangkan langkah yang diambil pihak sekolah,” ujar Suyadi.

Menurutnya, jika sekolah tidak terlibat dalam jual beli seragam, seharusnya tidak perlu memfasilitasi pembagian seragam oleh pihak toko di lingkungan sekolah.

“Tadi disampaikan, bagi wali murid atau siswa yang masih memiliki kwitansi pembayaran bisa langsung ambil seragam dari toko. Tapi yang tidak punya kwitansi, karena hilang, malah laporan ke sekolah. Nah, sekolah justru memfasilitasi toko untuk membagikan seragam di dalam kelas. Itu tidak boleh,” tegasnya.

Dari temuan di lapangan, Suyadi menilai adanya indikasi keterlibatan pihak sekolah dalam pengadaan seragam.

Terlebih, ia juga mendapati fakta bahwa toko penyedia seragam bukanlah toko permanen, melainkan rumah sewaan dekat sekolah yang digunakan hanya selama masa penerimaan siswa baru.

“Informasinya, rumah itu memang disewa penyedia seragam untuk transaksi selama masa PPDB. Tapi tetap saja, sekolah tidak boleh menjadi tempat pembagian seragam,” imbuhnya.

Baca juga: Gagal Ketemu Mantan Bos, Pemuda Tuban Pukul Karyawan Baru Usai Dengar Cerita Calon Istri

Atas temuan tersebut, Suyadi meminta pihak sekolah tidak mengulangi praktik serupa saat penerimaan siswa baru tahun depan.

“Kalau ada pihak swasta atau toko yang ingin menawarkan seragam, langsung saja ke wali murid. Jangan melibatkan sekolah,” tandasnya.

Sementara itu, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, Eko Rusmiati mengatakan pembagian seragam olahraga di kelas ini untuk membantu siswa yang kehilangan kuitansi pembayaran di toko.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved