UMKM Berbasis Sociopreneur Batik Wistara, Jadi Wadah Berkarya Kaum Difabel di Surabaya

Penulis: Fikri Firmansyah
Editor: Elma Gloria Stevani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(tengah, batik hijau) Ariyono Setiawan selaku Owner Batik Wistara saat berfoto bersama karyawan dari Batik Wistara di rumah produksi Batik Wistara di Jalan Tambak Medokan Ayu VI C No. 56B, Kelurahan Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Jumat (20/12/2019).

Batik Wistara yang terdafatar dalam CSR PLN UIP JBTB II selama satu tahun terakhir ini terus berkembang.

Saat ditemui wartawan TribunJatim.com, Ariyono Setiawan menceritakan, Batik Wistara sempat ingin berhenti beroperasi.

Hal tersebut dikarenakan tidak ada karyawan sama sekali yang bekerja di Batik Wistara.

"Saya pernah mengalami suatu kendala. Sempat ingin berhenti Batik Wistara ini. Saat itu pada tahun 2013 Wistara kehilangan semua karyawan. Tidak ada yang bekerja lagi, sama sekali," tutur Ariyono Setiawan.

"Saya sebagai yang mempunyai wadah ini jadi down karena tidak ada SDM dan karyawannya," imbuhnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, Batik Wistara bisa bangkit dan kembali mendapatkan karyawan.

Menurut Ariyono Setiawan, Batik Wistara pertama kali mendapatkan para karyawan disabilitas dari Dinas Sosial Jawa Timur yang berada di Bangil, Pasuruan.

Polresta Sidoarjo Gelar Pemeriksaan Kesehatan dan Tes Urine bagi Sopir Bus, Ini Tujuannya

Sambut Hari Ibu Tanpa Asap Rokok Bersama Wanita Indonesia Tanpa Tembakau Jawa Timur

Di Bangil terdapat UPT Rehabilitasi Cacat Rungu Wicara ayng membina para difabel. "Nah setiap tahun ada pelepasan kami diundang. Mereka (para disabilitas) juga akan ditawarkan mau atau nggak ikut dengan kami di Wistara," paparnya.

"Sejak saat itu, saya memfokuskan kegiatan bisnis ini sebagai sosiopreneur yang menjadi wadah adik-adik difabel untuk berkarya," kata Ariyono Setiawan.

Ariyono Setiawan mengungkapkan, dalam membina karyawan difabelnya, ia harus memiliki kesabaran dan telaten.

Dalam prosesnya, Ariyono Setiawan berkata dirinya lebih banyak 'ngemong' dan membimbing karyawannya. Menurutnya, bekerja dengan adik disabilitas dirinya harus banyak pemakluman.

"Kalau normal bisa ditarget. Tapi kalau adik-adik ini kita amati ritmenya. Ada yang cepat dan dapat banyak, tapi ada juga yang hati-hati," ujarnya.

Ariyono Setiawan mengajak semua karyawan difabel tersebut tinggal di rumahnya karena panggilan jiwa.

Pun Ariyono Setiawan menyebut, tidak suka dengan kondisi rumah yang sepi.

Dan tentu ia lebih senang jika rumahnya diramaikan oleh para karyawan difabel binaannya.

Saat ini, 18 karyawan difabelnya berada di range usia produktif, yakni usia 16-30 tahunan.

Menyambut Hari Ibu, Warga Binaan Rutan Medaeng Menangis Haru Saat Sungkem dan Basuh Kaki Orang Tua

Desak China Hentikan Kekerasan ke Uighur, GUIB Jatim: Kebebasan Beragama Adalah Hak Asasi Manusia

Berita Terkini